webnovel

#1

Penasaran dengan sebuah video yang belum ditekan tombol play di depanku, aku memutuskan untuk menekan play di layar handphone ku waktu itu.

Awalnya yang kulihat waktu itu hanyalah layar gelap saja tanpa ada apapun, tapi di detik ke lima belas. Video ini terlihat mengambil sudut tersembunyi, sepertinya kamera yang dia pakai ini adalah action cam yang sengaja disembunyikan posisinya.

Orang yang merekam ini mengawali video yang dia buat dengan mengambil posisi di parkiran sekolah. Dia terlihat sedang mengincar Eka. Karena kameranya memperlihatkan Eka dari jauh yang sepertinya sedang berjalan menuju kelas.

Dia mengikuti Eka dari belakang dengan berjalan seperti orang biasa sambil menjaga jarak agar tidak terlihat mencurigakan karena waktu itu juga terlihat banyak orang sedang berlalu lalang di sekolah.

Hingga akhirnya Eka masuk kedalam kelas. Kondisi kelasku waktu itu masih sepi karena masih pagi dan Eka menjadi yang pertama masuk kelas hari ini. Orang yang merekam ini juga ikut masuk kedalam kelas dengan masih dalam posisi berjalan biasa, tapi tadi kulihat dia sedang menggenggam sesuatu di tangan kanannya dan karena sudut kamera, aku tidak mengetahui apa yang sedang dia pegang saat itu.

Dia mendekati Eka dan Eka tidak menyadari bahwa bahaya sudah berada di dekatnya karena dia sedang menunduk terpaku dengan smartphone yang dia miliki. Saat ini jarak antara orang ini dan Eka sudah terlalu dekat. Dan Eka menyadari ada orang di dekatnya. Tapi itu semua sudah terlambat. Belum sempat dia mengenali siapa orang itu, rambutnya sudah dijambak orang yang merekam ini hingga mendongak keatas lalu dengan kejamnya dia menikam leher Eka dengan pisau yang dia genggam di tangan kanannya.

Wajah Eka terlihat jelas saat ini, dia terkejut dengan mata melotot ketika lehernya di tikam berulang kali oleh orang ini. Hingga akhirnya badan Eka terkulai lemas dengan mata masih melotot tanda dia sudah mati saat itu.

Dug.

Terdengar sebuah suara dari belakang kamera ini, pembunuh ini langsung membalikkan badan dan sudut pandang kamera beralih menjadi Widya yang terlihat sedang gemetaran hebat sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Sepertinya dia tidak sengaja menyenggol meja yang ada disampingnya. Orang yang merekam ini langsung melemparkan pisau yang dia pakai untuk membunuh Eka kepada Widya yang berlari menuju pintu.

Jleb.

Pisaunya menancap tepat di bagian belakang tubuhnya, antara jantung atapun paru-paru. Mungkin salah satu dari itulah yang terkena tusukan pisau. Widya langsung kehilangan keseimbangan ketika bagian belakang tubuhnya terkena lemparan pisau.

Pembunuh itu memanfaatkan situasi Widya yang terjatuh dengan mendekatinya sambil menendangnya menjauh dari pintu lalu dia menutup pintu dengan halus agar tidak ada yang curiga.

Widya sempat berteriak saat itu, tapi teriakannya tidak berlangsung lama karena mulutnya dibekap agar tidak memancing perhatian orang-orang. Dan itu bukan hanya sekedar bekapan saja, dia juga menutup hidung Widya dalam cukup lama. Meskipun Widya juga sempat memberontak, tapi tenaganya masih kalah dengan pembunuh itu.

Sekitar lima menit kemudian, Widya mati karena kehabisan nafas dan darah yang terus mengucur dari tadi.

Mayat Widya hanya digeletakkan begitu saja di lantai, dan terlihat tangan pembunuh itu sudah penuh dengan darah, dan seragam yang dia pakai juga terkena darah dari korban yang dia bunuh.

Pembunuh itu terlihat menggunakan rok ketika memeriksa keadaan tangannya, yang berarti jenis kelaminnya adalah perempuan. Dia tidak puas hanya membunuh korbannya, tapi juga menuliskan sesuatu di papan tulis menggunakan darah Widya.

Aku masih ingat, tulisan apa yang sengaja dia tulis di papan tulis itu. Yang berbunyi :

Kalian tidak bisa bersembunyi dariku.

Aku bisa berada dimana saja.

Kapan saja.

Untuk membunuhmu.

Bahkan mungkin aku sedang berada di dekatmu sekarang.

Camkan kata-kataku ini.

Karena aku akan datang!

Itu adalah kata-kata yang kulihat di video itu, aku tidak melihat ada tulisan ini di kelas karena aku tidak bisa terlalu dekat. Dia sengaja agak lama merekam tulisan yang dia buat, dan setelah itu video berakhir di menit ke 17.

Perasaanku campur aduk setelah melihat video itu, begitu juga teman-temanku yang ada di sekitarku waktu itu. Aku hanya bisa diam saja waktu berkumpul dengan mereka di dekat gerbang. Dan karena aku tidak betah waktu itu, aku memutuskan untuk langsung pulang ke rumah.

Meskipun aku juga agak was-was waktu itu, karena pembunuh itu bisa saja masih berkeliaran di sekolah. Dia bisa saja menyamar diantara kami sekarang dengan berpura-pura sedih dengan apa yang menimpa Eka dan Widya pagi ini.

Tapi pada akhirnya, aku masih bisa pulang dengan aman saat itu.

#Time skip

Kembali ke saat ini, ini sudah seminggu semenjak kejadian Eka dan Widya dibunuh di sekolah. Sekolahku sempat ditutup selama beberapa hari untuk kelancaran penyelidikan. Dan berita pembunuhan di sekolahku langsung tersebar luas bahkan menjadi viral saat ini. Meskipun keberadaan pembunuh itu juga masih belum diketahui. Tapi dia melancarkan aksi pembunuhan lagi pada hari ke empat setelah pembunuhan pertama.

Aksi kali ini tidak menargetkan satu korban saja, tidak tanggung-tanggung dia membunuh Vino beserta keluarga dan pembantunya. Dia masih memakai motif yang sama, yaitu dengan cara merekam aksi pembunuhannya, tapi bedanya aksinya yang kedua kali ini lebih direncanakan.

Dan sekedar informasi, Vino ini adalah anak kelas 11-5 dan dia adalah ketua OSIS tahun ini. Sikapnya sehari-hari setauku adalah dia orangnya ramah, berjiwa pemimpin dan mudah bergaul dengan orang baru. Aku masih tidak menyangka jika dia menjadi korban pembunuh ini.

Dia melakukan aksinya di malam hari, dengan membawa sebuah pistol yang entah darimana dia dapatkan dan beberapa alat lain yang berfungsi untuk membobol kunci pintu rumah dan jendela.

Jika dilihat dari luar, rumah Vino memanglah cukup besar karena kedua orangtuanya adalah pengusaha besar. Tapi untuk keamanan rumahnya sepertinya masih kurang karena pembunuh ini masih bisa masuk dengan mudah dengan cara memanjat tembok yang ada disamping rumahnya dengan mudah.

Posisi yang dia ambil untuk memanjat sebenarnya agak gelap, mungkin itulah alasan dia lewat situ. Dindingnya memiliki tinggi sekitar dua meter tapi dia itu bukanlah halangan baginya. Tadinya dia ingin membobol pintu samping karena pintu depan terlalu terang lampunya, tapi dia melihat jendela dekat salah satu pintu yang ada di dapur terbuka.

Dia sengaja merogoh-rogoh gagang pintu dari jendela, hingga sepertinya dapat dan memutar anak kuncinya hingga terdengar suara pelan

Klek.

Setelah itu pintunya sengaja dia buka perlahan-lahan menggunakan tangannya yang sudah dia pakaikan sarung tangan. Tidak seperti sebelumnya.

Next chapter