2 Tidak Diinginkan

Elana menarik tangan Seana menjauh dari keramaian. Dia membawa Seana ke parkiran bawah tanah tepat di depan sebuah mobil berwarna putih.

"Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku Ibu kandungmu? Siapa yang memberitahumu?" tanya Elana yang membuat hati Seana hancur berkeping-keping.

Seana menggenggam kedua tangan Elana seraya bertanya, "Jadi selama ini Ibu tahu? Apa Ibu sengaja membuang aku?"

Hening sesaat. Elana tidak mampu menjawab pertanyaan Seana dan langsung mengalihkan pandangannya. "Pergi dari sini sekarang juga. Tidak boleh ada yang tahu kalau kamu masih hidup," ucap Elana.

Elana merogoh isi tas miliknya dan mengeluarkan kartu ATM berwarna hitam. Seana tahu itu adalah kartu ATM tanpa batas. Kini kartu ATM itu sudah mendarat di tangan kanan Seana.

"Ini untuk kamu, Seana. Cepat pergi sekarang!"

"Kenapa aku harus pergi? Apa aku tidak boleh tinggal bersama Ibu? Kenapa hanya aku?!" Seana sudah kehilangan kesabaran. Elana tampak sangat tidak menginginkannya entah karena apa.

"Kalau Ayahmu sampai melihatmu disini, dia akan membunuhmu. Dengarkan Ibu dan pergi sejauh mungkin," ucap Elana yang kali ini sangat lembut.

Mata Seana menatap kartu ATM di tangan kanannya. Dia menemui Elana bukan untuk meminta kartu ATM, tapi ingin diakui agar bisa tinggal bersama. Kenyataan bahwa selama ini Elana tahu jika dirinya masih hidup, atau mungkin sengaja membuangnya ke panti asuhan sangat menghancurkan hati Seana. Dia akan bisa mengerti jika ada kesalahan Rumah Sakit saat dia dan saudarinya lahir. Tapi ini berbeda.

Seana memberikan kembali kartu ATM itu kepada Elana tanpa berkata apa-apa.

"Bagaimana kamu bisa hidup kalau tidak punya uang, Seana? Ambil ini." Elana memberikan kembali kartu ATM tersebut tapi Seana langsung menjauh.

"Kenapa kamu peduli dengan hidupku? Aku mati pun kamu tidak akan peduli, kan?"

"Seana.."

"Tahu apa kamu tentang hidupku? Apa hidup hanya tentang uang, hah? Tanpa uang pun aku masih bisa hidup dan aku tidak akan pernah menerima sepeser pun uang dari orang yang telah membuangku 21 tahun yang lalu!" teriakan Seana menggema di parkiran bawah tanah tersebut.

Kali ini Elana yang menggenggam kedua tangan Seana. "Ibu tidak pernah membuangmu, Seana."

"Aku tidak ingin mendengarkan apa-apa lagi. Maaf karena dengan lancang datang menemuimu. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi." setelah mengatakan itu semua, Seana langsung berjalan keluar dari parkiran bawah tanah.

Tanpa mereka sadari, ada seorang pria di dalam mobil hitam yang tidak jauh dari mereka. Sejak Elana dan Seana tiba di parkiran dia menyaksikan semuanya. Terlihat senyum miring terukir di bibir pria tersebut dan ia mengeluarkan handphone dari saku celananya.

"Dia masih hidup."

****

"Ibu sudah berkata padamu untuk tidak menemuinya."

Daysi menepuk-nepuk bahu Seana di pelukannya. Sejak Seana pulang ke rumah, dia menangis sejadi-jadinya. Daysi sudah tahu jika Seana akan begini.

"Apa salahku, Bu? Aku tidak meminta mereka untuk melahirkanku. Kalau mereka memang tidak menginginkan aku, seharusnya mereka membunuhku dari kecil."

"Hidupku selama ini susah sedangkan saudariku hidup dengan mewah. Kenapa hanya aku yang di buang?"

Seana daritadi berpikir kenapa hanya dirinya yang di buang. Apa sejak kecil dia sudah membuat kesalahan fatal? Tapi bayi yang baru lahir tahu apa?

"Mereka tidak membuangmu," ujar Daysi.

Seana melepaskan pelukannya dan menatap Daysi penuh selidik. "Apa selama ini Ibu tahu kebenarannya?" tanya Seana.

"Mungkin sudah waktunya untuk memberitahumu," lirih Daysi.

Dugaan Seana benar. Jadi selama ini Daysi memang tahu tapi tetap merahasiakannya dari Seana. Meskipun hampir 12 tahun Seana mencari keberadaan orang tua kandungnya, Daysi tetap tutup mulut.

"Kakek dari Ayahmu yang menyuruh menitipkanmu ke panti asuhan. Jika kalian tumbuh bersama, kejadian di masa lalu akan terulang kembali. Dia berkata kalau kalian adalah Seana dan Reana, reinkarnasi putri Kerajaan Bintang."

Reinkarnasi katanya? Seana benar-benar bingung. Apa yang di ucapkan Daysi seperti dongeng bagi Seana. Di tahun 2021, siapa yang percaya adanya reinkarnasi?

"Dulu Seana dan Reana tidak pernah hidup akur. Mereka memperebutkan tahta dan cinta. Saat pemilihan ratu untuk Kerajaan Bulan, entah bagaimana sistemnya, yang terpilih adalah Seana. Padahal saat itu semua orang tahu jika Raja Kerajaan Bulan mencintai Reana. Semua mengira Seana memanipulasi pemilihan."

"Sejak pemerintahan baru di Kerajaan Bulan, Seana memimpin dengan baik tapi dia adalah sosok ratu yang kejam. Tidak ada seorang pun yang bisa berbicara dengannya kecuali tentang pekerjaan. Karena itu selama hidupnya Seana tidak pernah mempunyai teman sama sekali."

Daysi berhenti bercerita saat Seana memukul dadanya sendiri. Dia panik karena Seana mulai kesusahan mencari napas.

"Seana, kamu kenapa?" Daysi mengguncangkan tubuh Seana.

Seana tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Saat mendengarkan cerita Daysi, tiba-tiba saja jantungnya terasa sakit dan pasokan oksigen di paru-parunya seakan habis. Cerita tidak masuk akal itu mampu membuat dirinya seolah mati saat itu juga.

Brakkkk

Pintu rumah dari triplek di dobrak dengan keras sehingga hancur. Daysi dan Seana kaget dan segera menoleh ke arah pintu.

Di sana terdapat beberapa pria berbadan besar dengan pakain serba hitam. Satu persatu dari mereka masuk ke dalam dan menarik paksa Seana.

"Cepat bawa dia." perintah salah satu dari pria tersebut.

"Siapa kalian? Kenapa membawa putriku?!" teriak Daysi sambil berusaha menarik tangan Seana.

Namun, bukan Seana yang Daysi dapatkan melainkan tamparan di pipi. Salah satu dari pria tersebut menampar pipi kanan Daysi hingga wanita itu tersungkur ke lantai.

"Ibu!" teriak Seana histeris yang langsung di bekap dengan sapu tangan.

Sapu tangan tersebut telah diberi bius dan dalam hitungan detik Seana tidak sadarkan diri.

Semua pria tersebut membawa Seana masuk ke dalam mobil dan segera melesat pergi dari rumah Daysi.

*****

Seana membuka matanya perlahan. Dia duduk di sebuah kursi dengan tangan dan kaki terikat ke kursi tersebut. Matanya menjelajah ke sekeliling yang diyakininya saat itu sedang berada di sebuah gudang.

"Cucuku yang malang."

Suara kakek tua mengagetkan Seana. Di depan Seana terlihat seorang kakek tua berjalan ke arahnya.

"Ternyata ramalan itu benar. Saat usiamu 21 tahun, kamu akan datang menemui Elana, Ibu kandungmu."

"Kakek siapa?"

"Aku Rao, Kakekmu."

Rao sudah tiba di depan Seana dan mengacak rambut Seana. Tawanya menggema di gudang yang sepi itu.

"Ramalan dari istana memang tidak pernah salah. Berarti sudah saatnya bagimu untuk meninggalkan dunia ini." Rao mengeluarkan pisau dari saku celana dan mengarahkannya ke leher Seana.

Seana panik tapi tidak mampu melawan. Dia kalah karena dari awal sudah diikat seperti tahanan. "Kenapa Kakek melakukan ini?" tanya Seana sambil menatap manik mata Rao.

"Aku tidak ingin merusak generasi ini hanya karena kamu reinkarnasi. Di dunia ini sebaiknya kamu mati agar tidak terlahir lagi."

"Apa aku minta dilahirkan? Kenapa tidak membunuhku sejak kecil?"

Tawa Rao semakin keras. "Ternyata kamu memang benar Seana, Ratu Bulan berhati kejam."

Seana akan bertanya lagi, tapi Rao lebih dulu membungkam mulut Seana dengan tusukan pisau di perutnya. Rao berkali-kali menusuk perut Seana dengan pisau yang tadi dikeluarkannya.

Sakit sampai Seana tidak mampu berkata-kata lagi.

"Mati, Seana! Mati!"

avataravatar
Next chapter