89 Arc 3-3 Ch 17 - Masih Berlangsung

Seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================

Instingku meronta, sebuah niat membunuh menusuk. Aku langsung melompat ke belakang, menghindari jendela.

"KYAA!!!!"

Benar saja, suara tumpul kembali terdengar di jendela, ditemani teriakan Nanna. Ternyata, serangan masih berlangsung. Aku kembali menelepon Mari.

"Mari, ada berapa orang?"

[Aku tidak yakin. Mereka tersebar di semua tempat.]

"Kalau begitu kamu atasi yang ada di timur. Aku akan ke barat. Untuk utara dan selatan kita urus nanti."

[Baik!]

Aku membuat panggilan ke Shu En.

"Shu En, panggil semua agen yang ada! Suruh mereka menjauh dari rumahku!"

[Eh? Tapi kamu sedang diserang, kan?]

"Justru karena itu!" Aku berjalan ke arah Emir dan yang lain. "Aku tidak hafal wajah semua agen. Dan lagi, ada kemungkinan keluarga Alhold menyewa mercenary. Aku tidak mau membunuh agen hanya karena dia kukira musuh."

[Tapi–]

"Katakan pada mereka kalau ada agen masih tidak mundur setelah mendengar perintah ini, aku anggap dia pengkhianat yang merencanakan serangan ini. Kamu tahu kan apa artinya?"

Shu En tidak langsung menjawab. Dia terdiam.

Shu En sadar benar konsekuensi kalau aku menganggap agen itu sebagai pengkhianat, seluruh keluarganya akan aku bersihkan.

"Jangan khawatir," aku menambahkan. "Kamu kira aku bisa mati semudah itu?"

[Baiklah,] Shu En merespon. [Semua agen akan kuperintahkan untuk pergi. Tolong beri satu menit.]

"Oke."

Meski sebenarnya Shu En tampak mempercayaiku, aku tidak bisa sepenuhnya percaya. Bisa saja, sebenarnya, dia lah dalang di balik penyerangan ini. Ada kemungkinan dia berpikir pimpinan organisasi pasar gelap tidak boleh memimpin intelijen.

Dalam dunia intelijen dan pasar gelap, tidak ada yang nama kesetiaan. Yang ada adalah keuntungan, hutang, dan tujuan yang sama. Saat ini, Shu En mau bekerja sama denganku karena secara tidak langsung aku memberi keuntungan baginya. Selain itu, kami pun memiliki tujuan yang sama, yaitu memperkuat intelijen kerajaan.

Tidak terkecuali Agade. Sebenarnya, sebelum ini, aku ingin percaya kalau Agade memiliki kesetiaan. Namun, insiden Ibla dan Yarmuti kemarin membuatku tersadar kembali. Pada dasarnya, saat ini, Agade menurut dan mengikuti perintah hanya karena anggota elitenya berhutang padaku. Bahkan, para karyawan Agade hanya mengenalku sebagai atasan anggota elite, tidak lebih.

Jika suatu saat anggota Agade merasa hutang itu sudah terbayar, mereka mungkin akan meninggalkanku. Kalau hanya meninggalkanku, aku tidak keberatan. Namun, kalau mereka mengkhianatiku, itu yang harus aku waspadai.

Kalau seandainya beberapa hari lalu insiden Ibla dan Yarmuti tidak terjadi, mungkin saat ini Ibla sudah merasa di atas angin. Begitu dia merasa di atas angin, mungkin, dia berpikir Agade bisa berkembang atas jasanya, dan mencoba mengambil alih. Dan hal ini tidak terbatas pada Ibla. Kalau hal ini sudah terjadi pada satu anggota elite, ada kemungkinan akan terjadi pada yang lain juga.

Ibu tidak bisa sepenuhnya kupercaya karena dia pasti memiliki agenda lain. Aku hanya berharap kami tidak berkonfrontasi di masa depan. Untuk Ninlil, dia masih kecil. Ada kemungkinan dia impulsif dan melakukan hal yang tidak semestinya. Saat ini, orang yang paling ingin kupercaya, sepenuhnya, adalah Emir dan Inanna.

Aku ke rak televisi dan mengambil sebuah headset.

Sementara itu, suara tumpul tidak hanya terdengar dari jendela utama. Jendela lain dan dinding pun mulai mengeluarkan suara yang sama. Apa tujuan mereka melepaskan tembakan ke tempat lain di rumah ini?

"Kalian bertiga tetap di sini." Aku mulai memberi instruksi sambil memasang headset ke smartphone dan telinga. "Inanna, kamu fokus dan rasakan semua timah yang ada di sekitar ini. beritahu lokasinya melalui telepon grup Agade. Arahkan kami, terutama Mari. Emir, Ninlil, karena Inanna fokus merasakan timah, kalian berdua melindunginya beserta Nanna dan Suen. Mengerti?"

"Baik!"

"Tapi Kak–"

"Ninlil," Aku tidak memberi kesempatan untuk Ninlil meneruskan.

Sementara Emir dan Inanna menurut, Ninlil justru protes.

Tuh, kan? Baru juga terpikirkan olehku Ninlil akan melakukan sesuatu yang impulsif, sekarang sudah kejadian.

"Saat ini, target keluarga Alhold bukanlah aku atau kamu, tapi Nanna dan Suen."

"Eh?"

Nanna dan Suen terperanjat ketika mendengar ucapanku. Aku mengabaikan mereka dan memberi penjelasan lebih lanjut ke Ninlil.

"Ninlil, kalau kamu lihat bekas tembakan di jendela, arahnya adalah ke tempat kalian duduk, bukan tempat kami. Jadi, tampaknya, Alhold berusaha melukai temanmu untuk membuatmu tunduk. Mengerti?"

Ninlil terdiam ketika mendengar penjelasanku. Pandangannya tidak bisa diam antara jendela dan kedua temannya. Keringat dingin terlihat mulai mengalir di pelipisnya.

"Selama ini, meski berkali-kali berkonfrontasi dengan mereka, Keluarga Alhold tidak terlalu peduli karena aku adalah inkompeten. Namun, kamu berbeda. Kamu adalah calon kepala keluarga. Mereka tidak bisa membiarkan calon kepala keluarga terus menerus menentang. Mereka harus mengekangmu. Dan, Nanna dan Suen adalah jawabannya."

Sementara aku berusaha meyakinkan Ninlil, Inanna sudah melakukan tugasnya, mengarahkan Mari.

"Inanna, kalau kamu merasakan ada peluru yang mengancam kalian, hentikan saja, tapi tidak usah dikirim kembali. Aku tidak mau terlalu membebanimu."

"Ya!" Inanna menjawab tanpa melihat ke arahku. Dia fokus pada smartphone di tangan.

Satu menit sudah berlalu dan aku pergi ke garasi. Begitu memasang headset, suara Inanna dan Mari terdengar saling bersahutan.

[Mari, 800 meter ke arah barat!]

[Siap!]

Tampaknya, mereka berdua mampu bekerja sama dengan baik.

Di garasi, ada ruang kecil rahasia yang menyimpan peti arsenal. Aku mengambil satu pistol, mengenakan peti arsenal di punggung, dan naik ke atas sepeda motor.

Sudah lama sekali aku tidak menaiki sepeda motor dan beraksi seperti ini. Tentu saja, sepeda motor yang ini tidak sama dengan yang dulu. Di garasi, aku memiliki dua sepeda motor, satu normal, satu tidak. Semua sepeda motor adalah model naked bike tanpa kopling.

Sepeda motor yang tidak normal sudah aku tambah empat kotak kompartemen, dua di samping tangki bensin, dua di atas knalpot kanan kiri. Kompartemen depan berisi pistol, pisau lempar, golok, granat, dan peluru. Kompartemen belakang terisi oleh senapan, assault rifle, dan beberapa golok.

Aku menyalakan motor dan memutar kenop gas. Aku keluar dari rumah, melaju di jalanan yang hanya cukup untuk satu mobil ini.

[Gin target pertamamu ada di barat, 700 meter.]

Aku menuruti instruksi Inanna, pergi ke barat.

Saat ini, dia bisa memonitor pergerakanku dan Mari karena kami mengirim live location ke smartphonenya. Dengan pengendalian timah, dia bisa memperkirakan lokasi peluru dan memberi arahan padaku.

[Gin! Tembakan dari jam 10 mu!]

Beberapa kali suara tumpul dan kaca pecah terdengar sepanjang perjalanan. Tampaknya mereka mencoba menjatuhkanku. Mungkin, orang berpikir menaiki sepeda motor di tengah peluru seperti ini adalah ide yang bodoh. Dan memang bodoh.

Namun, dengan informasi dari mana peluru meluncur, dai Inanna, aku bisa melakukan manuver, berbelok, dan menikung, membuat tembakan lawan meleset.

[Gin, kira-kira 10 rumah di depan kirimu, mungkin ada dua orang.]

Inanna mengatakan mungkin karena dia hanya merasakan kumpulan peluru. Dia tidak benar-benar tahu apakah kumpulan peluru itu milik dua orang atau bukan.

Aku bisa melihatnya, dua orang di atas atap rumah. Tanpa berhenti, aku lewat dan melepaskan beberapa tembakan dengan pistol di tangan kiri. Melepaskan tembakan dari atas sepeda motor sangat sulit. Beberapa tembakan meleset.

Akhirnya, satu tewas, tapi masih ada satu orang lagi. Dia melepaskan tembakan padaku yang baru lewat.

[Gin, tembakan dari tempat itu.]

Aku tidak terlalu khawatir.

Terdengar suara logam bertabrakan di punggung. Tampaknya dia berusaha menembus peti arsenal, tapi gagal.

Aku berbelok, memutar, menggunakan dinding pagar sebagai perlindungan. Aku membuang pistol yang kehabisan peluru dan mengambil pistol lain dari kompartemen depan. Pada putaran ini, aku berhasil membunuh satu orang yang tersisa.

Meski berhasil mengeliminasi dua orang, aku terus bergerak, mengambil rute yang acak.

"Selanjutnya?"

[Yang terdekat kira-kira satu kilometer di selatanmu.]

Aku mengikuti instruksi Inanna dan mengarah ke selatan. Namun, belum ada seratus meter, aku merasakan niat membunuh datang dari belakang atas. Di spion, aku melihat ada dua orang terbang sambil membawa tombak.

Karena senjata mereka tombak, bukan timah, maka Inanna tidak bisa mendeteksinya. Aku menginjak rem belakang dan menarik rem depan bersamaan, membuat tombak yang mereka lempar meleset. Karena mereka cukup dekat, aku dapat menyarangkan peluru di tubuh mereka dengan mudah.

Krak

Terdengar suara patah cukup keras. Tampaknya, yang membunuh mereka bukan peluruku, tapi karena jatuh dengan posisi kepala di bawah.

Aku melanjutkan perjalanan ke selatan.

[Gin, tiga orang di jalan.]

Sesuai ucapan Inanna, tiga orang muncul di tengah jalan dan menodong assault rifle ke arahku.

Aku memiringkan sepeda motor. Dengan kecepatan tinggi, meskipun roboh, motor ini tidak akan berhenti, tapi berseluncur di jalan. Sementara tembakan melintas di atas, beberapa peluru meluncur dari pistol di tangan kiriku, bersarang di tubuh ketiga orang itu.

Mereka roboh, tapi aku tidak memastikan mereka tewas atau tidak dengan segera. Aku memutar, melewati satu rumah, setelah muncul di belakang mereka, aku melepas tembakan tepat ke kepala.

[Gin, jam 9!]

Ya, aku tahu. Ada peluru meluncur dari samping. Dengan satu putaran kenop gas, aku menghindar. Mereka tidak akan bisa membunuhku kalau tidak bisa mengontrol niat membunuh atau aura haus darah. Di saat seperti ini, aku beruntung Emir, yang tidak bisa memancarkan niat membunuh atau aura haus darah, bukanlah musuh.

[Gin! Ada beberapa kumpulan timah mengarah ke tempatmu! Setidaknya ada 10 orang mendekat!]

Ya, setidaknya. Namun, dari sumber niat membunuh yang kurasakan, setidaknya adalah 23 orang mendekat. Dengan kata lain, ada 13 orang tidak membawa senjata api.

[Gin, kamu terkepung. Aku hanya bisa memberi informasi dari mana tembakan berasal, menggunakan arah jam. Dua belas adalah utara.]

"Itu sudah lebih dari cukup."

Aku turun dari sepeda motor tepat di tengah perempatan. Ada tujuh orang yang terlihat menggunakan senjata langsung seperti tombak, atau pedang. Seharusnya ada 13, sisa 6 orang yang lain bersembunyi di sekitar.

Tidak ada satu pun yang bergerak, baik mereka maupun aku. Kami sama-sama menunggu. Sementara itu, aku bisa mendengar Inanna terus memberi instruksi ke Mari.

[Kyaa!]

[Itu hanya teriakan Nanna. Emir dan Ninlil mampu melumpuhkan orang yang masuk ke rumah.]

Inanna memberi laporan, memastikan aku bisa melanjutkan pembantaian dengan tenang.

Ngomong-ngomong, aku baru sadar kalau nama Nanna dan Inanna adalah mirip. Ok, informasi itu tidak penting untuk saat ini.

[Gin, Lima!]

Aku melompat ke kiri, menghindari tembakan dari belakang kanan.

[Dua belas!]

Belum sempat aku mendarat, instruksi lain sudah muncul. Untuk menghindarinya, aku tidak mendarat, tapi membiarkan tubuhku terjatuh ke tanah.

[Tiga!]

Aku berguling, menghindari serangan yang datang.

Aku terus bergerak ke sana ke sini, menghindari semua tembakan yang datang. Terkadang membiarkan peluru dihadang oleh peti arsenal. Kalau seorang diri, aku tidak akan pernah melakukan hal ini. Normalnya, aku akan menyerang dengan berpindah dari satu rumah ke rumah lain, menggunakan apa pun di sekitar sebagai pelindung.

Jujur, saat berurusan dengan pasar gelap, aku tidak pernah melibatkan warga sipil di tengah pertarungan seperti ini. Mungkin terdengar aneh, tapi organisasi pasar gelap tidak pernah melibatkan warga sipil. Kalaupun ada perang antar organisasi, lokasi pasti berada di tempat terpencil.

Walaupun di tempat ramai seperti pelabuhan atau beberapa kompleks perumahan atau kompleks pertokoan, bisa dibilang, orang-orang yang berada di tempat itu adalah orang yang berkecimpung di pasar gelap. Jadi, ya, ini adalah pertama kalinya aku bertarung di tengah permukiman warga sipil. Atau bukan?

Aku baru ingat beberapa minggu yang lalu keluarga Alhold menyerangku begitu saja di tengah permukiman warga sipil. Selain itu, sejak aku bertemu dengan Fahren, agen schneider yang membangkang juga menyerangku di tengah permukiman warga sipil.

Sungguh sebuah ironi. Organisasi pasar gelap yang dibilang sisi hitam kerajaan justru tidak melibatkan warga sipil tidak bersalah, tapi intelijen dan keluarga Alhold yang seharusnya terpandang justru sebaliknya.

Di saat seperti ini, jika terdengar suara ledakan atau tembakan, setelah melapor pada kepolisian, warga diharapkan berkumpul di garasi, berlindung. Kenapa garasi? Karena garasi adalah ruang terakhir yang mungkin dimasuki oleh penyerang. Penyerang, normalnya, akan memasuki kamar atau ruang utama. Bagi mereka yang memiliki basemen, diharapkan berlindung di dalamnya.

[Gin, peluru mereka habis!]

Bersamaan dengan ucapan Inanna, lima orang muncul dari langit, mengarahkan tombak ke tubuhku. Aku melepaskan sebuah tembakan, membunuh satu orang. Namun, empat orang tombak masih meluncur.

Aku melompat mundur, menghindari semua tombak.

Tombak digunakan untuk menusuk dari udara? Apa mereka bodoh? Tombak itu digunakan untuk menusuk dari sekeliling, memastikan tidak ada ruang bagi target untuk menghindar. Kalau dari atas, tinggal lompat ke samping sudah selesai.

Dan, lagi, biar aku tunjukkan bagaimana cara menggunakan tombak yang benar. Dengan gerakan secepat kilat, aku melempar pistol ke dalam arsenal, merangkai tombak dan kapak menjadi satu menjadi satu, dan mengayunkannya. Dengan satu ayunan, tombak ini menebas dan menyayat tubuh mereka semua.

Sebuah tombak sepanjang dua meter berwarna biru gelap siap di tangan. Meski aku mau bilang tombak, benda ini lebih tepat disebut dengan halberd. Di ujungnya, kapak dua sisi dan satu penusuk.

Seolah bisa membaca pikiranku, kini, delapan orang menyerang dari semua arah. Yah, dengan ini, mereka sedikit pintar. Sedikit.

Aku melemparkan halberd ke salah satu orang dan lalu mengambil dua assault rifle dari dalam arsenal. Tembakan memutar pun membunuh mereka semua. Setelah peluru habis, sekali lagi sebuah serangan muncul dari atas. Aku tidak menghindar, tapi menghalau serangannya dengan assault rifle di tangan kiri.

Bagiku, senjata api tidak berhenti berfungsi walaupun pelurunya habis. Tangan kanan memegang handguard di dekat laras dan berayun. Aku menggunakan assault rifle ini sebagai senjata tumpul, tepat menghantam pelipis lawan. Di saat itu, sebuah granat nanas terjatuh.

Seriously?

Blarr

Sebuah ledakan terjadi. Tentu saja, aku tidak terluka. Hanya dengan menempelkan arsenal ke tanah, aku sudah mendapat perlindungan maksimum. Sementara aku lolos dari luka, orang-orang di sekitarku tidak. Bahkan, lawan yang seharusnya hanya mengalami luka tumpul di pelipis tewas gara-gara granat itu.

Granat juga tidak memiliki timah di dalamnya, oleh karena itu Inanna tidak bisa mendeteksinya.

Baiklah, total ada 14 orang tewas. Aku merasakan hanya tinggal lima niat membunuh. Kemana yang empat lagi? Apa mereka kabur? Atau berlindung ke dalam rumah warga? Yah, percuma aku memikirkannya.

Sementara itu, aku baru menyadari kalau orang-orang ini terus berusaha menyerangku walaupun melihat penyerang sebelumnya tewas. Padahal, kalau di pasar gelap, kamu pasti berhenti menyerang ketika penyerang pertama dapat dilumpuhkan dengan mudah.

Bukan hanya kali ini, penyerangan keluarga Alhold beberapa minggu yang lalu juga sama. Apa ini juga adalah efek dari pencucian otak pengendalian sama? Bisa jadi.

[Gin, butuh bantuan?]

Tampaknya, pertarungan ini sudah selesai.

Suara lain muncul di headset. Karena komunikasi ini dilakukan pada grup terbuka, semua anggota Agade bisa mengatakan apapun. Suara ini adalah milik Ninmar. Keberadaannya tidak terlalu dekat. Aku hanya bisa mengetahui lokasinya secara samar-samar.

"Lumpuhkan semua orang yang membawa senjata."

[Siap!]

Bersambung

============================================================

Halo Semuanya. Kali ini, tidak banyak post note yang bisa author sampaikan selain konflik mulai memuncak. Jadi, langsung saja seperti biasa.

Author ingin melakukan endorse pada artist yang gambarnya author jadikan cover, yaitu 千夜 / QYS3.

Kalau kalian membaca di komputer, di bagian bawah, di bawah tombol vote, ada tombol external link yang akan mengantar kalian ke page pixiv artistnya. Author akan berterima kasih kalau kalian press like di pixiv atau bahkan love.

Kalau kalian membaca lewat app, kalian bisa ke page conversation author. pada pinned post, author akan post link pixiv artistnya. Bisa banget dibuka pixiv pagenya, lalu like gambar-gambar yang ada di galeri. Atau bisa juga kalian search twitternya. User Id artisnya @QYSThree

Dan, ini ada sebuah endcard dari pokarii_, sebuah ucapan terima kasih dari Emir dan Inanna

avataravatar
Next chapter