1 Wanita Bergaun Merah

Malam pertamaku di Camp Penulis. Kamarku terletak disudut ruangan. Aku berbaring di ranjang dan mendengarkan bunyi-bunyi aneh di balik dinding. Itu terdengar seperti siaran radio atau televisi, mungkin seseorang di kamar sebelah lupa untuk mematikan Televisinya sebelum tertidur. Namun, suara yang lebih menganggu adalah suara "tangisan" pasangan di kamar sebelah. Hanya tuhan yang tahu apa yang sedang mereka lakukan.

Mendengar semua suara bising ini membuatku tidak bisa tidur. Serius, siapa yang akan melakukan hal tersebut disaat-saat seperti ini. Aku mulai kesal, Camp Penulis diadakan selama 4 hari 3 malam. Membayangkan aku harus menghabiskan 3 malam selanjutnya mendengarkan "tangisan" dari pasangan yang tak tahu malu membuatku merasa sangat kesal.

Aku keluar dari kamar, memutuskan untuk menikmati angin malam. Mungkin jika aku beruntung pintu atap hotel tidak terkunci dan aku bisa menikmati malam di atap gedung hotel yang tinggi. Aku memang takut akan ketinggian, namun pemandangan yang disajikan dari atas begitu menakjubkan.

Ketika sedang berjalan menyusuri tangga, harapanku terpukul setelah membaca Larangan yang di tempel di pintu atap hotel.

"Brengsek!"

Aku memukul pintu itu dengan frustasi, lalu berbalik. Benar-benar hari yang sial. Mereka yang memiliki pasangan hidup semena-mena seolah-olah dunia ini hanya milik mereka berdua. Ketika aku akan berbalik dan kembali ke kamar, suara derikan pintu terdengar dari belakangku diikuti embusan angin yang kuat. Pintu yang aku pukul tadi tidak terkunci, karena sekarang pintu itu terbuka sedikit. Aku melirik keluar dari celah pintu. Takut salah membaca, aku membaca larangan yang di tempel di pintu, tulisan besar sehingga semua orang bisa membacanya. Aku kembali memandang ke luar pintu dan melihat seseorang berdiri di tengah kegelapan, tanpa penerangan apapun. Jelas sekali orang itu bukan Staff hotel. Mungkin ia adalah pengunjung yang ingin mencari angin malam seperti aku, atau mungkin juga ia adalah hantu penunggu hotel ini. Aku memberanikan diri dan membuka mulut.

"Permisi!"

Rambut hitam panjang wanita itu bergoyang tertiup angin, hal yang paling mencolok dari sosoknya adalah gaun berlengan panjang berwarna merah. Gaun itu terlihat sangat unik, ini memiliki lengan panjang dan lebar terlihat seperti hanfu namun dengan sedikit sentuhan modern.Ia berdiri disana sambil mencengkram tiang penjaga, terlihat seolah-olah akan diterbangkan oleh angina kencang sebentar lagi. Aku menatapnya dengan perasaan takut, karena apa yang ada dihadapanku bukanlah sekadar adegan dalam TV atau Film. Ini situasi yang sangat berbahaya. Aku melangkah keluar dari pintu untuk menghampirinya. Setelah kedua kakiku melangkah melewati ambang pintu, telingaku menangkap suara lirih. Aku berhenti. Suara lirih itu perlahan berubah menjadi suara yang bisa ku dengar denga jelas. Aku langsung menyadari bahwa suara itu adalah nyanyian. Wanita dihadapanku sedang bernyanyi menggunakan Bahasa mandarin. Jujur aku bukan penikmat lagu mandarin, namun suara yang begitu merdu membuat pikiranku merasa tenang. Astaga, bulu kudukku meremang sementara rasa takut menyelimuti diriku

"Er ni cheng san yong wo ru huai zhong yi zi yiju shiyan duo shenzhong"

"ni yanzhong you rouqing qianzhong ru momo chunfeng bingxue ye xiaorong na"

Nyanyian yang tadinya lirih itu terdengar semakin kuat, memenuhi udara. bulan yang bersembunyi di balik awan hitam mengintip keluar. Tanpaknya suara merdu wanita ini membuat bulan pemalu keluar dari tempat persembunyiannya. Mendengarkan suara wanita ini, tangan dan kakiku gemetar. Kakiku nyaris tidak mampu menahan tubuhnya. Aku merasa seolah-olah kebetulan menyaksikan sesuatu yang tidak seharusnya kusaksikan. Nyanyian terus berlanjut.

"na nian zhang jie chunyi zheng nong ce ma tong Anda yanyu ru meng"

"yan xia duo yu wang jinyi shuang shensui yan tong"

Banyak legenda yang mengatakan tentang arwah penasaran yang memiliki sosok wanita berambut panjang, dan menewaskan pria dengan cara merayu pria dengan suaranya yang indah. Katakan bahwa wanita didepanku bukanlah arwah penasaran. Sosok itu berupa seorang wanita bertubuh langsing yang sedang bersandar .Nada dan melodi suara itu seakan mampu merampas jiwaku.

Aku begitu ketakutan, sehingga secara tidak sadar berjalan ke belakang dan tersandung ambang pintu aku terjatuh. Suara yang dihasilkan begitu keras. Membuat wanita yang sedang bernyanyi berbalik dan melihat kearahku. Untuk pertama kalinya aku melihat sosok yang begitu cantik, sinar bulan purnama membuat sosoknya terlihat lebih jelas. Pandangannya terkunci padaku. Ia melihatku dengan ekspresi datar, pertama kali aku melihat matanya. Bola matanya yang gelap terlihat lebih dalam dan lebih misterius dari kegelapan itu sendiri. Matanya tajam. Ia tidak mengenakan riasan wajah, namun bibirnya merah. Kulitnya putih seperti salju dan terlihat pucat.

Seluruh kekuatan dalam tubuhku secara ajaib menguap di hadapan sosok yang begitu menawan ini. Kakiku lemas dan seluruh indraku bebas. Aku tergelincir dan terjun ke dalam mata hitam wanita itu. Kegelapan menyergapku. Pandanganku berubah kabur. Aku tidak bisa bernafas. Aku tenggelam semakin dalam, pergelangan kakiku seolah ditarik ke bawah. Aku bisa mendengar tangisan dari bawah sana. Berbeda dengan "tanginsan" yang aku dengar di kamar sebelumnya, ini benar-benar tangisan seorang wanita. Aku bisa merasakan bayangan hitam mendekat ke arahku. Bayangan hitam itu semakin dekat, bayangan hitam itu membuatku takjub. Ternyata sosok bayangan itu membentuk bayangan wanita. Bayangan wanita itu terlihat seperti berusaha menjulurkan tangannya kearahku, ia seperti berusaha menyelamatkan aku dari kegelapan yang sunyi ini.

***

Aku tersadar kembali, wanita bergaun merah masih menatapku dengan wajah datar. Sementara aku menatapnya dengan kaget, wanita itu mendekatiku dan mengulurkan tangannya.

"Are you okay?"

Ucapnya dalam Bahasa asing. Aku terkejut mendengar dia berbicara menggunakan Bahasa asing, namun sekaligus lega ternyata wanita di hadapanku bukanlah sosok arwah gentayangan yang menewaskan pria.

Aku tidak terlalu pandai dalam Bahasa inggris, namun aku bisa terlibat dalam percakapan kecil dalam Bahasa inggris. Membuka mulutku dan aku menjawab

"yeah, I'm okay" ucapku sambil mengambil tanganya yang terulur.

"what are you doing here?" ucap wanita itu

Mendengar pertanyaan wanita itu, aku berusaha memutar otak kecilku yang malang. Berusaha merangkai kata dalam Bahasa inggris dengan cepat dan tepat.

"nothing, I just want to enjoy the night breeze on the roof and accidentally hear your voice"

Wanita itu tampak terkejut mendengarku, aku heran apakah aku mengatakan hal yang kasar?

"Bahasa inggris kamu lumayan" ucapnya sambil tersenyum tipis

Aku terpana, sialan! Wanita ini bisa menggunakan Bahasa Indonesia, awalnya aku pikir dia adalah seorang turis asing yang sedang ikut event Writer Camp. Namun sepertinya aku tertipu.

"Jadi kamu terjatuh karena mendengar suaraku? Aku jelas melihatmu terjatuh tepat setelah aku melihat ke-arahmu. Apa mungkin kau takut padaku?" tanya wanita itu dengan tatapan heran

"tidak bukan itu maksudku, aku terjatuh karena-"

Kalimatku tiba-tiba terputus karena teringat adegan aku tenggelam dalam kegelapan dengan sosok bayangan wanita yang berusaha menyelamatkan aku. Tanpa sadar aku bergumam

"tunggu sebentar, kenapa aku jatuh?"

Wanita itu mendongak dan pura-pura berpikir, lalu tersenyum. Senyuman itu seolah berkata, "kedalam diriku?" Namun, aku tidak bisa menahan senyumku sendiri. Aku memang merasa seperti diriku jatuh kedalaman matanya. Walau begitu, yang kurasakan saat itu benar benar seperti jatuh dari ketinggian, bukan jatuh cinta. Memang wanita ini memiliki paras yang cantik, namun terlalu tergesa-gesa jika aku jatuh cinta hanya karena melihat parasnya saja. Terlebih aku baru saja mengalami trauma soal wanita. Ada banyak hal yang tidak bisa aku mengerti, termasuk perasaanku sendiri.

"kenapa kau melakukan sesuatu yang begitu berbahaya?" tanyaku

"apa?"

"kamu bersandar pada tihang penjaga yang tipis itu sementara angin sedang bertiup kencang. Kau sadar bertapa bahayanya hal tersebut kan?"

Wanita itu menatapku dengan tatapan yang tenang. "Mn. Terkadang walau situasinya berbahaya, ada hal-hal yang harus kau lihat"

"apa maksudmu?" aku dibuat bingung oleh jawabannya

Wanita itu tidak menjawab. Aku terus bertanya-tanya dalam hati apa yang ia maksudkan. Aku ingin bertanya padanya sekali lagi, namun aku takut membuatnya kesal. Untungnya wanita itu membuka mulutnya terlebih dahulu.

"lihatlah pemandangan kota di malam hari" ucapnya sambil menunjuk arah kota yang kelap-kelip.

"Pemandangan kota di malam hari selalu indah ketika kamu memandangnya dari atas. Ada banyak lampu gedung, rumah, dan kendaraan yang sedang berjalan. Masing-masing lampu menghasilkan warnanya sendiri. Dengan latar malam yang gelap, ini terlihat sangat abstrak. Terkadang aku salah melihat bahwa lampu kendaraan yang sedang berjalan itu adalah kunang-kunang kecil" ucapnya sambil terkikik

"kau tidak takut? kau bisa tewas" kataku sambil memandangnya dengan tatapan kesal

" melihat pemandangan seindah ini rasa takut akan kematian tiba-tiba sirna, bahkan jika aku mati aku tidak akan menyesal." ucapnya.

Mendengar perkataan wanita ini, aku berpikir bertapa bodohnya pemikiran wanita bergaun merah ini. Aku ingin bertanya padanya bagaimana bisa dia tidak takut akan kematian, tetapi kata-kata itu tersangkut di tenggorokanku

"apa kau masih waras?" kataku sebagai gantinya.

Wanita itu menatapku aneh. Aku merasa seharusnya aku yang menatapnya dengan cara seperti itu. Sungguh wanita aneh. Ketika hendak mengenal wanita itu lebih baik, seorang staff hotel membuka pintu atap. Membuatku yang berdiri memunggungi pintu terdorong jatuh. Aku berusaha menahan tubuhku dengan tangan dan menyebabkan cedera ringan di telapak tanganku

Wanita itu menatapku dengan cemas ketika menyadari bahwa aku kesakitan. Matanya yang dingin dan misterius kini memancarkan kehangatan, aku kembali teringat jelas tentang diriku yang jatuh ke kedalaman matanya. Kegelapan yang menyelimutiku membuat tubuhku mengigil. Wanita itu menatapku dan tersenyum hangat untuk pertama kalinya. Bukan senyum tipis yang ia tunjukan sebelumnya, namun senyuman hangat yang sangat menawan. Aku Tarik ucapanku. Yang kurasakan lebih mirip jatuh cinta dari pada jatuh ke jurang kegelapan.

avataravatar