66 Arc 3-2 Ch 18 - Berbaik Hati

Aku meletakkan sebuah cangkir teh di atas meja, di depan seseorang yang sama sekali tidak memberi respon pada apa yang kulakukan.

Sekarang, aku berada di sebuah ruangan yang cukup mewah. Terlihat banyak benda dan senjata ornamental yang tidak memiliki fungsi. Selain itu, daripada menggunakan beberapa lampu hemat energi, ruangan ini menggunakan lampu dengan energi besar tapi setengah redup.

Di ujung ruangan, terlihat proyeksi yang diarahkan ke dinding. Proyeksi itu menunjukkan wajah Lugalgin dan beberapa biodatanya. Seolah tidak mau kalah dari lampu, proyeksi itu menunjukkan keperkasaannya yang berasal dari tiga alat proyektor yang berbeda. Dengan semua pencahayaan di ruangan ini, aku rasa tiga mesin rotasi untuk rumah biasa tidak akan bisa menerangi ruangan ini.

Saat ini, aku sedang menyusup ke salah satu pertemuan yang dilakukan oleh pihak oposisi. Lugalgin menyebut mereka oposisi, tapi menurutku, mereka lebih pantas disebut sebagai pembangkang. Tidak. Bahkan sebutan pembangkang terlalu baik. Bangsawan-bangsawan ini adalah sampah masyarakat. Mereka tidak layak duduk di kursi pemerintahan.

Bangsawan seperti mereka, seharusnya, sudah dicabut gelarnya. Daripada melakukan manajemen dan memperkaya daerah yang dikendalikan, mereka lebih sering menggunakan gelar bangsawan untuk memperkaya diri sendiri. Meski secara teori bangsawan yang tidak mampu memberi hasil akan dicabut gelarnya, secara praktik, tidak ada standar jelas mengenai hasil yang harus dicapai bangsawan.

Kalau Lugalgin menjadi Raja, bangsawan-bangsawan ini akan dibersihkan dengan mudah. Sayangnya, Lugalgin tidak menginginkannya. Entah kenapa, tampaknya keluarga Alhold tidak suka menjadi pusat perhatian.

Orang normal tidak akan menyadari ciri khas keluarga Alhold yang ini karena pasangan mereka selalu orang yang menjadi pusat perhatian dan mencolok. Namun, untuk orang-orang yang telah berkecimpung di dunia informasi sepertiku, hal ini terlihat dengan jelas.

"Jadi, semua orang yang kita kirim untuk mengintai bocah itu tewas, tadi siang. Dan oleh karena itu, keluargaku resmi berada di daftar hitam intelijen negara. Semua agen schneider dari keluargaku pun dirumahkan."

Untuk seorang Count, nadanya cukup tenang. Setidaknya sampai... tiga... dua... satu...

"Berani-beraninya bocah ingusan itu, seorang rakyat jelata, membunuh keluarga bangsawan, seorang Count. Dia pikir dia siapa? Hanya karena ditunjuk untuk mengambil alih intelijen kerajaan, dia berpikir seolah-olah dia adalah Raja kerajaan ini. Bahkan melihatnya dicabik-cabik oleh babi liar tidak akan membuatku puas."

Benar-benar seorang bangsawan. Meskipun nadanya lantang, keras, dan penuh kemarahan, kata-kata yang keluar dari mulutnya masih halus dan terpilah dengan baik. Sayangnya, hanya mulutnya yang layak dianggap sebagai bangsawan.

Di lain pihak, beberapa bangsawan lain yang hadir mulai membuka topik baru.

"Apa benar rumor yang mengatakan kalau Yang Mulia Paduka Raja yang menunjuk bocah itu secara langsung?"

"Hah? Kau percaya dengan rumor itu? Tidak mungkin kan?"

"Tidak! Itu sangat mungkin. Mengingat Putri tomboi itu akan menikahinya, bisa saja Raja itu memberi posisi tersebut dengan mudah. Dia pasti tidak mau menantunya hanyalah rakyat jelata yang hidup dari uang hadiah battle royale. Reputasi keluarga kerajaan dipertaruhkan di sini."

Hoi-hoi, kalian mulai menggunakan kata-kata yang tidak pantas diucapkan kepada keluarga kerajaan. Kalau ada yang mendengar kalian, kalian bisa dianggap membelot. Ya, tapi, Fahren tidak akan mencabut gelar kalian hanya karena hal ini. Dia terlalu lunak. Tidak! Lebih tepatnya dia terlalu takut.

Semua orang di pasar gelap dan beberapa bangsawan tahu kalau Fahren menjadi pengecut sejak tragedi keluarga Cleinhad. Alasan kenapa Fahren tidak mencabut gelar bangsawan orang-orang ini adalah waktu. Untuk melakukan pemindahan manajemen daerah ke bangsawan lain, diperlukan waktu. Waktu ini akan membuat keamanan daerah itu, dan bangsawan yang bersangkutan, menjadi lebih rentan.

Fahren khawatir dengan berkurangnya keamanan bangsawan yang bersangkutan, tragedi Cleinhad akan terulang. Belum lagi kemungkinan bangsawan yang gelarnya dicabut untuk memberontak. Bangsawan yang gelarnya dicabut pasti akan mencoba membalas dendam pada bangsawan yang diberi tanggung jawab untuk mengatur daerah tersebut.

Di lain pihak, aku masih penasaran bagaimana Lugalgin bisa membunuh seluruh keluarga Cleinhad. Keluarga Cleinhad adalah yang mengatur intelijen kerajaan ini sejak zaman dahulu. Kemampuan dan kekuatan mereka di pasar gelap tidak perlu diragukan. Selain kekuatan, mereka juga memiliki jalur informasi yang sangat luas.

Hingga kini, aku masih belum tahu bagaimana Lugalgin bisa melakukan semua itu tanpa membeberkan identitasnya, baik sebagai Lugalgin Alhold ataupun sebagai Sarru. Kalau aku tidak mendengarnya langsung dari mulutnya, dan dari Mulisu, aku pun tidak akan percaya.

Aku mengisi gelas lain dengan teh dan lalu mundur.

Saat ini, aku adalah satu-satunya pelayan di ruangan ini. Tugasku mudah, hanya mengisi gelas yang kosong dan meletakkan kue di piring. Dengan keterampilanku, aku bisa melakukan itu semua tanpa mengundang perhatian, seolah-olah aku adalah angin.

Kemampuan ini bukanlah kemampuan khusus ahli informan, melainkan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi kepala pelayan, butler. Untuk seorang kepala pelayan, mereka harus mampu berbaur dengan lingkungan, membuat tamu tidak canggung, sambil memenuhi semua kebutuhan makanan dan minuman. Dan, kemampuan ini sangat berguna di dunia pasar gelap dan intelijen. Ada alasan kenapa kepala pelayan dapat mencari informasi dengan mudah.

Namun, kali ini, pekerjaanku justru terbalik. Bukan kepala pelayan yang menjadi mata-mata, tapi justru mata-mata yang menyamar sebagai kepala pelayan. Bahkan, aku mengenakan kulit kepala palsu untuk mengubah wajahku agar mirip dengan kepala pelayan rumah ini.

Baiklah. Rasanya sudah cukup aku menjadi pelayan.

"Ehem," aku berdehem.

Seorang pelayan tidak diperbolehkan berdehem atau mengeluarkan suara sama sekali. Intinya pelayan adalah angin. Dengan aku berdehem, maka itu adalah akhir dari samaranku menjadi kepala pelayan.

"Maaf bapak-bapak. Namun acara kalian sudah selesai. Kenapa? Karena aku ada di sini."

Tepat setelah aku mengatakannya, aku menarik kulit yang ada menempel di pelipis kananku. Dengan sedikit kekuatan, aku menariknya ke atas, lalu ke bawah, lalu ke atas lagi, melepasnya dari kepala.

"Hah?"

Saat ini, di tangan, terlihat sebuah kulit yang terbuat dari silikon, seolah-olah aku baru menguliti kepala seseorang. Aku sudah memiliki topeng lain sebenarnya, tapi, aku iseng dan meminta Emir membuatkan topeng baru. Dengan sedikit arahan, dia bisa membuat topeng silikon yang sangat realistis. Bukan hanya Lugalgin yang hebat, bahkan calon istrinya pun hebat.

"Kau? Siapa kau?"

Wajar saja kalau mereka tidak mengenalku. Pertama, aku tidak pernah menampakkan wajah sebagai kenalan Lugalgin di gedung intelijen. Kedua, bangsawan congkak seperti mereka tidak akan pernah mengingat wajah sopir bus.

"Ah, aku lupa memperkenalkan diri. Perkenalkan, namaku adalah Ibla, salah satu anggota Agade."

"Agade?"

"Apa yang Agade inginkan di tempat ini?"

Beberapa orang tampak terhentak. Bahkan, ada yang mencoba memundurkan diri walaupun ditahan oleh sandaran kursi.

"Kepala Intelijen Kerajaan yang baru telah memberi tawaran yang menarik pada kami. Namun, aku dengar, kepala intelijen itu juga telah membuat kesepakatan dengan Akadia. Jadi, dengan membersihkan kalian, aku berharap dia lebih memfavoritkan kami dibanding Akadia. Anggap ini adalah free service dari kami, Agade, untuk Lugalgin."

Itu adalah skenario yang kusarankan ke Lugalgin kalau aku beraksi, dan dia menerimanya. Dan, meskipun Lugalgin belum mengatakannya secara langsung padaku, aku sudah tahu kalau Akadia akan bekerja sama dengan Lugalgin. Maksudku, apa ada kemungkinan Akadia, yang berada di bawah ibu Lugalgin, untuk menghalangi Lugalgin?

Namun, setidaknya, aku bersyukur karena Akadia akan menjadi sekutu. Pemimpin dan pendiri Akadia, Yueni Alhold, adalah satu dari sedikit orang yang tidak ingin kujadikan musuh.

"Berani-beraninya!"

Beberapa orang berdiri dan menjulurkan tangan ke depan. Namun, tidak terjadi apa pun.

"Hah?"

Mereka terkejut. Bukan hanya mereka, aku pun terkejut. Saat ini, normalnya, akan ada puluhan benda tajam, yang adalah senjata ornamental, melayang ke arahku. Sekali lagi, normalnya, mereka akan menggunakan pengendalian untuk menyerangku. Namun, saat ini, tidak ada satu pun benda yang melayang.

Meski aku juga terkejut, aku tidak menunjukkannya. Aku tetap menunjukkan sebuah senyum seolah sudah mengetahui semua ini. Aku menerima tabung kecil dari Lugalgin yang berisi racun. Dia bilang, campurkan racun tersebut ke minuman atau makanan, dan orang yang mengonsumsinya akan kehilangan pengendaliannya.

"Percuma saja. Aku sudah memberi racun di minuman kalian yang akan menghilangkan pengendalian. Dan, semua orang di ruangan ini telah meminumnya."

Lugalgin bilang, kalau dicampurkan dengan minuman akan lebih efisien karena jumlah racun yang sedikit. Kalau dicampur pada makanan, dia khawatir tidak semua orang akan mengonsumsinya.

Di lain pihak, ketika aku bertanya berapa lama pengendalian orang itu akan hilang, dia tidak bisa menjawab. Lugalgin bilang karena biasanya lawan yang terkena racun ini akan segera dibunuhnya dalam waktu singkat, dia tidak pernah mencoba berapa lama hingga pengendalian orang tersebut akan kembali lagi.

"TIDAK MUNGKIN!"

"PENJAGA! PENJAGA!"

Mereka mulai panik. Beberapa orang berusaha keluar ruangan, tapi pintu terkunci. Mengetahui mereka terkunci di dalam sini bersamaku, mereka berteriak, mencoba memanggil orang-orang yang ada di luar.

"Percuma. Rekanku sudah menghabisi penjaga di depan pintu ini. Saat ini, dia sedang berkeliling ke seluruh tempat ini, membungkam siapa pun yang ada."

Aku bilang membungkam, tapi mereka sadar kalau yang aku maksud adalah membunuh.

"Dan, sekarang, giliran kalian."

Aku mengangkat tangan kanan, mengendalikan semua senjata ornamental di ruangan ini. Saat menyamar menjadi pelayan, aku berputar-putar ke seluruh ruangan, memastikan material senjata ornamental yang dipajang, yang sebagian besar adalah besi. Meskipun besi bukan material utama yang bisa kukendalikan, kalau hanya membuatnya melayang, aku bisa melakukannya.

"Berbahagialah, karena kali ini aku sedang berbaik hati."

Aku menjentikkan jari. Bersamaan dengan jentikan jari, semua senjata ornamental yang melayang melesat, menusuk bagian vital tubuh mereka. Meskipun senjata itu hanyalah ornamental, benda tajam tetap mematikan.

Sebenarnya, aku menyarankan pada Lugalgin agar tidak membunuh mereka. Aku bisa menyiksa mereka dan mendapatkan informasi yang lebih banyak daripada yang sekarang. Namun, Lugalgin tidak menginginkannya.

Lugalgin mengatakan karena ini adalah pembantaian pertama, dia perlu membuat orang-orang ini sebagai contoh kalau ada oposisi lain yang ingin bertindak. Selain itu, Lugalgin bilang, dia ingin berbaik hati pada orang-orang ini karena telah bersedia bersuara paling awal, yaitu dengan memberi hadiah. Dan hadiah yang dimaksud, tentu saja, kematian tanpa rasa sakit.

Saat ini, mereka semua telah tewas. Dengan aku menusuk bagian vital dan kepala, mereka sama sekali tidak merasakan sakit. Daripada disiksa olehku, Lugalgin benar-benar berbaik hati pada mereka.

Aku berjalan pelan menuju ke pintu lalu mengetuknya beberapa kali dengan nada tertentu. Dalam waktu singkat, pintu itu pun terbuka.

"Sudah selesai?"

"Sudah."

Seorang perempuan berambut ungu dan memakai baju pelayan, maid, sedikit memasukkan kepala ke dalam. Spontan, aku sedikit mundur, memberi jarak antara diriku dan dirinya. Aku tidak mau menghalangi pandangannya.

"Uh, Umma kemana?"

"Ah, tadi di tengah pekerjaan, dia tiba-tiba ditelepon Lugalgin. Dia bilang, Lugalgin membutuhkan orang untuk berjaga di rumahnya."

Lugalgin meminta Umma berjaga? Tidak salah? Persepsi dan insting Lugalgin adalah sesuatu yang tidak normal, bagaikan hewan liar. Dia tidak perlu bantuan atau penjagaan oleh siapa pun. Kalau pun dia menginginkan penjagaan, kemungkinan dia ingin melakukan sesuatu dan tidak ingin diganggu.

Ahh.... aku paham. Dia ingin melakukannya dengan Emir dan Inanna. Oke. Aku paham.

Di lain pihak, terima kasih, Lugalgin! Kamu telah memberiku kesempatan untuk berduaan dengan Ninmar.

"Orang-orang yang menurutmu dan Lugalgin masih berfungsi sedang diangkut oleh karyawan pelabuhan di depan."

Ya, benar. Tidak semua orang kami bunuh. Orang-orang yang menurutku terpaksa bekerja di tempat ini, seperti anak sebatang kara atau keluarganya butuh uang atau sejenisnya, tidak kubunuh. Ada juga beberapa anak keluarga bangsawan.

Kalau menurutku mereka bisa diarahkan, aku tidak membunuhnya. Mereka bisa dimanfaatkan untuk sekolah mata-mata yang akan didirikan oleh Lugalgin. Minimal sebagai tukang bersih-bersih.

"Bomnya?"

"Sudah. Ini tombol pemicunya."

Ninmar, dengan entengnya, memberiku sebuah kotak kecil yang berbentuk seperti remote AC. Meski aku bilang seperti remote AC, hanya ada dua tombol di atasnya, tombol berwarna merah dan biru. Tombol merah untuk meledakkan bom, tombol biru untuk mematikan bomnya.

Sebenarnya, aku ingin protes kenapa Ninmar membawa remote yang ini. Tombol ini digunakan kalau memang ada kemungkinan aku tidak jadi meledakkan bangunan ini. Namun, kalau keputusan sudah bulat, cukup menggunakan remote dengan satu tombol merah, yang harganya lebih murah. Tapi, entah kenapa, aku tidak bisa protes. Tidak. Lebih tepatnya, aku tidak ingin protes.

"Kenapa? Kamu mempertanyakan kenapa aku membawa remote yang ini?"

"I... itu..."

Meski aku bisa berbohong dengan amat sangat lancar, seperti Lugalgin, aku berusaha tidak melakukannya ketika berbicara dengan anggota Agade, terutama pada perempuan di depanku ini.

"Aku hanya berpikir, mungkin saat aku berjalan-jalan akan menemukan sesuatu yang menarik, yang mungkin akan membuatmu berpikir ulang agar tidak meledakkan bangunan ini. Namun, sayangnya tidak. Maksudku, bangunan ini adalah milik bangsawan. Bisa saja dia memiliki sesuatu, kan?"

Well, dokumen-dokumen yang menurutku akan berguna untuk Lugalgin sudah kuamankan sih. Meski sebenarnya usaha yang dilakukan Ninmar adalah sia-sia, aku mengucapkan terima kasih karena dia telah berpikiran demikian.

Di lain pihak, tampaknya, judgementku terhadap Ninmar agak terlalu longgar. Tidak boleh, aku tidak boleh seperti ini.

Dengan pikiran yang seperti itu, aku dan Ninmar berjalan, keluar dari rumah ini. Meski aku bilang rumah, sebenarnya kata vila atau mansion lebih cocok untuk bangunan ini. Maksudku, ada rumah besar di tengah, kebun di beberapa tempat, bahkan ada kolam renang. Biasa lah, tempat tinggal bangsawan.

Begitu kami sudah cukup jauh, aku pun menekan tombol merah, meledakkan bangunan ini.

***

[Semalam, telah terjadi kebocoran gas di distrik Nerichac, Kota Mundus. Kebocoran gas ini menyebabkan sebuah ledakan yang merenggut nyawa keluarga Count Susek]

Aku menonton berita sambil minum teh herbal hangat. Sebenarnya, aku ingin membawakan sarapan ke lantai dua, ke Emir dan Inanna, tapi Umma bersikeras agar dia yang membawakannya. Akhirnya, aku pun membiarkannya. Sesekali, aku mendengar suara tawa dan teriakan dari lantai dua, tapi aku mengabaikannya.

Kembali ke berita. Karena aku yang mengatur intelijen di kerajaan ini, aku pula yang memutuskan berita apa yang akan muncul. Ya, aku tidak benar-benar memerintahkan secara langsung pada media-media.

Saat ini, karena aku belum sepenuhnya percaya pada agen schneider, aku lebih memercayakan pengaturan informasi ke Agade. Yang kulakukan adalah memerintahkan anggota Agade untuk menyebarkan rumor dan menyabotase infrastruktur di beberapa tempat, terutama ke agen schneider. Dengan melakukan hal ini, informasi yang akan muncul ke media pun bisa diatur.

Aku belum menyebut Agade ke Shu En atau agen schneider lain. Menurut rencana, aku akan membawa topik Agade dan Akadia siang ini, sekalian merencanakan lokasi dan jadwal rekrutmen. Ibu bilang akan mengirimkan satu orang sebagai perwakilan Akadia. Aku penasaran siapa yang akan ibu kirim.

"TIDAK! JANGAN PEGANG DI SITU!"

"JANGAN!"

"TIDAK APA-APA! TENANG SAJA! INI AKAN MEMBUATMU LEBIH RILEKS."

Sementara itu, aku meminum teh hangat di pagi ini, mengabaikan apapun yang dilakukan tiga perempuan itu di lantai dua.

Teh herbal memang yang terbaik.

Bersambung

avataravatar
Next chapter