9 Pergi Sulit, Bertahan Sakit

Sudah pukul 08:30 namun Sasha masih berada didalam selimut tebal kesukaannya. Dengan selimut itu yang sangat lembut dan terasa hangat membuat Sasha merasa sangat nyaman dan tertidur pulas. Namun tidurnyapun terganggu akan kedatangan orang yang membuka pintu kamarnya.

Cklek.

"Astagfirullah Sasha.. bangun.. ini udah siang" ucap seorang wanita paruh baya saat melihat keadaan Sasha yang masih tertidur. Wanita paruh baya itu mengguncang guncangkan tubuh Sasha agar segera terbangun. "Sasha.." teriak seorang wanita paruh baya itu.

"Gaada kerjaan banget. Cepet bangun beres beres rumah, bukan malah enak enakan tidur"

Sasha membuka matanya, ia langsung beranjak ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Walau rasanya kepalanya sangat puyeng, ia ingin mengumpulkan nyawanya dulu, namun ia tidak melakukannya. Karena ia tahu kalau dia tidak langsung bangun maka ibunya itu pasti terus terussan mengomel.

Setelah mencuci wajahnya, ia langsung membereskan kamarnya. Setelah selesai Sasha beranjak kebawah menuju dapur. Sasha menghampiri meja makan berharap ada makanan. Namun nihil, diatas meja itu kosong tidak ada apa apa. Didalam benak Sasha ia bertanya, kemana bibi? Kenapa ia tidak masak makanan?

Sasha menuju keruangan tengah, disana ada ibunya. Sasha menghampirinya. "Bun, Bi Sumi kemana ko gaada"

"Berhenti kerja" jawab Naura tanpa menoleh kearah Sasha.

"Kenapa?"

Tidak ada jawaban. Naura bundanya Sasha hanya terdiam.

Sasha menghela nafas, lalu ia pergi keatas ke kamarnya lagi.

Naura bundanya Sasha sedang asik asik nonton film kesukaannya. Hari ini ia tidak berangkat kerja karena ada asistennya. Mungkin selamanya ia ada dirumah. Itu sih keinginan Sasha hhe. Namun ia terganggu dengan suara ketukan pintu rumahnya itu.

Tok..tok..tok..

Naura menghiraukannya.

Tok..tok..tok..

Naura masih tidak peduli dengan suara ketukan pintu itu. Namun suara ketukan pintu itu semakin keras. Naurapun beranjak untuk membuka pintu itu. Siapa yang sudah mengganggunya. Batin Naura.

Saat membuka pintu itu terlihat seorang laki laki yang tersenyum padanya.

"Asalamualaikum bun" ucap laki laki itu sambil menjaba tangan Naura dan mencium tangannya.

"Waalaikumsalam"

"Sasha nya ada?"

"Ada, bentar bunda panggilin dulu ya. Ayo masuk dulu"

"Ngga bun, cuma mau sebentar ko. Disini aja" ucap laki laki itu sambil terduduk dikursi yg ada didepan rumah itu.

"Yaudah bunda panggilin dulu Sashanya" ucap Naura yang diangguki laki laki itu.

Naura pergi menuju kamar Sasha. Setiba didepan pintu kamar Sasha ia langsung membuka pintu itu.

Cklek....

Didalam kamar ada Sasha yang sedang memainkan gitarnya.

"Sha ada Arsen didepan" ucap Naura yang membuat Sasha seketika terdiam. Naurapun langsung pergi meninggalkan kamar Sasha. Sasha melihat jam yang ada dinakasnya.

"Baru jam 09:30. Lalu.. Arsen? Tumben dia kesini pagi pagi gini. Ada apa?" lirih Sasha.

Sasha langsung bergegas pergi menemui Arsen.

Setelah Sasha berada diambang pintu, ia melihat Arsen yang sedang terduduk dikursi.

"Ar..." Ucapannya terhenti saat Arsen menyeret Sasha dengan genggamannya yang sangat kuat.

"Awhh.. apaansih Arsen. Sakit tau" Sasha meringis kesakitan.

"Lepasin.." ucap Sasha sambil berusaha untuk melepaskan genggaman Arsen. Namun nihil, tenaganya tidak sekuat tenaga Arsen.

Arsen terdiam dengan rahangnya yang menegas. Ia membawa Sasha ke taman belakang rumah Sasha. Setelah Arsen melepaskan tangan Sasha, Sasha terlebih dahulu melepaskannya dengan kasar.

"Apaansi Ar.. sakit tau" ucap Sasha sambil mengelus ngelus tangannya yang memerah.

"Lo yang apa apaan..."ucap Arsen dengan nada tinggi dan jari telunjuknya yang menunjuk kedepan wajah Sasha.

"Sekarang lo puas kan.." lanjut Arsen dengan nada suaranya yang tinggi. "Lo puas kalo Fellicia ngejauhin gue hah"

Sasha terdiam. Dalam hatinya ia bahagia wanita itu bisa jauh dari Arsen. Namun sikap Arsen sekarang sangat menyayat hati Sasha. Lantas apa yang harus Sasha rasakan sekarang. Bahagia atau terluka?

"Inikan yang lo mau" teriak Arsen.

"Maaf..." Ucap Sasha sambil menunduk.

"Maaf lo bilang. Setelah apa yang sudah lo lakuin, lo minta maaf" ucap Arsen sambil tersenyum menyeringai.

"Maaf bukan maksud aku buat Fellicia ngejauhin kamu ..." Lirih Sasha yang sangat ketakutan akan amarah Arsen.

What? Kenapa jadi Sasha yang minta maaf? Padahal dia ga salah kan. Wajar ga sih kalo dia ngelakuin untuk hubungannya sendiri.

"TELAT..." Teriak Arsen.

Sasha terdiam, matanya mulai berkaca kaca. Ia tidak ingin Arsen marah. Sasha takut. Takut jika Arsen benci pada Sasha. Takut jika Arsen meninggalkan Sasha.

"Sekarang dia udah gamau ketemu sama gue lagi, dia ngehindarin gue. Bahkan dia juga sudah ngeblokir nomor gue"

"Iya iya iya maaf.." ucap Sasha dengan nada suaranya yang sedikit keras. Air matanya turun membasahi pipinya "Kata gue maaf ya maaf.. oke gue bakal bantuin lo supaya lo bisa deket lagi sama dia.."

Sakit. Itu yang Sasha rasakan saat ia mengatakan itu pada Arsen. Hati kecilnya berkata kalo ia tidak rela jika Arsen dekat lagi dengan wanita itu. Namun ia tidak ingin kalo Arsen sampai menjauhi dirinya.

Emang bodoh. Kalo gue jadi Sasha pasti udah gue tinggal tu cowo:v

"BASI" ucap Arsen lalu pergi meninggalkan  Sasha.

"Tanpa lo bantu juga gue pasti bisa bikin dia balik lagi ke gue" batin Arsen. Lalu bibirnya tersenyum menyeringai.

Ya Arsen pasti bisa ngelakuin apapun. Dengan sedikit gombalan dan sedikit rayuanpun wanita wanita sudah tegoda olehnya. Dasar FuckBoy jahanam.

Baru satu langkah ia melangkah, ia langsung membalikkan tubuhnya lagi. "Satu lagi. KITA PUTUS"

"Ar kenapa harus putus?" tanya Sasha sambil memegang tangan Arsen yang hendak pergi.

Arsen terdiam, lalu melepaskan genggaman Sasha.

"Kata gue putus ya putus" ucap Arsen dengan nada suaranya yang tinggi.

"Ta-tapi ke-napa? Hiks..." ucap Sasha yang sudah tidak tahan lagi menahan air matanya. "Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?" tanya Sasha.

"Setelah gue pikir pikir, diluar sana ada cewe yang jauh lebih baik dari lo.." sambil memalingkan wajahnya kearah lain. "Dan lo gausah ngeluarin air mata buaya lo itu dihadapan gue"

Sasha menangis menjadi jadi. Ia mengusap air matanya. "Gue kurang apa Ar, bilang" ucap Sasha yang sudah menahan kesabarannya.

"Mau tau?" Sasha diam. "Lo itu orangnya ga penurut. Ga kaya Fellicia, dia itu penurut sama apa yang gue suruh. Dia gue suruh buat ngehapus WhattApps juga langsung dia hapus. Gue suruh Instagram nya hapus dia nurut, ga banyak tanya" ucap Arsen dengan penuh penjelasan.

"Jadi cuma gara gara aku punya IG dan WA kamu mau ninggalin aku. Kalo kamu dari kemarin nyuruh aku buat ngehapus itu semua pasti aku hapus Ar. Kenapa ga bilang"

"Lo nya aja yang ga peka" ucap Arsen dingin.

"Oke sekarang IG dan WA nya aku hapus..." ucap Sasha sambil membuka ponselnya, lalu menghapus instal aplikasi IG dan WA. "Udah aku hapus. Kamu jangan pergi" ucap Sasha sambil memegang tangan Arsen dengan penuh permohonan.

"Telat. Gue udah ga sayang sama lo" ucap Arsen lalu pergi meninggalkan Sasha.

"Tapi Arr..." teriak Sasha dengan tangisannya. Tubuhnya melemas, dari posisi berdiri ia menjadi setengah berdiri.

Arsen tidak peduli dengan Sasha. Bahkan ia enggan untuk menoleh kebelakang.

                               •••

Sepanjang jalan Arsen memikirkan Sasha. Ia bingung dengan perasaannya sendiri, disisi lain ada rasa sayang terhadap Sasha. Namun ia masih sangat merasa marah terhadap Sasha. Ntahlah gatau gimana pola pikirnya.

Amarahnya belum reda. Ia tidak rela kalo Fellicia sampe menjauh dari nya. Tapi ia juga terkadang suka merasa kalo ia tidak mau kalo Sasha sampai pergi darinya. Lalu apa yang diinginkan Arsen sebenarnya. Memiliki dua wanita di kehidupan nya? Tidak mungkin kan kalo pacarnya menerima diselingkuhin oleh pacarnya sendiri. Emang gabisa ya mempunyai satu pacar saja. Gabakal mati kan kalo punya pacar satu. Huh dasar buaya. Benar benar buaya darat.

Saat diperjalan Arsen melihat seorang gadis yang sedang duduk dihalte seorang diri. Arsenpun menghampiri gadis itu dengan motor sport nya. Lalu ia membuka kaca helm full face nya.

"Hai.." goda Arsen pada seorang gadis yang sedang duduk di halte sambil mengedipkan sebelah alisnya.

"Mau kemana cantik" ucap Arsen lembut diikuti senyuman manisnya.

Gadis itupun mulai tergoda dan tersenyum pada Arsen. Lalu Arsen membuka helm full face nya.

"Mau pulang hm?" tanya Arsen pada seorang gadis yang masih terpana dengan ketampanan wajah Arsen.

"I-i-iya ka.." jawab gadis itu dengan gugup.

"Yaudah yu aku anterin" ajak Arsen.

"Ta-tapi kak ga-ga ngerepotin ka-kakak kan"

"Ngga. Yu naik" ucap Arsen sambil memakai helm nya kembali.

Gadis itupun menghampiri Arsen. Hatinya sangat berbunga bunga, bisa bisanya ia ditawarin untuk dianterin pulang. Dengan cowo ganteng lagi. Mana ada sih yang nolak ajakan cowo ganteng. Yakalee.

Gadis itupun naik keatas motor Arsen. Lalu melaju pergi meninggalkan halte itu.

Satu jam diperjalanan akhirnya mereka tiba disebuah rumah milik gadis itu. Gadis itupun langsung turun.

"Ma-makasih.."

Laki laki itu hanya menjawab dengan anggukan kepalanya saja.

"Nicho" ucap Arsen sambil mengulurkan tangannya.

Ya itulah Arsen. Kalo dengan orang orang yang jauh dari tempat tinggalnya ia pasti tidak akan mengakui namanya. Pasti ada aja nama samarannya. Entahlah dia memang begitu.

"Ghea" ucap Ghea sambil membalas uluran tangan Arsen dengan ragu ragu. Ghea tersenyum malu.

Arsen melepaskan uluran tangannya.

"Heem... Yaudah aku pulang.." pamit Arsen. Gadis itupun menganggukkan kepalanya sambil terus tersenyum. Arsenpun membalas senyumannya. Lalu ia pergi meninggalkan Ghea.

Ghea masih saja fokus memerhatikan punggung Arsen, sampai sampai Arsen menghilang dari tatapannya. Ghea terus tersenyum. Ia sangat ga nyangka, namun bahagia bisa diantarkan cogan kerumahnya.

"Aduh gue terlalu terpana dengan kegantengannya, sampai sampai gue lupa minta nomor ponselnya" ucap Ghea sambil menepuk keningnya.

"Gapapa deh. Semoga aja lain kali bisa ketemu lagi sama dia.." ucap Ghea sambil senyum senyum sendiri. Lalu ia beranjak masuk kedalam rumahnya.

                                   •••

"Kuatkan aku tuhan.." lirih Sasha sambil meneteskan air matanya.

Hatinya sangat terluka. Entah luka yang keberapa kalinya. Sangat sakit. Ibarat sudah terluka ditambah lagi luka dibagian yang sudah terluka.

"Kuatkan aku untuk menghadapi semua sikap dia yang membuatku sakit. Sabar kan aku ketika dia menyakitiku.."

Serba salah. Ia sangat serba salah, tidak tau harus apa yang ia lakukan. Bertahan sakit, pergi sulit.

"Jika dia jodohku maka kuatkan aku untuk bertahan bersamanya.. Dan Jika dia benar benar jodohku Luaskan rasa sabarku ketika dia menyakitiku.."

Sasha merebahkan tububuhnya. Lalu ia mendengarkan musik. Harus kalian tau, kalo isi semua daftar musik nya penuh dengan musik yang galau galau dan sedih sedih.

Sasha meneteskan air matanya kembali. Musik yang didengarnya merasa sangat persis dengan apa yang Sasha rasakan sekarang.

avataravatar
Next chapter