webnovel

Chapter 1 : Aku muak!

Fransa, seorang iblis yang tidak begitu pintar di sekolahnya. Setelah menikmati liburan yang cukup panjang, kini adalah saatnya bagi ia untuk kembali sekolah.

Malam yang dingin ini menjadi malam terakhir setelah ia beristirahat dan tidak sekolah. Fransa sekarang sedang duduk-duduk bersantai di balkon rumah pohonnya yang tinggi. Di depannya terdapat pohon-pohon yang tinggi dan benar-benar lebat. Dengan kata lain, rumahnya terletak di dalam hutan belantara yang berbahaya. Namun ia sudah biasa dengan hal itu, karena ia terbiasa dengan suasana malam. Setiap kali ia melihat, pandangannya selalu jelas. Karena ia adalah iblis.

Duduk-duduk di balkon rumah membuat ia terpikir akan sesuatu "malam yang dingin.... kuharap ini tidak berlanjut sampai esok. Kira-kira bagaimana kabar dunia manusia sekarang? Seperti apa dunia manusia itu? Meskipun paman sudah berkali-kali pergi kesana, ia tetap tidak ingin memberitahuku. Aku sudah muak tinggal di dunia dengan tanah merah dan di tengah hutan seperti ini. Andaikan saja aku sudah dewasa, aku akan pergi kesana" pikir Fransa dalam hati.

Ia lalu menatap langit yang berwarna merah dan biru itu. Lalu ia mengusap rambutnya yang berwarna putih itu.

"Usiaku sekarang baru 10 tahun, masih lama untuk mencapai kedewasaan" pikir Fransa.

Ia benar-benar sudah bosan dengan hidupnya, tinggal di sebuah rumah pohon, dan dikelilingi oleh hutan belantara. Karena sudah merasa lelah, ia pun masuk ke dalam dan pergi ke kamarnya. Pada saat ia menutup pintu luar, pamannya, Jacwest melihatnya. Ia melihat keponakannya itu terlihat sedih.

"Ada apa Fransa?" Tanya pamannya.

"Tidak. Hanya merenungi takdirku yang malang" kata Fransa datar. Ia lalu masuk ke dalam kamarnya yang terletak pada sisi kiri rumah.

Ia berbaring di atas ranjang tua-nya. Ia lalu mematikan lentera pada meja yang terletak pada sisi kiri ranjangnya dan tertidur. Melihat tingkah keponakannya, pamannya turut merasa iba melihatnya, ia ingin mengajak Fransa untuk keluar dari dunia iblis, tapi ia belum mencukupi umurnya.

"Aku ingin sekali mengajaknya ke luar sana, tapi disana terlalu berbahaya, terlebih lagi ia baru berusia 10 tahun. Aku pikir aku akan menunggu hingga ia berusia 15 tahun" kata pamannya dalam hati.

Ia pun masuk ke dalam kamarnya dan tidur.

Suasana malam yang sunyi, binatang malam keluar dimana-mana. Dan beberapa iblis pun keluar menurut kategorinya. Malam yang sunyi di tengah hutan Gaunhem yang penuh dengan ketakutan. Pohon-pohon yang berdiri tegak di atas tanah, menjadi rumah bagi berbagai macam hewan unik dunia iblis. Bukan hanya hewan, namun terkadang beberapa arwah dan roh jahat juga tersembunyi di hutan yang gelap ini. Sejurus kemudian terdengar lolongan yang tidak menyenangkan dari gunung Bastellie. Lolongan itu hampir terjadi setiap malam sebagai tanda peringatan tentang perburuan yang akan terjadi, bukan hanya perburuan, namun pembantaian habis-habisan bagi orang yang menemui serigala setengah manusia.

Werewolf....

Malam diakhiri oleh angin hangat dari arah timur, burung-burung berkicau. Cahaya menyebar ke seluruh muka bumi, menjelang pagi yang cerah dan sebagai akhir dari semua rasa ketakutan serta dinginnya malam yang sunyi di hutan Gaunhem. Fransa terbangun dari tidurnya karena terkena sinar matahari menyinari wajahnya. Ia tetap datar pagi ini.

"Pagi. Semoga hari ini lebih baik" ujarnya dalam hati.

Ia turun dari tempat tidurnya. Dan pergi ke meja makan yang terletak pada bagian belakang rumahnya.

"Pagi Frans" kata pamannya menyapanya.

"Pagi" kata Fransa tetap datar.

Disana, pamannya telah menyediakan sepiring daging Plymouth(salah satu spesies ayam) kepadanya.

"Pagi-pagi sudah makan ayam" kata Frans.

"Ya tentu saja. Ini akan membuatmu berenergi sampai sore" kata pamannya.

Mereka duduk dan makan bersama.

Sambil mengunyah makanan, Fransa berkata "Paman". Pamannya menoleh ke arahnya.

"Ada apa?" Jawab pamannya.

"Kapan aku akan belajar terbang?" Tanya Fransa.

"Kenapa kau menanyakannya?" Tanya pamannya balik.

"Tidak. Aku hanya ingin tahu" kata Fransa.

"Mungkin kau akan mempelajari itu sebentar lagi. Karena terbang merupakan cara terpenting untuk bertahan hidup. Hidup di darat sangat berbahaya, kita sebagai iblis harus hidup bersama dengan udara dan langit" kata pamannya.

"Begitu ya" kata Fransa.

Pamannya diam sejenak menatapnya.

"Aku tahu Frans, kau ingin pergi ke dunia manusia kan, kau akan pergi kesana, pasti. Namun tidak sekarang, karena di dunia manusia, kau akan menjumpai ancaman-ancaman baru. Karena menurut sejarah, kita adalah mahkluk terburuk di hadapan dewa. Kita adalah yang terendah bagi seluruh jenis makhluk yang ada. Meskipun kita sudah berbuat baik, mereka tetap melihat kembali ke sejarah. Memang sulit mengganti gelar" kata pamannya.

"Mahkluk apa saja yang akan kutemui disana paman?" Tanya Fransa.

"Kau akan bertemu dengan beragam mahkluk, malaikat, malaikat onheil, dan iblis onheil. Kau juga aka bertemu dengan para Hectaker, para manusia yang dapat memasuki dunia halus. Baik iblis maupun malaikat, mereka adalah manusia-manusia pilihan yang memilki kemampuan spesial" kata Jacwest.

"Jadi. Apakah paman pernah bertemu mereka?" Tanya Fransa.

"Ya. Sangat sering, aku selalu menemui mereka. Karena itu aku harus tetap berhati-hati dalam menjalani bisnisku di dunia manusia" kata pamannya.

Namun, meskipun begitu, keinginan Fransa untuk menjelajah dunia manusia masih terbesit di hatinya. Ia sangat ingin melihat dunia luar, ia ingin membuka wawasannya. Dan satu hal lagi yang ingin Fransa cari tahu adalah keberadaan orangtuanya. Ia tidak pernah tahu tentang orangtuanya. Apapun itu, pamannya sendiri tidak pernah menceritakannya, dan Fransa masih ragu untuk menanyakan hal itu. Mengenai darimana ia berasal. Dan bagaimana latar belakang kehidupannya.

"Mungkin aku akan menanyakan hal itu saat aku dewasa" pikir Fransa.

Setelah selesai makan, Fransa berdiri dari meja makannya, dan pamannya berkata "Bersiap-siaplah, setelah ini kita akan berangkat" kata pamannya.

Fransa mengangguk dan pergi menuju ke kamar mandi. Ia lalu mengganti bajunya. Ia memakai baju kemeja berwarna putih dengan sebuah jas yang berwarna hijau tua dengan corak berwarna hijau muda yang menghiasi jas-nya itu. Jas itu memanjang sampai ke paha. Ia memakai celana kain yang tidak terlalu ketat dan berwarna hitam. Ia lalu mengusap rambutnya hingga rambutnya yang berwarna putih terurai ke kanan.

"Kuharap hari ini akan menjadi lebih baik" pikir Fransa dalam hati.

Ia mengambil tasnya yang terletak di sebelah pintu. Ia kemudian pergi ke balkon dengan pamannya. Disana, pamannya telah menunggunya dengan memakai jas yang cukup panjang serta kemeja berwarna putih. Pakaiannya mirip pakaian yang dikenakan oleh Fransa, karena seluruh warga hutan Gaunhem memakai pakaian itu sebagai pakaian khusus.

"Apa kau sudah siap?" Tanya pamannya.

"Ya" kata Fransa.

Pamannya mengambil Mautchphase dari saku jasnya. Ia lalu memasukkan genercard ke dalam Mautchphase.

Pamannya mengatakan "Batch!".

Sringggg!!!....

Lalu keluar cahaya yang keluar dari celah antara kedua bagian Mautchphase. Cahaya itu berbentuk lingkaran sihir. Perlahan cahaya itu terbang ke depan tubuh pamannya.

"Frento Rum!!" Teriak pamannya.

Lingkaran itu semakin terang, dan terbentuklah sebuah lingkaran lagi di bawah kaki mereka, mereka berdua terangkat dari balkon rumah mereka.

"Nuz!!".

Sekejap mereka langsung melaju dengan kencang ke arah sekolah. Mereka melewati pepohonan Gaunhem yang lebat. Ini merupakan momen yang Fransa nantikan, karena ia benar-benar tertarik dengan sihir. Mereka terbang dan masuk ke dalam awan yang dingin. Dalam waktu kira-kira 15 menit, mereka sampai di sekolah.

Demag Moanzer School. Itulah nama sekolah Fransa. Demag berarti 'Devil Magician' dan Moanzer adalah salah satu penggagas, kepala sekolah pertama, dan partner dari Raunserif, seorang ketua tim pemberontak kaum iblis. Mereka merupakan orang-orang yang telah membangun mendirikan kediaman di Gaunhem, para kaum kebenaran.

Setelah sampai di sekolah, Fransa turun dari Frento Rum dan berkata "Sampai jumpa paman".

Dan pamannya mengangguk ke arahnya. Fransa berjalan memasuki wilayah sekolah. Sekolahnya tidak berpagar, namun dibatasi dengan pelindung tak kasa mata bagi mahkluk selain iblis. Hal itu untuk melindungi para iblis Gaunhem dari ancaman iblis onheil, malaikat onheil, bahkan dewa. Sekolah itu mirip dengan sebuah istana yang cukup besar namun kuno. Istana itu terletak di langit yang diselimuti awan gelap berpetir. Istana itu terlihat menyeramkan dengan warna hitam batu bata yang terletak pada setiap bangunan. Sekolah itu memilki sekitar 5 tower yang tingginya bisa mencapai ujung langit. Dengan halaman yang sangat luas di depannya. Dengan jendela-jendela yang berwarna coklat tua pada setiap bangunan serta pintu-pintu yang sangat besar.

Seperti biasa, Fransa berjalan ke arah pintu yang terbuka lebar. Banyak murid-murid yang berlarian masuk ke arah pintu. Fransa melihat salah seorang gurunya. Lebih tepatnya guru cuaca-nya, Mr. Narsefficent berdiri di dekat pintu yang terbuka lebar itu. Ia terlihat datar seperti biasanya. Lalu Fransa mengalihkan pandangannya ke arah seorang laki-laki yang sepertinya lebih tua darinya berlari ke arah pintu dengan tergesa-gesa. Ia bahkan menabrak para murid lain yang lain, ia juga menabrak Mr. Narsefficent, dan ia terlihat marah menatap murid itu. Fransa mengabaikannya. Ia berjalan memasuki sekolahnya yang besar itu.

Di dalamnya ia langsung berhadapan dengan sebuah pintu yang tinggi dan dua tangga di sisi kiri dan kanannya. Fransa berjalan menuju tangga kanan dan ia menemukan lorong yang berisi deretan kelas 1 pada sisi kiri. Fransa lalu berjalan sampai ke ujung dan naik pada tangga di sisi kanan, ia lalu menemukan lorong yang berisi deretan kelas 3. Ia kembali berjalan hingga ke ujung dan kembali menemui tangga. Akhirnya, ia telah sampai ke lorong tempat kelasnya berada. Lorong deretan kelas 5. Ia lalu masuk ke kelas yang ketiga dari arahnya. Kelas 5 Vincent. Secara umum, sekolah ini terbagi menjadi dua bagian, pada bangunan bagian kanan, terdapat kelas 1 pada lantai kedua, kelas 3 pada lantai ketiga, dan kelas 5 pada lantai keempat. Dan pada bagian kiri terdapat, kelas 2 pada lantai kedua, kelas 4 pada lantai ketiga, dan kelas 6 pada lantai keempat. Sedangkan ditengah-tengahnya terpadat aula yang luas yang digunakan untuk mengumpulkan para siswa. Pada lantai 5, terdapat kelas 7 pada bagian kiri, serta kelas 8 pada bagian kanan. Sedangkan kelas 9 ditaruh di tower tengah sampai 10 lantai.

Selain, itu pada bagian atas terdapat lantai lain yang digunakan oleh sekolah. Pada bagian belakang aula terdapat beberapa ruangan sekolah seperti perpustakaan yang sangat besar yang memenuhi bagian kanan bangunan belakang serta tower kanan-belakang sampai ke atas. Selain itu, terdapat beberapa ruangan seperti dapur, serta rumah bagi para guru dan hewan peliharaanya. Di belakang sekolah terdapat sebuah lapangan stadion yang besar untuk berolahraga dan sebagai tempat ajang sihir. Sekolah ini hanya menyediakan kelas sampai jenjang dasar dan menengah. Dan memiliki 5 nama kelas setiap tingkatannya.

Fransa masuk ke dalam kelas. Seperti biasa, ketika masuk ke dalam kelas. Ia melangkah panjang ke depan saat masuk.

Dan......Buush... .

Fransa tahu, Henzell, Graffie, dan Kuht telah menyiapkan jebakan berupa seember air yang mereka letakan di atas pintu yang sedikit terbuka. Sehingga ketika seseorang masuk dan membuka pintu, ember menjadi kehilangan penyangga dan jatuh kepada orang tersebut. Fransa sudah tahu, yang mereka incar adalah dirinya.

"Sudah kuduga" pikir Fransa.

"Hei Fransa, kau sudah datang rupanya" kata Henzell yang berambut pirang dan agak kusut serta sama tinggi dengan Fransa menyapanya.

"Sialan! Padahal ia yang ingin menjahili ku! Ia malah berpura-pura!" Pikir Fransa.

"Hei. Fransa, aku sangat mengharapkan kedatanganmu" kata Kuht yang lebih pendek darinya, berambut biru muda, mata yang berwarna coklat, serta berkulit hitam.

"Ya. Kami sangat mengharapkan kedatanganmu sobat" kata Graffie, yang bertubuh lebih tinggi dari Fransa, berambut hitam dan mata coklat serta agak jelek.

"Ya. Kalian mengharapakan lelucon!" Pikir Fransa. Fransa memanas dan ingin memukul mereka.

"Hei kalian! Berhenti bermain-main" kata Levina.

Seorang perempuan yang berambut cokelat, sedikit lebih pendek dari Fransa, dan memilki paras yang menawan. Levina berusaha menenangkan Fransa agar tidak memukul mereka dan menyebabkan ia terkena masalah. Ia menarik tangannya dan mendudukkannya pada sebuah kursi di sebelah Levina.

"Aku tahu Lev, aku akan menahannya hari ini" kata Fransa.

Levina tersenyum ke arahnya.

Sejenak kemudian datang seorang laki-laki berambut merah tua, mata yang merah menyala, dan sedikit lebih tinggi dari Fransa.

"Hei sobat, sudah lama kita tidak bertemu" katanya.

"Hei Zester, bagaimana liburanmu?" Tanya Fransa.

"Buruk. Aku hanya disuruh latihan oleh Ayahku setiap hari. Benar-benar melelahkan" kata Zester.

Levina dan Fransa tertawa.

"Bagaimana denganmu, kutu buku?" Tanya Zester pada Levina.

"Aku kira dia selalu membaca buku pengetahuan setiap hari" kata Fransa.

"Ya. Tepat sekali, buku adalah temanku. Selain itu, aku juga....." Kata-kata Levina terpotong oleh seseorang yang masuk ke dalam kelas.

Seorang guru baru. Seorang pria bertubuh tinggi yang memakai seragam yang sama dengan mereka. Berambut lurus, berwarna kuning, memakai kacamata, dan lumayan tampan.

"Selamat pagi anak-anak!" Sapanya ketika masuk ke dalam kelas.

"Pagi!" Serempak semua murid di kelas.

Ada beberapa murid seperti Henzell, Graffie, dan Kuht yang segera menyudahi pembicaraan mereka ketika dia datang. Dan ada beberapa murid yang berlari ke tempat duduknya dan langsung duduk dengan rapi dan tertib. Sang guru menaruh tas yang digandengnya pada meja yang terletak di depan kelas.

Ia kemudian menatap murid-muridnya sejenak dan berkata "Baiklah! Aku adalah guru baru kalian, untuk pelajaran sihir dan bahasa kuno. Namaku Mr. Reomin Burney. Aku berasal dari keluarga Burney dan Gefrentam. Meskipun aku malu mengatakannya namun harus tetap kuakui. Ada yang ingin kalian tanyakan sebelum aku membahas lebih lanjut tentang pelajaran?" Tanyanya.

Ia terlihat tegas.

"Apa kau guru baru di sekolah ini?" Tanya Donhell, seorang anak perempuan yang berkulit hitam, berambut ikal pada barisan tengah.

"Ya. Awalnya aku bekerja di dunia manusia. Namun untuk mengabdikan diriku kepada kaum iblis. Aku kembali ke dunia ini untuk mengajar di sekolah. Ini kali pertamaku, aku juga ditugaskan untuk melatih sihir kalian. Seperti yang kalian ketahui, bahwa pada tahun kelima semester kedua ini, kalian sudah diijinkan memakai sihir dan dewan sekolah berharap kalian akan bijak dalam menggunakannya. Selain itu, karena beberapa hal yang mengacu pada keamanan wilayah kita saat ini. Kaum onheil telah menyusup ke wilayah kita dan membunuh beberapa pengawal di wilayah kita. Karena itu dewan sekolah berharap untuk sesegera mungkin mengembangkan sihir kalian. Dan kalian juga harus serius dalam pelajaran ini. Karena kalian hanya belajar sihir untuk 4 setengah tahun" jelas Mr. Reomin.

Levina mengangkat tangannya.

"Apakah penyusup-penyusup itu sudah diamankan?" Tanya Levina.

Mr. Reomin mengangkat alisnya.

"Belum. Sampai sekarang menurut pihak sekolah masih dilakukan pencarian, karena itu kita harus berhati-hati" jelas Mr. Reomin.

Seseorang ingin mengangkat tangan, namun dicegah oleh Mr. Reomin.

"Untuk menghindari boros waktu, aku akhiri sesi pertanyaan ini" kata Mr. Reomin dengan sigap. Ia mengambil sesuatu dari sakunya.

"Ada yang tahu apa ini?" Tanya Mr. Reomin.

"Sebuah Mautchphase" seluruh murid berkata serempak.

"Benar sekali. Ada yang tahu apa itu Mautchphase?" Tanya Mr. Reomin.

Henzell dengan bangga mengangkat tangan. Mr. Reomin mengangguk ke arahnya.

"Mautchphase adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk menciptakan sihir" kata Henzell.

"Salah!!" Kata Mr. Reomin.

Murid-murid yang lain tertawa.

"Ada yang lain?" Tanya Mr. Reomin.

Fransa melirik Levina. Levina mengancungkan tangannya. Mr. Reomin mengangguk ke arahnya.

"Mautchphase berasal dari kata mouth atau match, phase atau phrase, yang dapat berarti penangkap kalimat, atau kecocokan gelombang, yang menandakan suatu kalimat kuno yang dapat ditangkap oleh Mautchphase dan menghasilkan suatu perintah" jelas Levina.

Semua terdiam.

Itulah murid terpintar di kelas, Levina Maroen.

"Ya. Tepat sekali, itu jawaban yang kuinginkan" kata Mr. Reomin.

"Sekarang, apakah ada diantara kalian yang sudah memiliki benda ini?" Tanya Mr. Reomin.

Terdapat 3 orang murid yang mengangkat tangan. Levina, Henzell, dan Jwint.

"Hebat! Apakah kalian sudah pernah menggunakannya?" Tanya Mr. Reomin.

"Ya" kata Levina dan Henzell.

Dan Jwint menjawab "Tidak".

Mr. Reomin mengangguk-anggukan kepalanya dengan lembut.

"Baiklah. Kalau begitu, karena masih banyak dari kalian yang belum memiliki Mautchphase, maka saya menugaskan kalian untuk mencari Mautchphase kalian sendiri" kata Mr. Reomin.

"Apa?!" Serentak seluruh murid terkejut.

"Ya. Tanpa Mautchphase, kita tidak akan bisa menggunakan sihir, memang ada beberapa sihir yang digunakan tanpa Mautchphase, tapi sebagian besar menggunakan Mautchphase" kata Mr. Reomin.

Ia berjalan ke tengah kelas dan berkata "Untuk mendapatkan Mautchphase kalian sendiri, kalian harus mencarinya di tempat-tempat tersembunyi di hutan belantara Gaunhem atau bila perlu, kalian harus masuk ke dalam gua sihir sesat, karena Mautchphase dapat muncul di tempat-tempat yang sulit didatangi dan waktu yang tidak kita sadari. Kadang, dalam situasi darurat, Mautchphase dapat tidak sengaja muncul. Dan jika itu terjadi, ada hal-hal yang harus kalian lakukan" jelas Mr. Reomin.

Mr. Reomin berjalan mendekati meja dan menyangga tubuhnya dengan tangannya yang diletakkan di atas meja.

"Yang pertama, pahami Mautchphase itu, pahami apa yang mereka rasakan, mereka juga akan memahamimu. Yang kedua, dekati ia, dekatkan tanganmu padanya dengan pelan. Ketika kau sudah menyentuhnya, ia akan mengeluarkan sinaran cahaya luar biasa, menghempaskan semua sihir yang ada, menghentikan semua sihir, dan memfokuskan dirimu padanya. Dan yang terakhir, ini langkah terpenting yang menentukan apakah kau akan mendapatkannya atau tidak. Ketika kau sudah memegangnya, maka katakan siapa dirimu, sebutkan karaktermu, seperti apa kau sebenarnya, dan apa cita-cita serta impianmu ke depan. Katakan sejujurnya, ketika kau berkata jujur, ia akan menerimamu. Tapi jika kau berkata bohong dan mengada-ada, maka ia akan menolakmu" kata Mr. Reomin.

Seluruh siswa menunjukkan ekspresi tegang mereka.

"Dan satu hal lagi yang harus kalian ingat.....Mautchphase, hanya bisa diperoleh satu kali, ketika kau sudah mendapatkannya, maka itulah Mautchphase yang kau pakai seumur hidupmu, kau tidak akan pernah mendapatkannya lagi. Belum ada kejadian iblis mendapatkan Mautchphase lebih dari 1 kali. Jadi, manfaatkan kesempatan itu, dan jaga serta kembangkan Mautchphase-mu" kata Mr. Reomin.

Duvollen mengangkat tangan.

"Ya" kata Mr. Reomin.

"Berapa lama waktu kami untuk menyelesaikan tugas ini?" Tanya Duvollen.

"Aku memberi waktu kalian......2 hari!" Kata Mr. Reomin.

Seluruh siswa terlonjak kaget.

Bersambung

Cus.. lanjut....

Next chapter