86 Arc 3-3 Ch 14 - Rahasia Keluarga Alhold

Seperti biasa. Kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================

Banyak hal di hidup ini yang tidak akan berjalan seperti kemauanmu. Namun, terkadang, hidup ini justru berjalan lebih baik dari kemauanmu. Seperti yang sekarang terjadi padaku.

Berkat serangan yang baru saja terjadi, beberapa hal justru menjadi lebih baik untukku. Pertama, salah satu bangunan Alhold, hancur. Selain itu, dari laporan kepolisian di tempat kejadian perkara, beberapa anggota keluarga Alhold pun juga tewas. Meski aku tidak terlalu peduli pada keluarga Alhold, tapi tidak ada salahnya berbahagia ketika musuh berkurang, kan?

Lalu yang kedua, aku mendapatkan senjata penghilang pengendalian, yang kemungkinan besar, milik inkompeten tak dikenal. Dengan menyelidiki sumber senjata ini, aku bisa menemukan inkompeten itu dan mendorong Fahren dan Arid padanya. Dia lah yang akan menjadi Raja baru.

Yang ketiga, ada kemungkinan agen yang dirumahkan akan berpikir ulang mengenai perlawanan mereka. Agen schneider yang dirumahkan, kebanyakan, adalah agen yang lebih cocok menangani misi rahasia dan pengumpulan informasi. Mereka tidak memiliki tempat di pertarungan antar monster seperti Ukin, Karla, Constel, Mulisu, Emir, Inanna, Jin, dan lainnya.

Keempat, semua musuh berkumpul pada satu tempat. Jadi, aku tidak perlu repot-repot menaklukkan mereka satu per satu. Apalagi, dengan terlibatnya keluarga Alhold, aku bisa mengklaim serangan yang kulakukan adalah masalah personal, bukan bisnis.

Kelima, setelah Ukin membeberkan identitasku, Shu En dan Marlien memiliki kepercayaan yang lebih besar padaku. Mereka jadi yakin kalau aku memang layak berada di puncak, meski sebenarnya aku tidak menginginkannya.

Selain itu, Jin mengatakan tidak akan melawan organisasi oposisi. Namun, dia juga menyatakan tidak akan berada di pihak intelijen. Dia akan mengatur agar Guan menjadi pihak netral. Guan tidak akan melewati kuota transaksi, tapi tidak akan terlibat perseteruan secara langsung.

Namun, secara personal, Jin mengatakan akan datang kalau aku membutuhkan bantuannya. Yah, dalam waktu dua tahun terakhir, aku dan Jin beberapa kali saling menolong di pasar gelap. Meski demikian, wajah dan nama kami relatif tidak dikenal.

Dari menolong Jin ini lah, aku mendapat relasi dan mulai menjual barang antik. Namun, orang-orang yang mengenal kami justru tidak menyebarkan informasi ini. Mereka menyimpannya untuk diri sendiri. Info yang beredar soal Jin adalah null. Untuk infoku yang beredar soal adalah penjual barang antik.

Gara-gara tidak ada informasi beredar, kami beberapa kali harus berhadapan dengan pihak yang merepotkan. Mereka menganggap kami bukanlah siapa-siapa dan sering mengganggu. Ketika itu terjadi, kami pun berkonfrontasi. Dan, sebagai efeknya, kekuatan pihak yang mengganggu jadi berkurang. Secara tidak langsung, kami membantu orang-orang yang mengenal kami.

Karena aku dan Jin sering beraksi bersama, dulu, sempat beredar nama julukan untuk kami, Disabled Duo. Kenapa? Karena aku inkompeten dan Jin juga hampir tidak bisa menggunakan pengendalian.

Setelah aku pikir-pikir, aku pertama kali bertemu Emir sebagai penjual barang antik. Meski Fahren memang benar ingin mendekatkan Emir padaku, tapi pekerjaanku sebagai penjual barang antik lah yang benar-benar mempertemukan kami. Dengan kata lain, secara tidak langsung, Jin adalah alasan aku menjadi calon suami Emir saat ini.

Dalam waktu dekat ini, aku harus mentraktirnya makan di suatu tempat. Dia layak mendapatkannya.

"Guru kok senyum-senyum sendiri?"

"Hahaha, aku hanya senang."

Aku menjawab Shinar yang menuangkan teh hangat. Setelah meletakkan teh di mejaku, dia pun kembali ke sofa.

Kini, aku hanya berdua dengan Shinar di kantor. Aku memainkan handphone, membaca berita dan laporan kepolisian mengenai serangan tadi siang. Sementara itu, Shinar berkutat dengan laptop, membuat database calon siswa sekolah intelijen.

Karena aku sudah cukup sering berada di kantor, aku pun menyuruh Shinar untuk membeli teh herbal dari Kafe Ease di Mal. Karena aku sudah mengatakan pada Kisu kalau aku akan membeli tehnya, ketika Shinar datang, dia hanya mengambil racikan yang sudah disiapkan.

Awalnya, Shinar hanya menyeduh teh untukku. Namun, setelah aku membiarkannya mencoba teh herbal, dia pun menjadikannya rutinitas. Jadi, sekarang, bukan hanya aku yang menikmati teh herbal panas.

Setelah kejadian tadi, aku menyuruh tiga pihak, baik Agade, Akadia, maupun intelijen kerajaan, untuk mencari asal usul senjata penghilang pengendalian itu. Mereka juga aku perintahkan mencari informasi mengenai pihak ketiga ini.

Mereka semua, tampaknya, menganggap aku membutuhkan informasi ini untuk menghukum pihak yang bersangkutan. Aku sama sekali tidak bilang kalau aku ingin bertemu inkompeten yang berada di baliknya dan menjadikannya Raja. Dan, tentu saja, mereka tidak tahu kalau pembuat senjata itu adalah inkompeten lain.

Marlien, Shu En, dan Ibla, langsung membagi mayat dan senjata yang akan mereka bawa. Agade dan Akadia membawa tiga tubuh dan tiga senjata. Intelijen hanya membawa dua tubuh dan dua senjata. Shu En pun langsung membawa tubuh dan senjata tersebut untuk diteliti lebih lanjut. Jadi, kini, dia tidak menemaniku.

Emir, Inanna, Jeanne, dan Ufia, masih sibuk dengan dokumen yang aku minta, dokumen transaksi dan semua hal yang memberi informasi mengenai kerja sama antara keluarga Cleinhad dan Alhold. Sebenarnya, ini adalah urusan personal. Namun, secara tidak langsung aku tampak sedang mengurus intelijen karena berhubungan dengan keluarga Cleinhad.

"Apa serangan yang terjadi ini sesuai dengan rencana guru?"

"Tidak. Tidak. Sama sekali tidak," Aku menolak tuduhan Shinar. "Serangan ini terjadi di luar rencanaku. Namun, aku tidak menduga hal ini justru membawa beberapa hal positif untukku."

Shinar tahu kalau aku yang membantai keluarga Cleinhad. Namun, dia belum tahu kalau aku adalah Sarru. Menurut Shu En dan yang lain, mengungkap identitasku ke seluruh agen atau pihak yang terlibat bukanlah sesuatu yang disarankan. Mereka bilang, fakta itu terlalu penting dan signifikansinya terlalu besar.

Jadi, menurut Shu En dan yang lain, biar rumor kalau aku adalah Sarru menyebar dulu, perlahan menggantikan rumor yang sebelumnya. Kalau seandainya rumor itu sudah menyebar, orang-orang yang terlibat, terutama agen schneider, akan lebih mudah menerimanya dengan anggapan, "ah, pantas dia ditunjuk menjadi kepala intelijen,".

Yah, aku setuju dengan ucapan mereka. Sebuah informasi krusial yang tersebar secara mendadak pastilah akan mendapat perlawanan yang besar. Namun, kalau penyebarannya perlahan, orang akan lebih mudah menerimanya.

Kring kring

Sebuah telepon berbunyi. Yang berbunyi bukanlah handphone milikku atau Shinar, tapi telepon yang terletak di meja kerjaku.

"Ya?"

[Maaf mengganggu. Tapi ini adik bapak bersikeras ingin masuk ke ruang dokumen. Padahal, Nona Jeanne sudah bilang tidak seorang pun boleh masuk sementara mereka di dalam.]

Ninlil? Apa yang mau dia lakukan di ruang dokumen?

"Suruh dia ke ruanganku."

[Baik, Pak.]

[Ah! Kak Emir! Kak Inanna! Tuan Putri Jeanne.]

Dari telepon, aku mendengar Ninlil yang memanggil Emir dan Inanna. Tampaknya Jeanne dan yang lain sudah mendapatkan dokumen yang kuminta.

DI lain pihak, aku memperhatikan hal lain dari suara Ninlil. Dia menyapa Emir dan Inanna dengan ceria dan ringan. Lalu, terdapat jeda kemudian dia menyapa Jeanne dengan sopan dan formal. Bahkan, mungkin, dia sedikit merendahkan tubuh, memberi penghormatan. Dan yang terakhir, dia tidak menyapa Ufia. Mungkin dia masih menyimpan kebencian pada keluarga Alhold.

[Maaf, Pak. Masalahnya sudah selesai. Jeanne dan yang lain akan ke ruangan Bapak sekarang.]

"Ya, terima kasih,"

Aku menutup telepon.

Sebagai kepala, aku telah menjadi sosok yang dituakan. Meski usiaku belum mencapai 20 tahun, mau tidak mau, aku harus menerima panggilan "pak" ini. Untung aku tipe orangnya cuek bebek. Jadi, aku tidak mempermasalahkannya.

Di lain pihak, Emir sempat marah ketika dipanggil bu. Dia bersikeras masih muda. Ditambah lagi, karena posisinya di intelijen masih rendah, maka, mereka hanya perlu memanggilnya dengan nama. Fakta kalau dia adalah calon istriku dikesampingkan begitu saja.

Inanna tidak melawan atau menyanggah ketika dipanggil bu. Namun, aku bisa melihat mukanya yang masam setiap kali dipanggil bu. Karena Inanna sering bersama Emir, aku sempat lupa kalau dia aslinya penurut dan pemalu.

Aku pun memerintahkan orang-orang untuk menghentikan panggilan bu pada Emir dan Inanna.

Tidak lama kemudian, akhirnya, Jeanne dan yang lain datang. Dari lima orang yang datang, muka Ufia adalah yang paling masam, seolah dia baru saja mengunyah obat tradisional.

"Ufia, kamu kenapa?"

"Aku..." Ufia membuang pandangan. "Aku tidak percaya ternyata keluarga Alhold seburuk ini. Aku sama sekali tidak menyangka kalau mereka menjual anak-anak dengan pengendalian generik. Sekarang aku paham kenapa semua orang di keluarga Alhold memiliki pengendalian spesial atau istimewa."

Ya, keluarga Alhold tidak melahirkan anak dengan pengendalian generik adalah mitos. Faktanya, keluarga Alhold juga melahirkan anak dengan pengendalian generik. Namun, mereka menjual anak-anak itu. Karena ini lah normalnya kelahiran anak di keluarga Alhold tidak diumumkan kecuali calon kepala keluarga masa depan.

"Apa mereka benar-benar menginginkan label keluarga penuh orang berbakat?"

Jeanne meletakkan beberapa bundel dokumen di mejaku.

"Jujur, aku ragu itu alasannya," aku membalas Ufia sambil mengucapkan terima kasih pada Jeanne. "Aku punya hipotesis, tapi belum yakin."

Sementara aku mulai membuka-buka dokumen yang dilimpahkan padaku, Jeanne dan yang lain pun duduk di sofa, bersama Shinar.

"Hipotesis?" Ufia bertanya.

"Yah, hipotesis. Mumpung kamu dan Ninlil ada di sini, aku ingin mencoba mendiskusikannya." Aku membuka topik baru. "Ufia, keluarga Alhold selalu memiliki pengendalian utama lebih dari satu, yang membuat mereka dianggap berbakat. Lalu, apa kamu bisa mengendalikan aluminium?"

"Ya, aku bisa mengendalikan Aluminium, sama seperti yang lain," Ufia mengonfirmasi tebakanku. "Meski tidak pada level kakek Enlil, om Barun, atau Ninlil sih."

Pandanganku melirik ke Ninlil, yang duduk di sofa bersama yang lain. Setelah mendengar ucapan Ufia, yang secara tidak langsung pujian, dia membusungkan dadanya yang datar itu. Hah, dasar, anak ini.

Aku dengar kalau dia sedang libur. Sekolahnya sedang ada suatu acara, jadi tiga hari belakangan dia berkunjung ke sini setiap waktu. Besok, setelah sekolahnya masuk lagi, dia hanya bisa mengunjungiku di sore hari, seperti sebelumnya.

Kembali ke topik utama.

"Sama seperti yang lain. Dengan kata lain, salah satu pengendalian utama keluarga Alhold, yang dimiliki setiap anggota keluarga, adalah aluminium. Benar demikian?"

"Ya, benar," Ufia mengonfirmasi. "Namun, karena aluminium bukan satu-satunya pengendalian utama, kami tidak merasakan tekanan dari anggota keluarga Alhold yang lain. Mungkin hanya terasa tidak nyaman."

Jawaban Ufia sesuai teori pengendalian. Normal bagiku mengetahuinya yang di jaman sekolah selalu mendapat nilai sempurna dalam ujian teori. Beberapa teman dekat di SMP dan SMA pun juga mengonfirmasinya. Karena hal ini, tidak disarankan meletakkan dua orang dengan pengendalian sama pada satu kelompok atau tim.

"Jadi, keberadaanku membuatmu tidak nyaman, kan?"

Ninlil bertanya dengan lantang. Anak ini tidak sopan. Apa dia tidak sadar kalau Ufia lebih tua dariku?

"I–iya."

Ufia menjawab Ninlil dengan ragu-ragu. Aku tidak tahu yang membuat Ufia ragu apakah karena Ninlil adikku atau karena pengendaliannya lebih lemah dibanding Ninlil.

Aku mulai memunculkan informasi yang sebelumnya ada di otakku, yang menurutku, saling berhubungan. Tidak nyaman dan tekanan. Lalu, pencucian otak anggota keluarga Alhold. Kelakuan ayah yang aneh setelah kembali ke keluarga besar, saat mencoba meyakinkan Enlil. Di lain pihak, ada juga Fahren yang tiba-tiba berlaku aneh.

"Inanna,"

"Ya?" Inanna merespon.

"Aku tahu kamu lebih tertarik pada kebencanaan, tapi apa kamu juga mempelajari pengendalian?"

"Aku juga mempelajari soal pengendalian karena dulu tampak berfungsi untuk pekerjaanku sebagai Agen Gugalanna."

"Seberapa banyak?"

"Cukup banyak." Inanna merespon. "Maksudku, pengendalian pada manusia sangat unik dan menarik, terutama masalah penurunan pengendalian. Ada yang mengatakan penurunan pengendalian sama seperti gen, jadi tergantung pengendalian orang tuanya. Kalau pun tiba-tiba ada pengendalian lain muncul, biasanya jika ditelusuri di silsilah keluarga, sebenarnya pengendalian itu sudah pernah muncul. Jadi, semacam gen resesif."

Perempuan ini benar-benar lunak, anteng, dan pemalu, dalam kondisi normal. Namun, kalau aku sudah memancingnya dengan topik sains atau ilmu pengetahuan lain, seperti sekarang, dia langsung berbicara banyak. Normalnya, standar "tidak banyak" Inanna sudah sangat banyak, mencapai level pengetahuan lomba Olimpiade. Namun, kini, dia berkata cukup jauh.

Inanna suka membaca semua jenis buku, jadi, menurutku, normal kalau dia tahu banyak. Selain aku, hanya Emir, yang sudah satu rumah setengah tahun lebih, yang mengetahui sifat Inanna yang ini. Jadi, dia hanya tersenyum.

Di lain pihak, Jeanne dan yang lain membuka mulut dan terdiam. Mereka tampak terkejut dengan Inanna yang tiba-tiba berbicara banyak.

"Inanna, apakah perbedaan kekuatan pengendalian ini bisa digunakan pada teknik penyiksaan?"

"Eh?"

Ketika aku mengajukan pertanyaan itu, semua orang di ruangan ini terkejut. Semua, kecuali Inanna. Dia menjawab pertanyaanku dengan enteng, menganggapnya sebagai bahan diskusi.

"Ya, bisa, Aku sendiri beberapa kali menggunakannya." Inanna menjawab. "Efek pengendalian yang sama, pada pihak yang lemah, adalah nafas pendek, keringat dingin, jantung berdetak cepat, mual, pandangan buram, dan gangguan saraf motorik. Efek yang ditimbulkan lebih parah dari ditenggelamkan, lebih dari cukup untuk membuat orang itu berbicara.

"Secara praktik, melakukan hal ini bisa dibilang penyiksaan. Namun, secara teori dan legalitas, masih abu-abu. Kami bisa mengklaim kalau pihak yang diinterogasi tidak mau mengatakan pengendaliannya dan kebetulan agen kami yang lebih kuat berada di ruangan yang sama."

Aku juga sempat memikirkannya, tapi tidak sempat mempraktikkannya. Maksudku, selama di pasar gelap, aku lebih sering bergerak seorang diri. Jadi, aku tidak ada rekan yang bisa dimintai tolong. Jin pun juga memiliki pengendalian lemah, jadi percuma.

Tunggu dulu, Jin!

"Kalau seandainya pengendalian orang itu lemah, apakah ada suatu cara untuk menghilangkan gejala atau perasaan tidak nyaman yang dialami?"

"Bisa saja kalau dia sudah terbiasa. Seperti kamu makan makanan pedas, di awal tidak terbiasa. Namun, semakin lama, kamu bisa makan dengan tingkat pedas semakin tinggi tapi masih baik-baik saja, kan? Anggap saja seperti itu."

Ah, begitu ya. Jadi, kemungkinan, Jin sudah mati rasa.

"Namun, kalau untuk teknik cuci otak, apa ini bisa dilakukan?"

"Teknik cuci otak ya..."

Sementara Inanna memejamkan mata sejenak, mencari informasi yang mungkin ada di otaknya, yang lain melihatku tajam, kecuali Ninlil dan Shinar. Untuk Jeanne dan Ufia, mungkin mereka ingat ketika aku mengatakan kalau Ufia sebenarnya dicuci otak oleh Enlil. Untuk Emir, mungkin dia berpikir ayahnya juga dicuci otak.

"Dulu aku sempat membaca publikasi di bidang psikologi yang menyatakan kalau ada kecenderungan orang yang pengendaliannya lemah akan lebih mudah menurut pada yang pengendalian lebih kuat. Namun semua itu hanya kecenderungan dan asumsi. Percobaan pada manusia sudah dilarang, jadi tidak ada yang bisa memberi kepastian."

Kecenderungan ya.

"Ufia, bisa tolong kamu ke ujung ruangan dan pegang salah satu senjataku yang ada di dalam peti arsenal?"

"Oke,"

Ufia menurutiku begitu saja. Ngomong-ngomong, semenjak aku melatihnya, Ufia jadi lebih penurut. Yah, perintahku selama ini adalah perintah yang sederhana sih. Dan lagi, posisiku juga adalah atasannya, jadi aku tidak tahu apakah dia menurutiku karena posisi atau latihan itu.

"Lalu?"

"Apa kamu masih merasa tidak nyaman dengan keberadaan Ninlil?"

"Eh? Benar! Aku sudah merasa normal. Tidak seperti sebelumnya."

Tampaknya Ufia baru sadar ketika aku mengatakannya. Beberapa kali dia meletakkan dan mengangkat senjataku, mungkin mencoba memastikan efeknya.

"Ah, Gin, aku boleh pegang senjatamu kalau sedang satu ruangan dengan Ninlil? Aku merasa lebih nyaman dengannya."

"Efeknya kamu tidak bisa menggunakan pengendalian."

"Tidak masalah. Pengendalianku di ruangan ini kali hanya untuk mengangkat nampan dokumen atau mengambil buku tanpa bergerak, kan? Aku tidak masalah. Perasaan tidak nyaman yang ditimbulkan oleh Ninlil lebih buruk."

Beberapa buku di ruangan ini dijilid dengan cover berlapis logam, jadi orang bisa mengambilnya tanpa bergerak.

"Nanti aku buatkan kalung atau benda lain untuk kamu kenakan. Aku tidak mau kamu pegang senjata ketika yang lain tidak."

"Janji ya?"

"Iya, janji."

Ketika aku mengatakannya, terlihat jelas Ninlil yang memicingkan mata. Tampaknya dia kesal.

Hmm.... jadi, perasaan tidak nyaman yang dirasakan Ufia menghilang ya. Kalau begini, dugaanku semakin kuat.

Sementara aku terdiam, tiba-tiba, Inanna membuat deklarasi.

"Ah, ya, sekarang aku paham kenapa kamu menanyakan semua itu Gin."

Inanna benar-benar pintar. Di saat seperti ini, rasa sayangku padanya semakin bertambah.

"Kalau begitu, bisa tolong kamu jelaskan pada semua orang di ruangan ini? Mereka tampaknya belum paham."

"Oke," Inanna menyanggupi. "Jadi, pada orang dengan pengendalian lebih dari satu seperti Ufia dan Ninlil, berada di ruang yang sama tidak menimbulkan gejala penyiksaan, hanya tidak nyaman. Namun, gejala tidak nyaman ini berada pada level yang sangat rendah, mungkin pada tingkat bawah sadar.

"Karena perasaan tidak nyaman berada pada tingkat bawah sadar, orang dengan pengendalian lebih lemah menurut kepada yang lebih kuat juga terjadi pada tingkat bawah sadar. Karenanya tidak ada kesimpulan pasti terhadap penelitian sebelumnya, hanya kecenderungan. Namun, kecenderungan ini sudah memberi bukti yang cukup kuat.

"Jadi, kesimpulannya, Kepala Keluarga Alhold menjual semua anak dengan pengendalian generik dan hanya membesarkan mereka dengan pengendalian istimewa adalah supaya dia bisa membuat semua orang di Keluarga Alhold menurut padanya. Dengan kata lain, Keluarga Alhold, dari generasi ke generasi, telah mempraktikkan pencucian otak di keluarganya."

Bersambung

============================================================

Halo Semuanya.

Di chapter ini, muncul beberapa dasar dan bahasan mengenai pengendalian. Bagi kalian yang sudah membaca spinoff "I am No King Another Story: Lacuna", pasti sudah familiar dengan efek pengendalian sama. Namun, bagi yang belum membaca spinoff, chapter ini adalah pertama kalinya hal ini dibahas.

Sejak Arc-2, author sudah mempersiapkan benar-benar soal pencucian otak ini. Lalu, ditambah dengan spinoff "I am No King Another Story: Lacuna" fondasinya pun sudah cukup kuat. Tinggal perlahan-lahan saja dimunculkan mulai dari ayah Lugalgin yang mulai berlaku aneh, dan juga bagaimana Ufia dan Nammu bisa lepas dari cuci otak Enlil. Kalau kalian yang perhatian, kalian sudah bisa menebak alasannya di chapter ini. Hehe.

Dan, seperti biasa, Author ingin melakukan endorse pada artist yang gambarnya author jadikan cover, yaitu 千夜 / QYS3.

Kalau kalian membaca di komputer, di bagian bawah, di bawah tombol vote, ada tombol external link yang akan mengantar kalian ke page pixiv artistnya. Author akan berterima kasih kalau kalian press like di pixiv atau bahkan love.

Kalau kalian membaca lewat app, kalian bisa ke page conversation author. pada pinned post, author akan post link pixiv artistnya. Bisa banget dibuka pixiv pagenya, lalu like gambar-gambar yang ada di galeri.

Atau bisa juga kalian search twitternya. User Id artisnya @QYSThree

Terima kasih :D

avataravatar
Next chapter