webnovel

(1) MIMPI BURUK

Cahaya yang sangat terang itu menusuk netra cokelat nya. Sebisa mungkin ia menutupi cahaya itu dengan kedua tangannya. Beberapa saat kemudian ia bangun dari duduknya dan mendapati seorang dokter yang tengah melakukan RJP.

Ia bisa melihat Elektrokardiogram itu tidak stabil.

Tapi...

Siapa pasien nya?

"Shock!" instruksi dokter itu

"Shock!"

"Shock!"

Alat yang merekam aktivitas listrik jantung itu belum menampilkan garis yang stabil. Semua yang ada di sana bernapas gusar. Ia juga bisa mendengar sayup sayup suara teriakan perempuan yang tengah menangis.

Berjalan keluar ia dengan mudahnya menembus pintu, bagaimana bisa?

I-itu... Aku kan?

Kenapa aku nangis di situ?

"Daddy.. hiks aku mohon selamat!!"

"Aku janji setelah daddy sadar aku ga bakal jahat lagi hiks.."

"Daddy bangun!!"

"Semuanya udah ninggalin aku!! Aku cuma punya Daddy!!"

"H-hiks... Hiks .... hiks"

Daddy? Tunggu—

Jadi pasien yang di dalam adalah Daddy?

Ia membelalak terkejut dan bergegas meninggalkan dirinya yang tengah menangis itu menuju ruang ICU.

Namun kali ini ia tak bisa menembus pintu itu. Memegang dan mendorongnya juga tak bisa. Ia seperti arwah di sini.

Sesaat kemudian ia melihat dokter yang sempat ia lihat di ruang ICU tadi.

Dan melihat Bi Risa? Mommy? Dan grandma?

Setelah semua yang menimpa Daddy apa kalian baru peduli Hahh?!!

Ingin sekali ia berteriak seperti itu, namun tidak bisa. Suaranya sama sekali tidak mau keluar.

"Maaf. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi Tuhan berkehendak lain. Pasien di nyatakan meninggalkan," ujar dokter itu dengan berat hati.

Deg!

Matanya memanas, pandangan nya mulai kabur. Ia hanya bisa mendengar sayup sayup tangisan histeris yang di lontarkan semua orang disana. Tak lama kemudian

kesadarannya hilang dan tubuhnya ambruk.

"Hahh..Hahh!!"

Kedua mata itu terbuka lebar. Tubuhnya seketika terduduk dengan dahi yang di banjiri oleh keringat. Nafasnya tersengal, ia mengusap wajahnya frustasi dan mendapati pipinya yang basah.

Bukan keringat, melainkan air yang terus berjatuhan dari matanya. Begitu deras hingga di hapus berapakalipun belum mau berhenti. 

Ia menggigit bibir bawahnya lalu menggumamkan sebuah kalimat yang membuatnya semakin kalut dalam pikiran "Daddy baik baik aja kan?"

"Nia kenapa? Kamu bangun?"

Suara yang berasal dari handphone yang berada tepat di samping bantalnya itu membuat nya tersadar dari lamunan.

Ia menghela nafas kasar sebelum mengambil handphone itu dan meletakkannya di samping telinga nya.

"D-daddy.... Baik baik aja kan Chris?"

Bukannya menjawab pertanyaan dari Chris ia malah terlebih dahulu menanyakan apa yang saat ini sangat menganggu pikirannya.

Ini aneh, ia berusaha mengingat ingat kejadian yang sebenarnya. Ia yakin yang tadi hanyalah mimpi.

"Om Yohan pasti baik baik aja sayang.."

"Tenangin diri kamu oke? Om Yohan cuma tidur sebentar kok, sebentar lagi juga pasti bangun," lanjut Chris dari balik telepon.

Ia menarik nafasnya panjang lalu menghembuskan nya secara kasar.

"B-beneran? S-sekarang.. daddy masih di... rumah sakit kan?"

"Masih sayang... Emang Daddy kamu mau kemana lagi? Kan ga boleh di rawat di rumah," ujar Chris

Air matanya masih setia mengalir pada pipinya. Suaranya serak ia enggan membalas ucapan Chris.

Tuut

Sambungan di putuskan sepihak olehnya ia benar benar enggan untuk mengucapkan sepatah katapun. Ia tidak mau membuat Chris khawatir dan membuat laki laki itu datang kerumahnya tengah malam seperti ini. Ia menghela nafas frustasi lalu beranjak dari kasurnya menuju meja rias.

Menatap pantulan cermin yang memperlihatkan sesosok perempuan dengan kondisi terburuk yang ia pernah lihat.

Rambutnya tidak rapi, air deras yang tak kunjung berhenti mengalir dan bibir yang ia gigit hingga mengeluarkan noda merah.

Gadis itu duduk pada bangku meja rias dan menyanggah dagunya dengan kedua siku di meja.

Tangisannya semakin deras, pikirannya kalut. Jika malam itu ia menemani Daddy-nya apakah sekarang dirinya tengah tidur bersama dengan Daddy-nya? Di bacakan dongeng seperti saat dirinya masih kecil?

"H-hiks... I Miss you so much."

"D-daddy pasti baik baik aja kan disana?

Di keluarga kita belum ada yang pulang lho...H-hiks d-daddy kalau mau pulang ke rumah aja, aku kangen."

"D-daddy H-hiks... H-hiks.."

Tangisnya pecah, ia meraung sekeras kerasnya, membiarkan hewan hewan nokturnal menjadi pendengar melodi tangisnya.

Ia merasakan perlahan matanya menjadi berat, ia menulungsupkan kepalanya di antara kedua tangan yang berada di atas meja, lalu tak lama mata yang terlihat bengkak itu sudah terpejam.

ooOoo

Malam berganti pagi, sang fajar telah muncul namun tirai gadis itu masih tertutup.

Badannya terasa pegal dan pusing menjalar di kepalanya. Dengan setengah kesadaran yang ia miliki ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan mendapati seorang laki laki yang tengah tertidur di kursi samping ranjangnya.

Tangannya terulur meraih tangan kekar milik laki laki itu yang penuh dengan otot biru dan hijau. Di genggamnya tangan yang besar nan berat itu lalu ia membawanya untuk di tempelkan di pipinya.

"Maaf udah buat kamu khawatir Chris," ucapnya memejamkan mata sembari mengingat kejadian tadi malam.

Dimana ia terbangun karena mimpi buruk dan Chris yang masih setia menemaninya dari balik telepon. Entah jam berapa laki laki itu datang kemari yang jelas ia merasa sangat terharu.

"Harusnya kamu ga perlu repot-repot pindahin aku, di meja juga nyaman kok," ucapnya menatap sendu Surai hitam laki laki itu seraya mengusapnya dengan lembut dan perlahan.

"emmmh"

Merasa ada pergerakan Chris terbangun dan mendapati gadisnya yang masih terbaring cantik itu.

"Udah bangun?" tanya Chris sembari mengerjapkan matanya beberapa kali.

Ia menatap lamat lamat ukiran wajah tampan yang masih mengantuk itu.

"Hey? Kok ngelamun? Aku seganteng itu ya?"

"Dih pede banget, kamu itu lucu kalau bangun tidur gini, kayak kucing minta di ajak main," jelasnya yang akhirnya tersadar dan membuat Chris mengerucutkan bibirnya.

"Masa di samain sama kucing sih? Kan aku ganteng gini dan ga ada imut imutnya tau!!" sebal Chris.

"Semuanya ada di kamu Chris, ganteng , imut, keren, lucu, kamu itu definisi wajah perfect," Ucapnya yang membuat Chris tersipu malu.

Ia hanya tersenyum menatap Chris yang tengah salah tingkah. Mencoba untuk menahan kupu kupu di perutnya agar tidak berterbangan. Untung saja ia bisa mengontrol ekspresi nya, jika tidak mungkin wajahnya akan menjadi tak kalah merah dengan wajah Chris.

"Aku yang ganteng ini cuma milik kamu seorang, dan pacar kamu ini juga suka banget kalau lihat princess nya tidur," ujarnya dan mendapati reaksi yang tak beda dari reaksi salah tingkah nya tadi.

"Tapi kalau kamu tidur sambil nangis gitu aku ga suka, aku ga suka lihat kamu nangis sendirian kayak gitu babe. Aku ikut sakit ngeliat kamu kayak gitu, setelah ini janji kalau mau nangis suruh aku Dateng aja oke? Dimana pun kamu berada akan ku temani selalu," final Chris membuat Yessenia meneteskan air mata.

"Thanks h..hiks...."

"Jangan nangis gitu dong nanti yang ada kamu malah—" ucap Chris menggantungkan kalimatnya seraya menarik gadis itu ke dekapannya.

"Malah apa hahh? Malah jelek?" sebal Yessenia seraya menghapus jejak air matanya.

"Malah bikin aku terpesona tau!! Ntar kalau aku ngelakuin yang iya iya gimana?"

"Tinggal lakuin aja ribet amat. Jangan sok polos dehh," balas Yessenia masih memejamkan matanya di dekapan six pack milik pacarnya itu.

"Yakin? Nantangin nih?"

Yessenia dapat merasakan firasat tidak mengenakan dari kalimat Chris itu, ia melepaskan dirinya dari dekapan itu lalu menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah di balik selimut.

Chris yang sadar bahwa gadisnya itu tengah menahan malu berniat menjahilinya, ia mencoba melepas selimut itu dan...

Dia rubuh

Yessenia tersentak, sontak ia menendang tubuh Chris dari balik selimutnya namun ternyata tindakan nya tidak berhasil membuat Chris menjauh melainkan...

"Chris kamu apa apaan sih? Ini masih pagi tahu ga!! giman—"

Sebelum gadis itu melanjutkan kalimatnya dan semakin marah, Chris membungkam bibir Yessenia terlebih dahulu. Menempelkan bibirnya disana sembari memejamkan matanya.

"Eumphhhh"

Yessenia mendelik terkejut bisa bisanya Chris benar benar melakukan hal seperti ini di pagi hari.

"Eummphh mmphh"

Tangannya bergerak cepat, Chris mempererat rengkuhannya ketika dirasa Yessenia akan melepaskan ciuman singkat tersebut.

Membuat nya urung,Yessenia masih tersentak namun pada akhirnya gadis itu terdiam, dia kembali memejamkan mata saat merasa Chris melumat bibirnya. 

Ia menyerah.

Kemudian tangannya bergerak naik. Kedua tangannya itu memegang bahu kokoh tersebut. Lalu di kalungkan nya tangan itu ke leher Chris.

Tangan kekar yang semula berada di pinggang ramping Yessenia, jari jari Chris mulai nakal memasuki lembaran kain kaos yang di pakai Yessenia, sentuhan jari nya yang menggelitik meraba pinggang kecil nan sexy menambah sensasi sensual dalam kegiatan panas dari kedua nya.

"A-aahhh"

"NONA ADA DOKTER AYO SARA—"

"pan.."

Sontak Yessenia melepaskan rangkulannya dan terjatuh pada kasur. Chris yang juga ikut terkejut itu segera bangun dari posisinya dan kembali duduk pada kursi yang tak jauh dari sana.

"Ekhem.. Yessenia saya perlu memeriksa kondisi badan kamu lagi," ucap sang dokter yang berdiri tepat di samping Bi risa—asisten pribadinya.

"E-emm i-iya?"

Ia melirik ke arah Chris, namun laki laki itu hanya tersenyum mengangguk seolah menyakinkan nya untuk menuruti permintaan dokter itu.

Ia masih bingung dengan yang di maksud kondisi badan, memangnya ia sakit?

Dokter itu berjalan mendekat ke arahnya.

Sembari menunggu dokter bertag name Anneth Jane itu memeriksa nya ia melirik ke arah Bi Risa yang sepertinya tengah membisikan sesuatu kepada Chris.

Kemudian ia mendapati Chris yang tengah tersipu malu, ia jadi penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

"Pssst Chris," bisik bi Risa melirik ke arah tuan muda di sampingnya itu. Bi Risa memang tidak memanggil Chris dengan sebutan 'tuan' karena itu permintaan Chris sendiri.

"Iya? Kenapa bi?"

"Kayaknya demam nona bakal lebih parah lagi deh."

"E-eeh kok bisa? Tadi saya megang dia udah ga panas kok bi," balas Chris terheran-heran.

"Nah karena itu! Tadi kan kalian lagi panas panasan, nanti malah menjalar ke demam nona gimana? Siapa si yang ga panas kalau lagi kayak gitu?," tanya bi risa seraya menaik turunkan alisnya menggoda Chris.

"Ekhem.. apaan sih bi! Ga ngaruh lah," sangkal Chris sembari mengalihkan pandangannya agar Yessenia tak dapat melihat wajahnya yang sepertinya kepiting rebus.

Sepertinya ia terlalu sering CPU USAGE hari ini, padahal masih pagi.

"Syukurlah demam nona sudah mulai reda, panasnya sudah turun namun wajah nona malah menjadi masih merah padam, dan sepertinya untuk masalah itu hanya tuan Chris yang bisa menyembuhkannya," ujar dokter Anneth seraya menyunggingkan senyum di sudut bibirnya.

Mereka berdua yang di maksud kemudian salah tingkah. Bi Risa yang memahami ekspresi dari Nona nya itu segera memberi kode dokter Anneth untuk keluar bersamanya. Karena jika tidak maka ia akan terkena 1 jam Omelan dari Nona putri nya itu.

Sepeninggal Bi Risa dan dokter Anneth mereka berdua baru bisa bernafas lega.

Bisa bisanya mereka terciduk melakukan hal yang iya iya di pagi hari. Walaupun itu termasuk hal yang wajar tetap saja jika melakukan nya di pagi hari itu agak—

"Ekhem mau lanjut lagi ga?," tawar Chris menaikan satu alisnya.

"Gak ah! Mau mandi udah hampir jam 10 nih!," Sergah Yessenia seraya beranjak dari kasur.

"Sana kamu keluar! Aku mau mandi."

"Yaudah aku keluar, sarapan kamu aku bawa ya biar sarapan bareng di luar," ucap Chris.

"Iya iya! Sana ihh!!"

Setelah melihat Yessenia memasuki kamar mandi ia baru keluar dari kamar pacarnya itu. Menyunggingkan senyum di satu sudut ia benar benar masih tak menyangka dengan banyaknya kejadian hari ini—lebih tepatnya pagi ini.

To be continued...

Next chapter