1 Chapter 1

Perkenalkan namaku joseph, saat ini aku sedang kuliah di universitas swasta, aku tidak mempunyai banyak teman disini namun saat di rumah teman-teman ku selalu ada di sampingku.

Saat ini aku sedang berpikir apakah aku manusia atau bukan? Kenapa aku memikirkan hal ini? Karena ini terjadi pada satu bulan yang lalu.

Flashback

"Malam ini cuaca nya bagus juga" ujar erika yang sedang menatap indah nya bintang pada malam hari.

"Yayaya... malam ini cukup bagus" ujar kean sambil memegang segelas kopi yang hangat.

"Hei... karena cuaca saat ini sangat bagus ayo ikut aku ke suatu tempat" ujar haikal berdiri dari sofa dengan semangat.

"Aku tidak ikut" ujar ku malas sambil menghisap sebuah rokok.

Mereka bertiga adalah teman kecilku dan aku sudah menganggap mereka sebagai saudara ku sendiri.

"Josh, ayolah ikut dengan kami" haikal memaksaku untuk ikut ke suatu tempat.

"Ahh aku malas, kalian bertiga saja!" Ujar ku lalu mengambil gadget.

"Ayo josh nanti ku traktir deh" ajak erika.

"Ehh... kau juga ingin kesana? Ada angin apa sehingga kau ingin pergi.." ujar ku meledek.

"Ish... jika kau tidak ikut aku tidak akan bermain dengan mu lagi!!" Ancam erika kepadaku.

"Sudahlah josh, ayo ikuti saja kemauannya" ujar kean

"Huhh... baiklah aku ikut" aku mengehela nafas ku dan Akhirnya aku ikut ke tempat itu.

Kami menggunakan kendaaran untuk menuju ke tempat itu, di jalan kami selalu bersenda gurau, hingga akhirnya kami sampai.

Saat kami keluar dari mobil kami melihat rumah tua yang sudah usang.

"H-hei kal, kau ingin mengerjai kami ya!!" ujar erika sedikit takut.

"Tidak, aku tidak mengerjai kalian, ayo masuk" ajak haikal.

"Kal nyali mu terlalu besar ternyata" ujar kean yang sedang bersandar di mobil.

"Huh... kalau sudah sampai akan rugi jika tidak masuk" ujar ku mendahului mereka.

Mereka pun mengikuti ku masuk kedalam rumah itu.

Krakkk...

Aku membuka pintu rumah itu dan tidak ada apapun selain debu.

"Permisi, kami masuk" ujar ku lalu melangkah kan kaki ku menuju dalam.

"Bagaimana jika kita berpencar, aku dengan kean, erika dengan haikal" usul ku kepada mereka.

"Jika kalian menemukan sesuatu teriak lah" ujar ku lalu berpisah dengan mereka.

"Erika lihat tangga itu ayo kita kesana" ajak haikal.

"A-aku mengikutimu di belakang" ujar erika sambil menarik sweater belakang haikal.

Lalu mereka menaiki tangga itu dan masuk ke suatu ruangan.

"Kenapa haikal mengajak kita kesini?" Tanyaku heran.

"Kau seperti belum mengenal dia saja, mungkin ini ke isengan dia lagi" ujar kean.

Brak...

"Kyaaaa...."

"Erika!!!" Ujar ku dan kean bersama, kami langsung berlari ke arah suara itu.

"Ada apa?!!" Ujar ku panik.

"Hihihi takut..." ujar erika dan matanya sudah berkaca-kaca.

"Huh... kukira ada apa?" Ujar kean.

"Kalian coba kesini dan lihat ini!" Ujar haikal yang menemukan sesuatu.

"Itu hanya buku, ada apa?" Ujar kean.

"Tunggu kita lihat isinya!" Ujar ku lalu membuka buku itu.

Kami bertiga tidak mengerti bahasa dari buku ini.

"Kenapa kalian seperti tersambar petir?" Tanya erika dan aku menyodorkan bukunya.

"Hahahah.... pantas saja kalian tidak mengerti ini, biar aku bacakan" ujar erika yang sepertinya mengerti isi dari buku tersebut.

"qui aperis librum exponentur maledictione pessima quando luna videt naturaliter esse et fore vitium predonum acutæ maledicent abibit sole tunc revertetur amet." Ujar erika kami kagum padanya.

"Ini adalah bahasa latin, aku akan mengartikan kalimat tersebut dan artinya adalah, mereka yang membuka buku ini akan terkena kutukan yang mengerikan, pada saat mereka melihat bulan mereka akan menjadi seperti predator yang ganas dan insting mereka menjadi sangat tajam, kutukan mereka akan menghilang saat matahari terbit dan saat itu mereka akan kembali menjadi normal." Ujar erika terdiam.

"Hahaha mana mungkin mungkin ini hanya candaan seseorang" ujar haikal.

"Tapi jika ini benar, predator apa yang di maksud?" Ujar kean heran.

"Yah semoga saja ini bohongan" ujar erika gemetar.

Lalu aku melihat ke langit melalui jendela dan yang aku lihat saat itu adalah bulan purnama.

Tiba-tiba tubuhku menjadi kuat dan indraku sangatlah tajam.

"Arghhh...." aku merobek baju ku seperti kerasukan setan.

"H-hei dia kenapa?" Ujar erika ketakutan.

"D-dia melihat jendela lalu menjadi seperti ini..." ujar haikal kali ini dia merasa ketakutan.

"Kutukan itu, t-ternyata tidak bohong" ujar kean.

Aku melihat mereka dan aku saat ini sangat lapar tetapi aku tidak merasakan ingin memakan mereka bertiga ada apa ini?

"Graaa..." aku melompat ke atap hingga atap itu rusak.

Saat aku merusak atap cahaya bulan masuk kedalan rumah tua itu sehingga teman-teman ku meringis kesakitan.

"Arghh...sakitt...kepalaku..." ujar kean memegangi kepalanya.

"Aaaaa...." erika juga merasakan efeknya.

"Ini...sangat...sakit..." ujar haikal.

Setelah melalui semua itu mereka ikut melompat keluar karena merasa lapar.

Dan mereka bertiga mengikuti ku dengan mencium bau ku.

Setelah aku berlari ke hutan aku menemukan beberapa orang dan aku merasa mereka akan sangat nikmat, rasa lapar ini sudah tidak tertahankan. Aku menyerang mereka dengan tangan kosong.

"Apa-apaan dia ini?"orang tersebut ketakutan saat aku menyerang kawanan mereka.

Dor...Dor...Dor

Mereka menembak ku tiga kali kupikir aku akan mati dengan tembakan itu namun aku tidak merasakan sakit sama sekali.

"Rrrauuuuu...." aku melolong layaknya serigala, dan teman-temanku mendengar lolongan itu segera berlari ke arah ku.

"D-dia bukan manusia, d-dia warewolf larii!!" Orang tersebut berlari dengan kawanannya namun itu sudah terlambat karena teman-temanku sudah datang.

"Kyaaa...."

"Arghh..."

"Hiiii...."

Crattt....

Satu persatu kami membunuh orang itu. Karena rasa lapar yang sudah tidak terkontrol kami memakan orang yang kami bunuh mulai dari daging hingga jeroannya.

Kami tidak menyadari bahwa ada satu orang yang lolos dari kami dan kami tidak mengejarnya karena kami sedang makan.

Saat pagi hari kami terbangun dan kami berada di rumah tua itu.

Aku sangat terkejut dengan darah yang ada di tubuh ku.

Saat aku melihat teman ku aku sangat frustasi kukira aku membunuh mereka tapi mereka juga bangun dari tidurnya.

"Kyaaa...uwekk..." erika muntah karena melihat darah di tubuhnya.

"D-darah... apa yang telah kulakukan" ujar kean bingung.

"Erika tolong baca ini agar situasi nta kita ketahui" ujar haikal menyodorkan buku itu.

"B-baik akan kubaca, vocant maledictio warewolf, artinya dan mereka menyebut kutukan itu adalah warewolf" ujar erika lalu menutup buku itu.

"Aku mengerti kurang lebih kutukan tersebut akan mengubah kita menjadi warewolf jika kita melihat bulan purnama atau terkena cahayanya" ujar kean.

"Jika ini kutukan seharusnya ada cara menghilangkannya" ujar ku lalu haikal mengambil buku dan melihat sebuah sobekan halaman.

"Sial... jika seperti ini bagaimana cara menghilangkanya!!" Ujar haikal kesal.

"Sebaiknya kita pulang dulu, erika bawa buku itu bersamamu"ajak ku kepada mereka.

Lalu kami pun meninggalkan rumah tua itu dan saat di perjalanan kami melihat banyak polisi dan orang disana.

"Kalian gunakan penutup wajah kita akan melihat kesana, mungkin itu adalah perbuatan kita semalam" saran ku lalu kami menuju tempat ramai itu.

Setelah sampai di kerumunan itu aku bertanya.

"Ada apa ini?" Tanyaku kepada seseorang.

"Ada 4 mayat yang mati mengenaskan seperti di cabik para hewan tapi orang itu terus berkata bahwa ini ulah warewolf, siapa yang percaya dengan mitos itu" ujarnya.

"Pak polisi aku tidak berbohong!!!, warewolf itu telah mencabik teman-temanku!!" Ujarnya.

"Kau sudah gila ya mana mungkin ada makhluk mitos seperti itu di zaman sekarang!!" Ujar polisi tersebut.

"Kalian semua mungkin tidak akan percaya tapi suatu saat nanti mereka akan datang padamu jangan menyesal" ujarnya lalu pergi.

Aku juga langsung pergi meningalkan tempat itu karena mayat itu sudah di tutupi.

Dan aku pulang kembali ke rumah dan berpikir aku telah menjadi mahkluk mitos.

Flashback off

Seperti itu lah awal mula ku menjadi seorang Warewolf.

avataravatar
Next chapter