2 Sang Pengirim Pesan

"Wah, kalian hebat !" pujiku ketika melihat sebuah tumpukan buku diatas meja. Rara dan Sherly hanya tersenyum dan menyuruhku duduk di salah satu bangku diantara mereka.

"Kalian serius akan baca buku sebanyak ini?" tanyaku seraya menghitung perlahan buku-buku yang tersusun di hadapanku.

"Kamu tau? aku pilihin satu buku yang cocok buat kamu loh," ucap Sherly seraya memberi sebuah buku pilihannya.

Aku terdiam seraya menerima pemberiannya. Mendikte perlahan judul buku yang tertera di cover depan, "Move on yuk". Aku pun tertawa ketika mengetahui judul buku pilihannya. "Sherly kurang ajar!".

•••

Dunia serasa milik kami bertiga. Aku, Rara, dan Sherly tengah membaca buku-buku yang tadi kami pinjam di perpustakaan. Suasana petang dengan fenomena langit senja, melancarkan sebuah alur cerita yang tengah kubuat di sebuah buku kecil.

"Kalian tau? aku jadi rindu mantan," gumamku seraya menghentikan aktifitas menulisku.

Rara dan Sherly kini saling melempar kontak mata. Lalu, mereka memegang bahuku bersamaan.

"Kalau masih sayang kenapa nggak balikan?" tanya Rara.

Aku menggeleng, "nggak bisa."

"Kenapa nggak bisa?" tanya Rara seraya mengerutkan dahinya.

"Aku berjanji pada diriku sendiri, untuk tidak kembali mengulang kesalahan yang sama," jawabku dengan tatapan teralih keseekor burung merpati yang datang menghampiriku.

Kami bertiga terdiam, terus memandangi burung merpati yang tiba-tiba datang menghampiriku.

"Apa ada suatu pesan yang ingin disampaikan?" lawak Sherly bertanya pada seekor merpati.

"Ada-ada saja. Eh tapi emang bener loh, Sang merpati pembawa pesan !" lanjut Rara.

Aku yang terinspirasi segera mengulum senyum. "Merpati, Sang pembawa pesan," gumamku dengan mata berbinar.

Lalu, merpati itu terbang tanpa aba-aba setelah aku menemukan inspirasi karenanya.

"Haii penulis handal, apakah menemukan inspirasi?" tanya Rara yang melihatku kembali bersemangat untuk menulis.

"Ya. Merpati, Sang pengirim pesan."

Rara dan Sherly tertawa. Lalu mereka tos.

•••

Malam dengan aliran musik 'celengan rindu' membuatku kembali bernostalgia dengan sebuah kisah bersama mantan.

Berandai-andai jika dia kembali menyapaku dalam kolom chat. Entahlah, apa akan terjadi?

Hubunganku dengannya sudah sirna sejak 9 bulan lalu. Putus dengan alasan yang tidak jelas membuatku tidak terima atas keputusannya hari itu. Jujur saja, aku benci menerka-nerka dengan alasan apa ia memilih pergi. Dan, hingga hari ini, bulan November 2020 aku masih merindukan seseorang yang kutemukan pada bulan Januari 2019.

'celengan rindu' Sebuah lagu sejuta memory. Satu demi satu memory tersebut tersimpan rapih dalam sebuah ingatan. Dia hanya sebuah masa lalu dan jatuh cinta padanya adalah pelajaran serta kepergiannya adalah kekecewaan terhebat bagiku.

Dia adalah Muzaqi. Orang pertama yang membuatku jatuh cinta, orang pertama yang mengajarkanku banyak hal tentang sebuah perasaan, dan dia pula yang mengajarkan bagaimana caranya mengikhlaskan.

Sebuah pelajaran yang paling kumaknai yaitu 'belajar untuk menerima kenyataan'. Sejuta harapan pula yang membuatku sadar bahwa harapan tidak akan pernah menjadi kenyataan dan tetap akan menjadi harapan.

Alunan melody kini berganti lagu. Sial, melody itu lebih membawaku kemasa lalu.

Berdua, berkeliling kota dengan semilir angin malam. "ah tidak. Aku sangat mengingatnya!!".

avataravatar