webnovel

Seperti Burung

Aku percaya,

Tuhan telah membuatkan jalan untuk kutapaki.

Tuhan telah menorehkan rencana untuk kucerna.

Tuhan bagaikan dalang yang memberikan kisah awal dan akhir dalam sebuah cerita.

Aku cukup menjalankan peranku saja sebagai hambaNya layaknya sebuah wayang.

Menerima semua rasa dan peristiwa dalam setiap kisahNya.

Sedih, bahagia, cinta, benci, takut, pertemuan, bahkan mungkin perpisahan.

Semua adalah sinopsis dari Tuhan yang tak bisa terelakkan.

******

Jakarta, 2007

Kriiiiiiiiiing...

Bunyi bell panjang menggema di sebuah pabrik garment, yang menampung ratusan buruh. Dengan layout yang terdiri dari 10 Line.

Masing-masing line terdiri dari bagian sewing, finishing, packing yang menjadi satu line dalam sebuah garis lurus.

Dan untuk bagian cutting terletak di ruangan berbeda yang cukup besar, seperti gudang yang tak jauh dari bagian Sewing paling belakang. Sewing merupakan proses yang biasa dilakukan untuk menyatukan bagian-bagian kain yang telah digunting berdasarkan pola).

Seketika para buruh pabrik riuh berhamburan mendengar bell tanda istirahat yang ditunggu-tunggu layaknya menunggu adzan maghrib di bulan Ramadhan.

Namanya Erica. Gadis cantik berusia 19th, berambut pendek seleher, berkulit kuning langsat, bermata bulat dengan iris berwarna cokelat, terlihat masih berdiri di depan meja QC Sewing (quality control sewing) tapatnya di Line 5, tempat dimana dia menyelesaikan pekerjaannya sebagai Quality Control Sewing yaitu memeriksa hasil jahitan yang dia terima dari bagian sewing (tim penjahit).

Tugasnya yaitu harus memastikan ukuran tiap tahapan proses, jahitan harus baik, rapi, tidak loncat, tidak ada yang miring pokoknya harus perfect.

"Ayo ric, tak makan kau kah?" tanya Diana senior QC partner Erica asal Medan dengan logat Sumatera Utara yang khas.

"Iya kak, duluan aja." ujar erica sambil mengetik chat pada ponselnya.

"Nungguin Novie kau yah?" tanya Diana lagi.

"He..em.." jawab Erica mengangguk, sambil tersenyum. Lalu ia kembali menurunkan pandangannya ke arah ponsel yang digengggamnya.

"Yaudah, aku duluan yah. Laper kali aku dari pagi belum sarapan." ujar Diana sebelum meninggalkan Erica.

Erica membalasnya dengan anggukan kepala, sembari melambaikan tangannya ke udara, kearah Diana.

Beberapa menit kemudian, akhirnya datanglah sosok gadis remaja yang sedari tadi telah Erica nantikan kehadirannya.

Gadis itu bernama Novie, teman seperjuangan Erica. Perawakan tubuhnya yang tinggi dan tipis membuat ia mendapatkan panggilan si begeng di pabrik itu.

Singkat cerita, perkenalan mereka berawal ketika pertama kali masuk kerja di pabrik garment itu, tepatnya satu tahun yang lalu.

Awalnya keduanya ditempatkan di bagian yang sama, yaitu bagian cutting (pemotongan bahan/kain). Namun akhirnya mereka berpisah karena Erica dipindahkan ke bagian quality control yang menyatu dengan bagian sewing.

Karena merasa cocok dan sefrekuensi, hubungan profesional mereka dikerjaan pun berlanjut dengan hubungan pertemanan diluar pekerjaan.

"Lama banget sih nov. Sms gue ga dibales lagi." protes Erica dengan muka bete.

"Gue abis kencing dulu bego," jawab Novie santai.

"Yuk buruan!" ujar novie sembari menggandeng lengan Erica.

Keduanya lantas pergi menuju antrian pembagian makan siang yang merupakan salah satu fasilitas yang diberikan oleh pabrik tempat mereka bekerja.

Antrian itu dipimpin oleh security yang berjaga untuk sekaligus melakukan check body, yang merupakan salah satu standar operational prosedur dari pabrik untuk semua para buruh. Setelah itu barulah mereka bisa menyantap makanan di kantin yang telah disediakan.

"Mau dua dong nasi nya! Laper banget nih gue."

ujar Novie kepada security wanita berbadan sintal, yang bernama Bu Ema.

"Ga ada..ga ada. Maruk banget lu jadi cewek. Lagian lu makan banyak juga tetep aja badan lu begeng Nov. Busung lapar kali lu ye?" cetus Bu Ema menimpali perkataan Novie.

"Jiaahhh, pelit lu." celetuk Novie, sambil mengerucutkan bibirnya.

Novie memang terkenal gadis ceplas-ceplos dengan tingkah jenakanya di pabrik itu. Baik dengan yang seumuran dengannya, ataupun dengan orang yang  berbeda umur diatasnya.

Berbeda dengan Erica yang lebih kalem dan lempeng. Erica yang berada dibelakang Novie hanya tersenyum melihat tingkah temannya itu. Baginya sudah terlalu biasa mendengar ujaran rusuh dan tingkah konyol sahabatnya itu.

"Liat tuh si Novie! Udah begeng, rakus lagi. Kok lu mau sih temenan sama dia?" canda Bu Ema kepada Erica sambil menyodorkan box nasi untuk makan siang.

"Lucu bu abisnya." jawab Erica singkat, sambil berlalu meninggalkan Bu Ema.

"Badut kali ah, lucu." teriak Bu Ema sambil terkekeh menimpali ucapan Erica. Erica hanya tertawa kemudian bergegas menghampiri Novie  yang berada didepannya untuk menuju ke kantin.

Sesampainya di kantin, keduanya memilih meja yang agak kosong untuk makan. For your information gaess, kantin adalah salah satu tempat dimana mereka biasa sharing  dan berkeluh kesah tentang hal apapun yang mereka alami dan rasakan seputar kehidupan mereka.

"Yaelah, ini pabrik ngasih lauknya bakwan teri mulu deh. Bosen banget gue. Orang mah biasa bakwan sayuran atau ga bakwan jagung gitu yah, ini mah bakwan teri. Aneh banget ga sih lo." gerutu Novie ketika melihat isi nasi boxnya.

"Udah nov, makan aja yg penting kenyang. Nih, gue kasih nasi lagi nih. Katanya lu laper banget kan tadi." ujar Erica menenangkan, sambil menyendokkan setengah nasinya untuk Novie.

"Yaudah nih, lauk gue buat lo aja. Gue mau beli lauk yang lain aja. Lama - lama gue kayak teri, tau ga?" ujar Novie ngedumel, sambil beranjak ke warung nasi yang ada di dalam kantin.

"Yee..lo kan emang udah kayak teri Nov. Liat aja badan lu kurus, mata lo belo kaya gitu." ledek Erica sambil tertawa.

"Rese lo!!" balas Novie sembari menjulurkan lidahnya ke arah Erica.

Setelah drama tentang lauk nasi box mereka, akhirnya kini dengan tenang keduanya mulai menyantap makan siang mereka sembari memulai sesi curhat.

"Btw, lo jadi ngekos Erica?" tanya Novie sembari menyendok nasinya dan memasukkan kedalam mulutnya.

"Jadi Nov, nanti pulang kerja gue langsung ke kosan. Mau ikut ga? Tapi gue mau beli perlengkapan dulu sih buat dikosan." jawab Erica sambil mengunyah makanannya.

"Pengen sih, tapi kayanya hari ini ga bisa deh. Soalnya gue pulangnya dijemput Jamal." terang Novie.

For your infornation lagi nih gaess, Jamal adalah pacar Novie dari mereka masih SMA. Kalo kata Novie sih, cinta Pertama dan insya Allah akan jadi yang terakhir. So sweet banget ga tuh?! 😁

"Yahh Nov, nunggu lu ga dijemput Jamal sih bisa-bisa lu ga main-main ke kosan gue deh." Erica menggerutu plus memasang mimik muka betenya.

"Besok deh gue ke kosan lu. Nanti gue bilang dulu sama Jamal. Kalo izinnya dadakan kayak gini pasti tar dia ngomel deh. Lagian hari ini kita udah janjian mau mampir ke rumah temen kantornya Ric." Novie mencoba memberi penjelasan.

"Iyaa deh, yang punya pacar. Apa-apa harus minta izin dulu. Itu pacar atau pak guru, Nov?" ledek Erica sambil menyruput es teh manis di hadapannya.

"Sirik aja lu. Makanya punya pacar dong Ric, lo kan cakep. Masa kalah sama gue yang tampangnya ala kadarnya begini. Tau ga? Pacar itu sebenernya suatu kebutuhan loh. Apalagi buat cewek kayak lo, yang mau mulai hidup jadi anak kos. Biar lo ada teman berkeluh kesah Ric. Biar ada yang bantuin lo bayar kosan juga. Hahaha." celoteh Novie panjang lebar diakhiri dengan tawanya yang lebar.

"Kalo cuma buat teman berkeluh kesah mah, kan ada lo Nov. Belum mikirin cowok dulu lah gue. Gue masih mau menikmati kebebasan gue dulu nih Nov. Seneng banget tau ga? Akhirnya gue bisa keluar dari rumah kakak gue yang kayak benteng takeshi. Gue mau jadi burung yang  terbang bebas lepas tanpa beban. Cowok mah urusan belakangan Nov." Erica mengeluarkan pendapatnya untuk menepis ucapan Novie.

"Tapi faktanya, sebebas-bebas nya hidup lo akan tetep hampa kalo lo ga punya pacar. Percaya deh sama gue. Kalo lo punya pacar, hidup lo yang indah itu akan semakin sempurna." ujar Novie sambil nyengir.

"Alahh, itu mah pikiran lo aja yang cetek, karena kecintaan sama Jamal. Pikiran lo jadi primitif tau ga. Hahaha." ujar Erica menimpali.

"Ih, serius bego. Ga percayaan sih lo orangnya." balas Novie dengan jargon andalannya yaitu kata bego.

"Tapi gue mau nanya deh, lo ngapain sih pake acara kabur dari rumah kakak lo? Jadi anak kosan tuh berat tau. Apalagi jauh dari keluarga. Lagian nih yah Erica, menurut gue sih pertengkaran kakak-adik itu hal yang wajar dan sering kejadian, apalagi kalo satu rumah. Tapi ya ujung-ujungnya nanti pasti bakal baikan lagi.

Gue juga suka ngalamin ini sama adik gue kok. Jadi menurut gue mending lo pikirin lagi deh." comment Novie mulai keluar instinc sisterhood nya.

"Gue jengah banget Nov, sumpah. Gue pernah cerita kan sama lo, gue dari keluarga broken home. Bokap-nyokap gue pisah pas gue masih SMA. Dari situ gue udah ngerasa ancur banget Nov. Gue ga pernah lagi ngerasain kebahagiaan keluarga. Makanya pas udah lulus SMA, gue mutusin berangkat dari Jogja ke Jakarta buat  tinggal bareng sama kakak gue. Biar gue bisa hidup tenang,"

Erica kembali menyruput es teh manis dihadapannya, sebelum ia kembali melanjutkan curhatan tentang problem di keluarganya.

"Capek gue Nov, pas di Jogja gue harus bolak-balik pindah. Tar tidur di rumah nyokap lah, terus kalo lagi kangen sama bokap, gue gantian nginep di rumah bokap gue. Ga jelas banget hidup gue. Sekarang giliran gue tinggal sama kakak gue, dia malah ngasih banyak aturan yang bikin gue muak. Pulang kerja telat bentar aja udah dicurigai macem-macem. Berasa kayak tahanan tau ga lo?!" Erica mulai meluapkan perasaannya.

"Tapi menurut gue kakak lo pasti punya alasan kenapa dia over protective sama lo. Kaya gue sama adik gue aja, biarpun gue suka berantem sama dia atau suka ngomong kasar, tapi jujur sebenernya gue sayang sama dia." Novi kembali mengeluarkan pendapatnya. Si Novie lagi bener nih gaess otaknya.

"Masa sih Nov? Perasaan gue ga pernah denger lo berantem sama Ina." balas Erica.

Ina yang dimaksud Erica adalah adik perempuannya Novie yang masih duduk dibangku SMP.

"Bukan sama Ina. Tapi sama Rasya." ujar Novie meluruskan.

Dan Rasya merupakan Adik pertama Novie yang kebetulan tinggal di kota Kediri bersama dengan neneknya.

"Oo..Rasya.." Erica ber-o-ria sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

"Lo tau ga? Rasya tuh dari SMP bocahnya badung banget. Kasus terus di sekolahnya. Yang berantem lah, yang bolos terus nongkrong di warnet lah, sampe suka pindah - pindah sekolah. Gue dulu pernah sempet emosi sama dia, karena lo tau kan nyokap gue juga single parent? Gue sebel aja kalo dia bikin ulah terus bikin susah nyokap gue. Saking keselnya waktu itu gue pernah ngatain dia adik ga guna terus kita ga tegoran lama gitu. Sampai akhirnya gue tau kalo dia dijemput nenek gue, terus diajak ke Kediri buat sekolah disono. Karena menurut nenek sama nyokap gue mungkin si Rasya bisa berubah kalo sekolah di Kediri. Kan daerahnya masih perkampungan gitu dan pergaulannya ga brutal  kayak di Jakarta gitu. Dari situ gue ngerasa sedih banget Ric, sekaligus nyesel pernah ngomong kasar sama dia. Gue kasian sama dia karena harus pisah dari gue, Ina sama Nyokap gue. Gue hanya bisa nangis sambil peluk dia dan minta maaf sebelum dia pergi." Flash back  Novie dengan mata berkaca-kaca.

"Ya Ampun Nov, jangan nangis Nov. Preman kok nangis sih." ledek Erica sembari mengambil tisu didepannya dan memberikan kepada Novie.

"Brengsek nih emang. Lo nih awalnya mancing-mancing  gue." ujar Novie sambil tertawa kecil mencoba menetralisir kesedihannya sembari mengelap air matanya dengan tisu.

"Udah nih yah pokoknya pesen gue, baik-baik lo ngekos. Cepet baikan juga sama kakak lo. Karena kalo suatu saat lo kenapa-kenapa, orang pertama yang akan lo cari dan yang bakal nolongin lo itu pasti keluarga." Novie kembali memberikan wejangan kepada Erica.

"Iya Nov, iya. Lo jadi melow gitu sih Nov. Ga biasa-biasanya deh. Ga pantes banget tau ga?! Hahaha." ujar Erica mencoba mencairkan suasana.

"Ga tau nih. Tau-tau langsung inget Rasya. Mungkin karena saking kangennya kali yah?! Tapi gue seneng, kata nyokap gue bentar lagi dia mau balik ke Jakarta. Jadi kita bisa kumpul lagi deh. " ucap Novie yang mulai bisa menyunggingkan senyumnya.

"Masa Nov? Kapan emang nov? Kaya apa sih Nov si Rasya? Kalo Ina kan gue udah ketemu kalo gue nginep di tempat lo." balas Erica antusias dan langsung membrondong pertanyaan.

"Bentar, nih gue ada fotonya." Novie merogoh dompetnya, kemudian mengambil foto Rasya yang berukuran 3×4, yang terlihat seperti foto ijazah. Novie pun kemudian memperlihatkannya kepada Erica.

"Sumpah ini adik lo?" Erica melebarkan matanya keheranan, seolah tak percaya dengan apa yang dia lihat dihadapannya.

"Iyaa. Kenapa lo? Feeling gue ga enak nih." ujar Novie kecut.

"Ga deh, ini ga mirip sama lo. Rasya kok ganteng sih, ga mungkin, ga mungkin." jawab Erica sambil menggeleng gelengkan kepalanya tak percaya.

"Yee..dasar kuya! Maksud lo gue jelek gitu? Udah sini ahh." Novie kembali merebut foto Rasya dari tangan Erica.

"Btw, Rasya umurnya beda berapa tahun sama lo Nov?" tanya Erica sedikit penasaran.

"Beda dua tahun doang. Dia seumuran lo deh." jawab Novie.

"Pas banget tuh Nov. Mending Rasya sama gue aja Nov. Gue kan sohib lo. Kebetulan gue lagi jomblo juga nih. Hubungan kita nanti bisa lebih kekal Nov. Hahaha." canda Erica menimpali namun dibalas dengan muka ga santainya Novie.

"Enak aja. Sorry to say, biarpun lo sohib gue tapi gue ga pernah punya niat jadiin lo adik ipar gue." jawab Novie, ngece.

"Yee, gitu banget lo sama gue. Hahhaaa." ujar Erica sambil mencolek dagu Novie.

"Tar nyesel loh, ga punya adik ipar yang lucu, imut, menggemaskan kaya gue ini." Erica masih terus melontarkan ledekan kepada Novie.

"Lucu, imut, bentuknya kali ahhh.." balas Novie sambil tertawa. Seketika Erica ikut tertawa karena ucapan terakhir Novie dikutip dari iklan biskuit anak - anak.

"Tini, Wini, Biti dong gue??!! Hahahaaa."

Erica menimpali sambil tertawa terbahak.

Dan tak lama kemudian bunyi bell masuk pun berbunyi.

Dua sahabat itu akhirnya berjalan kembali menuju bagian produksi sambil sesekali masih meributkan obrolan terakhir mereka, diselangi dengan canda dan tawa sepanjang jalan.

Next chapter