69 Arc 3-2 Ch 21 - Kencan

Kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau ada bagian mengganjal, tanya langsung juga tidak apa-apa. Selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================

"Inanna, bagaimana kalau ferris wheel?'

"Itu nanti sore saja. Kata internet, kalau siang, pemandangannya kurang bagus. Kalau rumah hantu bagaimana?"

"Umm, tapi kita berdua bukan tipe yang takut hantu. Ga seru juga kan jadinya?"

"Iya, juga sih..."

Sementara Emir dan Inanna berdiskusi, aku makan kembang gula.

Pagi ini, setelah pulang dari kantor, aku menuruti saran Inanna untuk mengajak mereka kencan. Jujur, karena aku belum pernah punya pacar, aku tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika kencan.

Ketika mereka berdua mendengar aku belum pernah punya pacar, mereka terheran-heran. Mereka bahkan berkata "bukankah kencan adalah hal yang normal untuk rakyat jelata?". Namun, tanpa perlu aku mengatakan hal lain, mereka sudah diam dan menyadari kalau kata normal tidak cocok untukku.

Sayangnya, mereka berdua juga tidak memiliki pengalaman. Maksudku, mereka tuan putri. Selain tuan putri, mereka sama-sama terjun di dunia militer dan intelijen. Akan sangat aneh kalau mereka memiliki pengalaman berkencan. Namun, setidaknya, mereka beberapa kali mengikuti orang kencan untuk pengumpulan intelijen atau membaca referensi dari novel dan komik.

Untuk referensi ketika mengikuti orang kencan, aku bisa cukup menerimanya. Untuk referensi dari novel dan komik? Aku ragu.

Daripada terlalu pusing memikirkannya, kami langsung eksekusi. Sebelum pergi, mereka berdua mengubah penampilan. Yang aku maksud mengubah penampilan bukan sekadar cara berpakaian, tapi juga ciri fisik mereka.

Emir dan Inanna sama-sama mengenakan lensa kontak coklat. Selain itu, mereka juga menggunakan semir rambut temporer untuk mengubah warna rambut menjadi coklat. Emir mengepang rambutnya dan mengenakan kacamata. Rok panjang dan sweter rajut memberi kesan kalau dia kutu buku. Untuk memperkuat kesan kutu buku, dia memberi sedikit bercak di kedua pipi.

Di lain pihak, Inanna mengubah model rambut yang biasanya panjang terburai menjadi twin tail tinggi. Pakaian yang dia gunakan adalah jaket dengan rok pink pendek berenda. Di bawah rok pendek, dia mengenakan stoking. Untuk memperkuat kesan kekanak-kanakan, Inanna menggunakan pita sebagai ikat twin tail.

Karena sekarang musim dingin, penampilan mereka dengan jaket termasuk normal. Yang tidak normal adalah kesan yang dipancarkan dari mereka berdua tampak begitu berbeda. Jika Emir biasanya memberi kesan tomboi dan kekanak-kanakan, kini dia memancarkan aura seorang kakak yang bisa diandalkan. Sebaliknya, Inanna yang biasanya memancarkan aura dewasa justru terasa kekanak-kanakan.

Ketika melihat transformasi yang mereka lakukan, aku benar-benar terkejut. Bahkan, kalau tidak mengenal aura keberadaan Emir dan Inanna, aku mungkin sudah mengira kalau mereka orang lain.

Mereka bilang, make up adalah hal yang wajib dikuasai oleh seorang tuan putri. Selain tampil sempurna, make up juga bisa digunakan untuk mengubah penampilan dan menyusup untuk mendapatkan informasi dari rakyat jelata. Apalagi, mereka juga bekerja di bidang intelijen.

Di lain pihak, aku mengenakan pakaian normal, jaket kulit dengan celana jeans. Namun, yang tidak tampak adalah aku mengenakan pakaian igni yang ketat dan sarung tangan. Baik pakaian igni dan sarung tangan kugunakan memiliki warna kulit. Semua wahana di taman bermain digerakkan dengan mesin rotasi. Kalau aku tidak sengaja menyentuhnya dan menghentikan pengendalian yang berlangsung, orang-orang di sekitar akan panik.

Maksudku, coba bayangkan kalau roller coaster yang kunaiki tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Tidak lucu kan?

Kembali ke kencan. Sejak datang, Inanna dan Emir bergantian memilih wahana yang ingin mereka datangi. Kalau aku bilang, wahana yang mereka pilih cukup acak. Contoh adalah Emir memilih rumah boneka dan tornado sedangkan Inanna memilih komidi putar dan rumah cermin. Benar-benar acak. Aku mulai berpikir mereka tidak peduli wahana apa yang kita datangi.

Ketika istirahat makan siang, aku bisa mendengar cerita mereka berdua dengan tenang. Meskipun mereka pernah mengikuti seseorang kencan, mereka tidak pernah menikmati wahana yang ada. Kencan ini adalah pertama kalinya mereka bisa menikmati wahana sebagai pengunjung.

Mereka benar-benar bersemangat menceritakan semuanya. Melihat senyum lebar dan tawa mereka, aku merasa benar-benar puas.

Sebenarnya, aku mulai bertanya-tanya. Apakah ini bisa disebut sebagai kencan? Maksudku, kami hanya bermain-main. Namun, pada akhirnya, aku tidak memedulikan hal trivial seperti itu.

Ngomong-ngomong, aku mendapati satu hal yang agak aneh dari mereka berdua. Hal ini kuperhatikan ketika tadi mereka membahas satu hal.

"Bagaimana kalau kita ke rumah hantu?"

"Eh? Ga mau ah. ga seru. Iya kan Emir?"

"Iya, ga seru."

Kalian mungkin bilang tidak seru, tapi aku bisa melihat sedikit kedutan di ujung bibir kalian. Kalau Emir yang dulu, dia tidak akan bisa berbohong seperti ini. Di lain pihak, kalau aku belum terlalu mengenal Inanna, seperti dulu, aku tidak akan menyadari kedutan di wajah Inanna.

"Oke, kita ke rumah hantu. Aku benar-benar penasaran."

"Eh? Gin? Tunggu!"

"Tunggu.... Gin. Tidak bisa yang lain saja?"

Emir dan Inanna menarik kedua tanganku sekuat tenaga.

Haha, sudah kuduga. Mungkin mereka memang tidak sepenuhnya takut, tapi ketakutan itu masih ada.

"Santai saja. Kan ada aku. Ayo kita masuk!"

"Eh?" Emir dan Inanna mengeluh bersamaan.

Meski berat hati, mereka berdua tetap menuruti ucapanku. Kami pun memasuki rumah hantu.

Emir dan Inanna mengambil inisiatif dengan berjalan di depanku. Tiba-tiba saja sebuah sosok raksasa dengan pakaian hijau dan rambut hijau panjang muncul. Lidah sosok itu menjulur panjang.

"Ah, hanya segini?"

"Sudah kuduga. Tidak seru."

Sementara Inanna mempertanyakan sosok tersebut, yang adalah patung, Emir bersikeras kalau rumah hantu ini tidaklah seru. Hal ini terjadi terus menerus. Tampaknya, aku harus turun tangan. Aku menjilat kedua telunjukku dan mendekat dari belakang.

"Apa kamu yakin?"

"KYYAAAAA!!!!"

Emir dan Inanna berteriak kencang sekali.

Kalau aku tidak segera menarik telingaku, mungkin aku sudah tuli.

Teknik yang baru saja kugunakan adalah teknik penyiksaan. Dalam keadaan tegang, tubuh tidak bisa membedakan panas dan dingin. Bahkan api las akan terasa seperti es. Oleh karena itu, Kalau kamu menempelkan sesuatu yang dingin dan basah untuk sesaat, syaraf orang tersebut akan menerimanya sebagai ancaman. Sebagai pelengkap, aku memunculkan suara serak.

Dengan semua teknik itu, aku berhasil mengaktifkan insting mereka yang bernama rasa takut. Kalau mereka tenang, teknik ini tidak akan berfungsi. Namun, teriakan itu membuktikan kalau mereka tegang.

"Gi, Gin? Itu kamu?"

Inanna bertanya dengan nada pelan. Bahkan aku bisa mendengar suaranya yang setengah mewek.

"Ahahaha, maaf. Aku tiba-tiba ingin berpartisipasi dengan karyawan."

"Gin... kamu... jahat...."

"Maaf, maaf. Aku benar-benar minta maaf."

Bukan hanya Inanna, suara Emir juga sudah setengah mewek. Ketika melihat Emir mewek, dan matanya sudah mulai basah, aku teringat pada sebuah kenangan yang... tidak terlalu indah. Aku jadi teringat ketika Emir mengompol di jalan tol itu.

Aduh, semoga dia tidak mengompol lagi.

Aku merendahkan badan dan berbisik, "Kalian tidak ngompol, kan?"

"Untungnya tidak."

"Aku tidak mau kejadian memalukan di tol itu terulang kembali."

Aku menghela nafas lega ketika mendengarnya.

"Ayo. Pintu keluar sudah dekat."

Sementara aku berdiri, Emir dan Inanna hanya menjulurkan tangan. Aku memperhatikan bagian bawah mereka baik-baik. Samar-samar, tampak kaki mereka berdua gemetaran. Selangkangan mereka pun begitu rapat, mencoba sekuat tenaga untuk mencegah apapun masuk atau keluar. Mungkin, mereka berusaha sekuat tenaga agar tidak mengompol.

Aku menjulurkan tangan dan menarik mereka berdua. Setelah berdiri, karena kaki mereka masih bergetar, aku memberikan kedua tanganku untuk mereka tarik, sebagai alat bantu jalan. Selain itu, aku juga bisa merasakan kelembutan dada mereka yang mengapit kedua tanganku.

Not bad. Mungkin aku bisa mengajak mereka ke rumah hantu lagi lain kali.

"Gin, aku... tidak mau... ke rumah hantu lagi..."

"Ya, aku setuju dengan Emir. Apalagi kalau kamu ikut."

"Ah.... baiklah...."

Tidak ada kata lain yang muncul dari mulutku. Aku menerima ucapan mereka begitu saja.

Setelah keluar dari rumah hantu, aku membiarkan mereka duduk di kursi terdekat. Sambil menunggu kaki mereka bisa berjalan lagi, aku membeli minuman dari mesin penjual minuman terdekat. Teh madu untuk Emir, teh susu untuk Inanna, dan kopi untukku. Dan, tentu saja aku membeli yang hangat. Cuaca cukup dingin. Aku tidak ingin mereka semakin kedinginan.

"Terima kasih," ucap Emir dan Inanna yang langsung menenggak minuman hangat.

Sejak awal, ide kencan di musim dingin sudah tidak lazim. Namun, aku juga sih yang salah karena tidak pernah mengajak kedua calon istriku kencan.

Matahari sudah berada di ufuk barat. Kalau dari yang aku dengar, dari percakapan Inanna dan Emir, ini adalah saatnya kami menaiki ferris wheel. Dan, benar saja. Setelah minuman habis, aku ditarik oleh dua calon istriku.

"Selamat menikmati."

Kami bertiga pun masuk ke dalam kapsul ferris wheel dan duduk. Kami bertiga duduk di sisi timur kapsul, menghadap ke barat.

Ferris wheel kota ini bukanlah yang tertinggi di Kerajaan Bana'an, hanya 80 meter. Selain itu, banyak gedung setinggi 100 meter di kota Haria. Oleh karenanya, pemandangan yang kami dapatkan bukanlah pemandangan yang benar-benar spektakuler. Awalnya, itu yang kupikirkan. Namun, ternyata tidak.

Dari dalam kapsul, kami diberikan pemandangan senja yang begitu indah. Cahaya kuning matahari terburai oleh awan dan kabut di kejauhan, seperti disaring. Cahaya yang tersaring tidak lah menyilaukan, membuat kami bisa melihatnya memancar lurus, melewati gunung dan gedung yang menciptakan bayangan, memberi pemandangan seolah-olah langit memiliki strip.

"Indahnya,"

Tanpa kusadari, kata itu sudah keluar.

"Gin,"

"Ya?"

Tiba-tiba Emir memanggil dan menarik tangan kananku. Awalnya aku mengira dia ingin menggenggam tanganku, tapi tidak. Dia justru melepas sarung tanganku.

"Eh?"

Tanpa memberi penjelasan apapun, Emir menempelkan tangan kananku ke kursi. Begitu tanganku menempel di kursi, ferris wheel ini pun langsung terhenti, tepat ketika posisi kapsul kami di puncak.

"Hehe, aku ingin menikmati pemandangan ini lebih lama."

"Orang-orang akan panik, tahu. Apalagi para karyawan."

"Jangan khawatir," Inanna menjawab. "Aku sudah menelepon Shu En dan mengatur agar masalah apapun yang muncul tidak akan dimunculkan. Jadi, karyawan tidak akan mendapat masalah."

Tampaknya, mereka berdua sudah merencanakan ini sejak awal. Dan, entah kenapa, aku tidak terkejut.

Aku tidak tahu apakah harus bahagia atau sedih karena mereka sudah tertular kelicikanku. Di satu sisi, aku bahagia karena kemungkinan mereka bertahan di pasar gelap lebih besar. Di lain pihak, aku juga sedih karena mereka menjadi licik. Namun, tidak bisa aku pungkiri, perasaan bahagia lebih mendominasi.

Emir di kanan, Inanna di kiri. Mereka berdua bersandar padaku.

Kami bertiga tidak mengatakan apapun, hanya diam, menyaksikan keindahan yang tidak akan bertahan lama ini. Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu, sedikit mengobrol, tapi aku merasa atmosfernya tidak cocok.

Aku bisa merasakan Emir dan Inanna yang menyandar padaku, seolah menyerahkan tubuh mereka padaku sepenuhnya, membiarkan kehangatan merambah ke tubuh ini. Tampaknya, mereka benar-benar menikmati momen ini, sama sepertiku.

Dalam keheningan ini, aku diberi kesempatan untuk memikirkan kembali semua yang telah terjadi. Sejak bertemu Emir, aku menjadi Regal Knight, menjadi calon suami Emir, melatih Ufia dan Jeanne, melawan Elliot, pergi ke Mariander, menyelamatkan Selir Filial dan Ninshubur, dan menjadi calon suami Inanna.

Tidak sampai di situ, aku pun menentang Fahren, mengaktifkan kembal Agade, menjadi kepala intelijen Kerajaan, mendeklarasikan perang baik pada internal maupun eksternal intelijen, menghadapi Agade palsu yang adalah Illuvia, membuat kerja sama dengan Akadia yang adalah milik Ibu, membangkitkan pengendalian Mulisu, dan merencanakan sekolah intelijen. Aku masih belum sepenuhnya percaya semua itu terjadi dalam waktu kurang dari 1 tahun.

Meski setengah dari kejadian itu disebabkan oleh statusku sebagai inkompeten, setengahnya lagi disebabkan oleh hal lain. Hal lain yang aku maksud adalah keputusan turun ke pasar gelap untuk membalas dendam pada keluarga Cleinhad. Keputusan ini lah yang mempengaruhi setengah hidupku.

Selama ini, aku terus diam, menunggu momen hingga Emir atau Inanna penasaran dan menanyakan masa laluku. Aku tidak akan keberatan sama sekali kalau mereka bertanya. Namun, aku baru teringat kalau aku bilang pada mereka "kalau kamu belum siap, kamu tidak perlu memaksakan diri untuk bercerita. Aku akan senantiasa menanti hingga kamu siap,".

Ada kemungkinan, Emir dan Inanna tidak bertanya karena mereka menanti hingga aku siap. Apakah aku siap untuk menceritakan semuanya? Kurasa, aku selalu siap. Namun, aku tidak sepenuhnya yakin.

Mungkin, kalau mereka bertanya, aku akan berpikir "ya, mau bagaimana lagi. Mereka calon istriku. Tidak mungkin aku terus-menerus menyimpan rahasia,". Dengan kata lain, aku menanti pertanyaan dari mereka sebagai tanda "sudah saatnya aku menyerah", sebuah kesempatan dimana aku bisa memaksa hatiku untuk siap.

Namun, sekarang, aku tidak akan menantikan pertanyaan dari mereka. Aku lah yang akan mengambil inisiasi.

"Emir, Inanna, nanti malam ada yang ingin kuceritakan pada kalian."

Bersambung

============================================================

Halo Semuanya. Mungkin ada yang kecewa karena chapter kencannya author buat singkat. Tapi, kalau kalian perhatikan, style author untuk I am No King memang pace cepat. Jadi, ya, chapter kencan ini tidak terkecuali.

Lalu, seperti biasa, author ingin melakukan endorse pada artist yang gambarnya author jadikan cover, yaitu 千夜QYS3.

Kalau kalian membaca di komputer, di bagian bawah, di bawah tombol vote, ada tombol external link yang akan mengantar kalian ke page pixiv artistnya. Author akan berterima kasih kalau kalian press like di pixiv atau bahkan love.

Kalau kalian membaca lewat app, kalian bisa ke page conversation author. pada pinned post, author akan post link pixiv artistnya. Bisa banget dibuka pixiv pagenya, lalu like gambar-gambar yang ada di galeri.

Atau bisa juga kalian search twitternya. User Id artisnya @QYSThree

Terima kasih :D

avataravatar
Next chapter