webnovel

Malam panas

Malam menyapa dengan rintik hujan yang terasa begitu syahdu bagi pasangan suami istri yang selalu mesra, mereka tengah mengobrol ringan menunggu rasa kantuk datang bagi keduanya.

"Mas, jika ternyata aku sulit hamil apa kamu akan berpa ... hmm," ucapan Adelia harus terputus karena Nathan membungkamnya dengan sebuah ciuman yang awalnya terasa kasar tapi tak lama kemudian berubah menjadi lembut, dia paling tidak mau mendengar hal-hal tentang pembahasan yang bisa saja membuat istrinya berfikir macam-macam bahkan bisa mengganggu kesehatan Adelia.

"Jangan pernah bicara seperti itu, kamu tau ucapan adalah doa? Jadi stop bicara ataupun berfikir yang tidak-tidak tentang hal sensitif seperti itu," ucap Nathan saat tautan bibir mereka terlepas. Adelia mengangguk kecil menjawab ucapan suaminya, dia tidak mampu berkata-kata karena apa yang diucapkan oleh suaminya adalah benar. Dia tidak boleh berprasangka buruk karena bisa saja itu menjadi kenyataan dan Adelia tidak mau itu terjadi.

"Mas, besok boleh 'kan aku pergi ke sekolah lagi? Aku sudah sehat kok." Adelia membujuk suaminya karena dirinya merasa tidak betah berada di rumah tanpa kegiatan.

"Jangan dulu ya, Sayang, kamu istirahat dulu satu atau dua hari di rumah," sahut Nathan lembut seraya mengusap sisi wajah istrinya.

"Tapi aku bosan sendirian terus di rumah apalagi besok Mas juga kerja." Adelia merajuk dalam dekapan suaminya.

"Kalau begitu kamu bisa main ke rumah teman atau saudaramu, tapi kalau kamu mau besok bisa ikut aku ke kantor." Nathan memberikan saran pada istrinya, Adelia melepaskan pelukannya dari sang suami dan menatap lekat netra suaminya sambil tersenyum. Wanita itu mengangguk kecil dan mendaratkan kecupan di pipi Nathan.

"Aku ikut ke kantor kalau begitu," sahut Adelia bersemangat. Dia merebahkan tubuhnya di kasur yang menjadi saksi bisu perjalanan cinta mereka selama tiga tahun menjalani kehidupan rumah tangga. Memang selalu ada kerikil kecil yang menghampiri kehidupan mereka, tapi bagi keduanya tidak ada masalah yang tidak bisa di selesaikan asalkan keduanya menghadapi dengan kepala dingin.

"Mas, apa benar tidak masalah bagimu jika seandainya kita tidak memiliki keturunan sementara ibu sangat menginginkannya? Sebenarnya aku juga mengharapkan hal yang sama, tapi ... memang Tuhan belum berkehendak," tutur Adelia dijawab oleh keheningan. Tidak ada suara Nathan menjawab pertanyaannya membuat wanita itu menoleh ke sisi lain di mana suaminya berbaring.

"Sudah berapa kali aku katakan, untuk tidak membahas masalah itu?" tanya Nathan membelai lembut wajah istrinya, menyusuri setiap lekuk paras cantik Adelia membuat wanita itu memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut sang suami. Tidak ada kata-kata yang mereka ucapkan, hanya sentuhan Nathan yang bisa Adelia rasakan.

"Aku menginginkanmu!" bisik Nathan dengan suara serak dan terdengar seksi di telinga Adelia, sementara wanita itu tidak bisa mengatakan tidak pada suaminya karena memang dirinya juga selalu menikmati permainan suaminya. Adelia hanya mampu mengangguk sambil tersenyum manis membuat Nathan mencium keningnya dengan begitu mesra dan dalam.

Nathan memulainya dengan begitu lembut, dari kening turun ke kelopak mata secara bergantian, lalu pria itu mengecup hidung mancung istrinya sebelum akhirnya mendaratkan ciumannya di bibir mungil nan penuh milik Adelia. Wanita itu juga membalasnya tak kalah lembut membuat keduanya melupakan pembahasan sensitif tadi. Nathan menggigit bibir istrinya membuat wanita itu membuka mulutnya memberikan Nathan akses untuk mengabsen setiap deretan gigi Adelia. Suara decapan dari lidah yang saling beradu mewarnai rintik hujan malam ini, tangan Nathan sudah bergerilya ke tempat dimana dia bisa merasakan dua buah benda kenyal milik istrinya. Pria itu bermain dengan mainan yang selalu menjadi favoritnya, permainan Nathan yang begitu lembut mampu membuat Adelia melenguh hingga membangkitkan sisi liar Nathan, dengan tidak sabar pria itu melepas semua kancing piyama milik istrinya hingga menampilkan gunung kembar yang terlihat begitu menantang. Mata Nathan berkilat melihat gundukan tersebut, pria itu lantas bermain dengan benda itu bergantian memberikan ciuman hingga meninggalkan bekas kemerahan.

"Uuhhmm, Nath ...." Adelia meremas rambut Nathan dengan tubuh menggelinjang membuat Nathan tersenyum dalam permainannya.

"Sebut namaku!" bisik Nathan yang kini tangannya sudah semakin turun ke tempat di mana inti permainan mereka di mulai. Semakin Nathan bermain di sana, semakin Adelia menggelinjang sambil menekan kepala Nathan, dia juga berusaha berteriak memanggil nama suaminya dengan napas terengah.

"Aaakkhh, Nath ...." teriak Adelia saat dirinya mencapai puncaknya. Wanita itu terengah-engah saat Nathan membelai wajahnya. Kembali Nathan mendaratkan ciumannya di bibir Adelia.

"Berteriaklah sepanjang malam ini," bisik Nathan membuat Adelia tersenyum. Keduanya melewati malam syahdu dengan berbagi kehangatan, mereka hanya tengah berusaha untuk mendapatkan apa yang mereka impikan.

***

Berbeda dengan keadaan Nathan dan Adelia yang saling berbagi kemesraan, perdebatan antar anak dan ayah justru tengah terjadi di sebuah rumah mewah. Sejak setengah jam yang lalu Nayla terus saja mengomeli ayahnya yang pulang sudah lewat dari jam makan malam.

"Ayah bohong, bahkan tadi Nayla pulang dijemput oleh sopir! Lalu sekarang ayah juga pulang terlambat?" Gadis kecil itu berkacak pinggang berlagak seperti orang tua yang memarahi anaknya.

Sang ayah hanya mampu menahan senyum karena dia akui jika apa yang tengah putrinya keluhkan memang benar adanya, salahkan dirinya sendiri yang lupa akan jadwal hari ini.

"Baiklah, baiklah ayah minta maaf, oke!" ujar ayah gadis kecil itu sambil merentangkan tangannya meminta pelukan dari putri kecilnya. Nayla begitu manja terhadap ayahnya sebab sudah sejak kecil dia ditinggalkan oleh ibunya, maka hanya nenek dan ayahnya yang mengurus Nayla membuat gadis itu tumbuh begitu dekat dengan ayahnya.

"Ayah sudah makan malam?" tanya Nayla pada akhirnya.

"Belum, tadinya Ayah pikir bisa mengejar waktu untuk makan malam di rumah. Tapi ternyata tidak bisa," sahut ayahnya sambil menunduk lesu.

Cup ... Nayla mengecup pipi ayahnya membuat senyum pria itu terbit, dia juga membisikkan sesuatu yang tadi sore tidak sengaja Nayla dengar saat neneknya membahas perihal wanita yang hendak dikenalkan pada ayahnya.

"Ayah tidak akan menikah lagi jika Nayla tidak ingin punya bunda," ucap ayahnya membuat Nayla tersenyum kecil.

"Nayla sayang Ayah," sahut gadis itu saat mendengar penuturan ayahnya. Dia tidak membenci ibunya, hanya saja Nayla merasakan kecewa saat tahu jika ibunya pergi meninggalkan dirinya yang saat itu bahkan masih bayi.

"Ya sudah, ayo temani ayah makan malam!" ajak ayahnya yang kini sudah mengulurkan tangannya pada Nayla.

Pria itu adalah hot Daddy bernama Raffael Dinata, duda satu anak yang sudah lama hidup sendiri tanpa pendamping. Baginya kebahagiaan Nayla adalah yang paling utama, putri semata wayangnya itu dia sendiri yang mengurusnya membuat Raffael selalu menuruti keinginan Nayla. Dia sudah berjanji pada putrinya jika dia tidak akan menikah lagi jika putrinya tidak mengijinkan hal tersebut terjadi, sebab bagi Nayla keberadaan Raffael susah lebih dari cukup.

Next chapter