8 Kecewa

Setelah pulang dari rumah Sasha tadi, Arsen langsung menuju ke taman untuk menemui orang yang menelponnya tadi. Ya karna Arsen lupa karena Arsen sudah mempunyai janji dengan orang lain untuk bertemu ditaman.

Pada saat tiba di taman ia celengak celinguk mencari seseorang yg ia cari. Matanya berhenti dan tertuju kepada  seorang gadis cantik yg  sedang duduk dikursi taman dengan raut wajah yang terlihat menahan emosi.

Arsen mengahampiri gadis itu dan duduk disampingnya.

"Maaf lama" ucap Arsen sambil mengelus lembut tangan gadis itu. Gadis itupun menoleh dan menarik tangannya dengan kasar.

"Habis dari mana aja? Janjinya jam 7 tapi datang jam setengah 9"

"Ya maaf tadi aku ketiduran Mit, sampe aku lupa kalo aku punya janji sama kamu" bohong Arsen dengan tangannya yang mengelus ngelus rambut gadis itu.

Mitta. Gadis yg memiliki janji untuk ketemu sama Arsen. Mitta juga termasuk kedalam selingkuhan Arsen. Ntah ada lagi selain Felicia dan Mitta atau hanya mereka berdua yang menjadi korban Arsen.

"Hem.. yaudah gapapa"

Arsen tersenyum lalu mendekap Mita. Dan tanpa mereka ketahui ada seseorang yg mengambil foto mereka.

"Sekarang kita mau kemana Mit?" Tanya Arsen dengan sedikit menguraikan pelukannya.

"Aku laper. Gimana kalo kita ke tempat makan yg deket dari sini aja"

"Yaudah yu"

Arsen langsung berdiri dan mengulurkan tangannya pada Mitta. Mitta pun meraih uluran tangan Arsen, sehingga sekarang mereka sedang bergandengan tangan.

                               •••

"Kok sebentar Sha?" Tanya Meisie pada Sasha yang baru saja masuk kedalam kamar Meisie.

"Iya, katanya ada janji sama temennya"

"Cewe atau cowo?"

Sasha duduk dihadapan Meisie, lalu Sasha terdiam sesaat.

Sasha mengendikkan bahunya.

"Hmm... Sampe kapan Sha mau bertahan sama Arsen?"

"Sekuat hatinya aja" jawab Sasha dengan senyumnya yang terlihat terpaksa.

Meisie menghembuskan nafas panjangnya. Meisie merasa resah, ia ingin menyuruh Sasha untuk menyudahi hubungannya dengan Arsen. Karna Meisie tidak ingin jika sodaranya itu terluka lebih dalam lagi. Tetapi Meisie tau banget kalo Sasha sangat mencintai Arsen tulus.

"Sha?"

"Hm"

"Felicia itu.. orang mana?" Tanya Meisie ragu ragu.

Sasha menghembuskan nafasnya.

"Jl.Kenanga, ga jauh dari sini. 10 menit juga nyampe. Adiknya yang punya toko deket pertigaan itu " jawab Sasha datar.

"Masih anak sekolah?"

"Heem.. Kakel"

"Hah satu sekolah" jawab Meisie kaget.

"Heem"

"Kamu pasti kuat Sha. Karena jika Tuhan memberikan cobaan ini, karna dia tau kalo kamu pasti mampu melewatinya"

"Heem iya ka mudah mudahan"

Meisie mengangguk lalu fokus kembali pada ponselnya.

"Ka aku pulang ya"

"Ga nginep?"

"Lain kali aja" jawab Sasha dengan senyumnya. Meisie menjawabnya dengan anggukkan kepala.

Sasha pun beranjak, lalu pergi.

Sebenarnya Sasha ingin saja nginep dirumah Meisie, karna dirumahnya juga ia pasti kesepian. Namun hati Sasha sudah tidak kuat menahan tangisnya yang sedari tadi ia pendam. Sasha juga tidak ingin jika Meisie mengetahuinya bahwa ia terluka lagi.

Setiba dirumahnya Sasha masuk kedalam, diruang tv ia melihat ada seorang wanita paruh baya yang melihat Sasha dengan sorot mata tajamnya. Tidak lain lagi, itu Naura bundanya Sasha.

"Bagus ya, jam 9 malam baru pulang. Kamu itu wanita, tidak baik kalo keluyuran malam malam gini" bentak Naura.

Sasha terdiam berdiri sambil menunduk. Ia tidak menjawabnya karena ia tahu, kalo menjawab juga pasti bakalan salah lagi.

"Mentang mentang gaada orang tua dirumah, kamu jadi seenaknya gini"

"Iya maaf bun" lirih Sahsa.

"Lain kali sekalin gausah pulang aja" ucap Naura dan langsung pergi ke kamarnya.

Sasha pergi ke kamarnya.

Begitulah keseharian Sasha kalo ada bundanya dirumah. Ia pasti sering dibentak, sering dimarahi, bahkan Sasha selalu saja salah dimata bundanya itu. Makanya Sasha tidak akrab dengan orang tuanya, berbicarapun sebutuhnya saja.

Tapi Sasha tidak membenci bundanya. Justru Sasha berfikir positif, paling bundanya itu cuma kecapean, jadi melampiaskannya pada Sasha. Begitulah Sahsa.

Tiba dikamarnya Sasha membaringkan tubuhnya diatas kasur miliknya itu.

"Tuhan kuatkan hatiku untuk menghadapi semua ujian hidupku ini. Beritahu aku jalan untuk mengetahui semua tentang Arsen. Dan jika aku sudah mengetahui semuanya, kuatkan hatiku ini, tegarkanlah" batin Sasha.

"Kenapa aku selalu salah dimata bunda. Padahal bunda tidak tahu kenyataan semua tentang hidupku. Aku hancur pun bunda tidak mengetahuinya. Ayahh.. Bunda.. sampai kapan kalian sibuk dengan pekerjaan kalian, sehingga aku tidak dipedulikan. Aku hanya ingin seperti mereka yang slalu disayang kedua orang tuanya, mereka yang slalu akrab dengan orang tuanya. Tidak sepertiku ini.. Ayah.. Bunda.. aku tidak membutuhkan harta kalian, aku hanya ingin kasih sayang kalian.."

"Kyra, Friska, aku rindu kalian. Disini aku sendiri. Aku butuh kalian.. Ntah sampai kapan aku menghadapi semua ini sendiri, aku ingin kalian.."

Sasha menangis. Lalu ia mengambil ponselnya. Ia membuka ponselnya, dan.. tidak ada notifikasi dari siapapun. Ia membuka panggilan, dan mulai menelpon seseorang.

Tidak lama panggilanpun terhubung.

"Hallo Sha. Apa kabar?" Ucap seorang disebrang sana.

"Baik. Kangen hiks.."

"Iya sama Sha, disini juga gue sama Friska kangen sama lo. Jangan nangis dong, nanti gue jadi ikutan nangis nih"

Tangisan Sasha mereda.

"Kapan kalian ke Indonesia lagi?"

"Baru aja sati hari Sha. Kapan kapan aja lo kesini ya"

"Iya kapan kapan gue kesana. Kalian jangan sampe ga ngabarin gue. Awas aja lo"

"Iya iya. Yaudah tidur gih, disana pasti sudah malem kan?"

"Heem.. gue tidur dulu"

"Bye.."

"Salam rindu buat Friska. Bye"

"Iya"

Tut..

Telponpun dimatikan sepihak oleh Sasha. Sasha menyimpan ponselnya diatas nakas, lalu ia memejamkan matanya.

                                 •••

Pagi pagi Sasha sudah bangun dan sudah merapihkan tempat tidurnya. Ia melangkah menuju balkon kamarnya dengan buku Diary digenggamannya. Ia bersila diatas kursi dan membuka diary nya. Ia mulai menulis tentang isi hatinya.

Dear..

   Aku merindukan sosokmu yang dulu. Kenapa kita ditakdirkan bersama, jika hadirmu hanya membuatku terluka. Kenapa? Kenapa dulu kita hatus bertemu jika akhirnya kau yang akan singgah. Padahal aku mengahrapkan kesungguhanmu, bukan singgahanmu.

          -AllisyaQianataSahenette-

Setelah selesai menulisnya, Sasha menatap kedepan dengan pandangan yang kosong.

"Setelah hatiku sudah tak sanggup lagi, apakah aku akan bisa pergi meninggalkannya" batin Sasha.

Lamunannya buyar ketika ada orang yang mengetuk pintu kamarnya dengan keras.

Tok.. tok.. tok...

"Non Sasha?"

"Non"

"Apa ada non didalam?"

"Iya bi ada apa?" Jawab Sasha dengan suara yang keras.

"Ini makanan non, dimakan dulu"

"Ngga bi, nanti aja. Belum laper"

Memang dari kemarin Sasha belum sempat untuk makan. Ntah kenapa nafsu makannya tiba tiba aja hilang begitu saja.

"Tapi non.."

"Nanti kalo laper aku kedapur bi"

"Yaudah non.." Bi Sumi pun pasrah dab berlalu pergi. Ia tau pasti Sasha sedang ada masalah, makanya tidak mau makan.

Sasha menghebuskan nafas panjangnya.

Ting..

Ponsel Sahsa berbunyi mendakan ada pesan masuk. Ia membukanya, lalu membacanya.

ArsennioAN❤️

Bisa ketemu?

Ditunggu ditaman komplek sekarang

Matanya berbinar, Sasha merasa sangat bahagia ketika Arsen mengajaknya untuk bertemu. Jarang jarang Arsen mengajaknya ketemu. Tapi sekarang hati Sasha sungguh benar benar bahagia.

Ia tidak membalasnya, saking bahagianya ia sampe kegirangan bersemangat untuk ganti baju. Lalu ia pergi menuju taman komplek. Ia membawa motor sportnya.

Setiba di taman, ia memarkirkan motornya. Lalu mencari keberadaan Arsen. Saking bahagianya ia sampe bertabrakan dengan seseorang.

Brukk..

"Aduh maaf ga sengaja" ucap Sasha sambil membantu orang itu berdiri.

"Iya gapapa" ucap seorang gadis itu sambil menepuk nepuk tangannya, lalu melihat orang dihadapannya.

"Kamu.." ucap Sasha.

"Maaf ya" ucap seorang gadis itu lalu hendak pergi, namun tangannya ditarik oleh Sasha.

"Tunggu.."

"Ada apa?"

"Lo ada hubungan apa sama Arsen?"

"Apa urusannya sama lo? Dia kan cuma mantan lo"

"Dia pacar gue"

Gadis itupun tertawa "Pacar? Dia bilang juga udah lama putus sama lo. Nih ya gue saranin gausah ngejar ngejar yang udah gamau sama lo"

"Tau apa lo tentang hubungan gue"

"Haha.. Ya jelas tau lah, orang dia suka cerita sama gue kalo dia ga sayang sama lo, dia cuma kasian sama lo. Sampai sini paham?"

Sasha tersenyum miring.

"Lalu apa kabar dengan lo, yang suka cengeng ketika pacar orang mau ngejauhin lo" lalu Sasha pergi meninggalkan gadis itu. Gadis itupun terus memandangi punggung Sasha dengan tatapan kesal.

"Awas aja ya lo. Suatu saat lo bakalan hancur"

Setelah Sasha melihat Arsen yang terduduk di kursi taman, ia langsung menghampirinya.

"Ehh Sha sini duduk" ajak Arsen sambil menepuk bangku yang kosong disebelah kirinya. Lalu Sasha duduk.

"Arsen" Panggil Sasha dengan merubah duduknya menjadi menghadap Arsen.

"Iya, kenapa hm? Kayanya kamu lagi ada masalah"

"Aku mau tanya boleh?"

"Tanya aja"

"Tapi jawab jujur ya"

"Iya Sha.." ucap Arsen sambil mencubit pipi Sasha dengan gemas. "Mau tanya apa hm?"

"Kamu ada hubungan apa sama dia?" Tanya Sasha ragu.

"Dia siapa Sha? Kamu udah ga percaya lagi sama aku?" Sebenarnya ia tau apa yang dimasud Sasha, namun ia tidak ingin membahas wanita lain kalo sedang bersama Sasha. Begitupun dengan wanita lainnya.

"Bukan gitu. Tapi.."

"Udah ya aku gamau disaat kita ketemu berantem" potong Arsen.

"Tapi aku ga ngajak berantem. Aku cuma tanya aja sama kamu. Ada hubungan apa kamu sama Fellicia?"

Seketika Arsen terdiam. Kenapa Sasha tahu sama Fellicia. Padahal mereka tidak saling mengenal.

"Aku tau semuanya Arsen" lanjut Sasha.

"Dia cuma temen aku"

"Temen terus jadi demen gitu?"

"Udah deh Sha kalo udah ga percaya lagi sama aku yaudah gapapa"

"Jangan pura oura bego deh, aku juga bukan anak kecil lagi yang selalu bisa kamu bohongi terus menerus. Aku juga tau hubungan kalian sedekat apa. Sampe sampe kamu sering main kerumahnya. Jauhin pelakor itu"

Rahang Arsen mengeras saat mendengar kata pelakor dari mulut Sasha

"Kenapa? Dia itu baik. Lebih baik dari lo.."

Seketika tubuh Sasha mematung. Apa yang diucapkan Arsen benar benar menyakitkan. Ia membandingkan kekasihnya sendiri dengan wanita lain.

"Dan asal lo tau, dia itu bukan pelakor" lanjut Arsen.

Sasha tersenyum miring, dengan matanya yang mulai berkaca kaca. Ia tak menyangka kalo kekasihnyabitu membela wanita lain dibandingkan dirinya.

"Terus kalo dia bukan pelakor lalu apa? Perebut kebahagiaan orang atau cewe murahan hah?" Ucap Sasha dengan suara yang sedikit meninggi.

Plak..

Arsen menampar pipi Sasha dengan sangat keras. Sasha memegang pipinya yang memanas dan sakit.

"Dia bukan pelakor, dia bukan perebut kebahagiaan orang, dan dia juga bukan cewe murahan. Dia gatau apa apa. Dan ini bukan salah dia, ini salah gue. Karena gue bilang sama dia kalo kita udah putus" ketus Arsen dengan rahangnya yang keras. Lalu ia bangkit dan pergi meningglkan Sasha yang mematung.

Sasha terlonjak kaget. Tubuhnya mematung, dan air matanya mulai turun menggenangi pipinya.

Setelah aga lama, ia mulai mengusap pipinya yang basah. Ia bangkit dan menuju pulang ke rumahnya.

Setiba dirumahnya seperti biasa, hening. Tidak ada siapa siapa selain ia dan pembantunya. Setelah ia menginjakan tangga yang kedua ia terhenti karena ada yang memanggilnya.

"Non.."

"Heem"

"Mau makan non? Non kan belum makan dari pagi"

Ya dari pagi Sasha belum memasukan sedikitpun makanan kedalam mulutnya. Ntahlah saat ini ia tidak menginginkan apapun. Ia hanya ingin menangis dan menangis meratapi hidupnya ini yang sangat menderita.

"Ngga bi, lagi ga laper" ucap Sasha tanpa menoleh ke arah bi sumi. Ia langsung melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.

Bi Sumi hanya bisa pasrah. Ia tidak bisa melakukan apa apa saat Sasha sedang seperti ini.

                                •••

Disis lain...

"Mau apa kesini" ketus seorang gadis.

"Kamu kenapa sih Fell. Ada apa?"

"Pembohong"

"Aku bohong apa?"

"Kamu itu belum putus kan sma Allisya?"

Arsen diam. Fellicia tahu dari mana? Batin Arsen.

"Fel dengerin aku dulu. Aku udah bilang putus ko sama dia. Cuma dianya yang gamau diputusin"

"Lalu tadi siang kamu buat apa ketemu sama Sasha hah?"

"Siapa yang ketemu sama Sasha sih Fell"

"Tadi siang aku ketemu sama Sasha. Dia bilang kalo kamu mau ngejauhin aku cuma kasian karna aku cengeng..." ucap gadis itu, lalu air matanya turun.

"Dan saat itu aku ngikutin dia saat dia hendak pergi. Dan ternyata ketemu sama kamu"

"Fel aku bisa jelasin ko"

"Udah sana pergi, jangan mau ketemu aku lagi"

Brakk..

Pintu rumah ditutup dengan kasar.

"Fell.. dengerin aku" teriak Arsen.

"Argghh..."

"Shit.. sialan" ucap Arsen sambil menjambak rambutnya kasar. Lalu ia pergi.

                                •••

Sasha berusaha menenangkan hatinya. Namun nihil. Ucapan Arsen terus terusan terngiang ngiang ditelinga Sasha. Ia menangis sejadi jadinya.

Bugh.. bugh..

Bugh.. bugh..

Sasha terus menerus memukul tembok kamarnya keras. Hingga tangannya lebam. Pukulannya terhenti saat pembantunya mengetuk pintu kamar Sasha. Karena ia mendengar suara pukulan yang sangat keras.

Tok.. tok.. tok..

Saat mengetuk pintu Bi Sumi mendengar suara tangis Sasha yang sangat terluka. Bi Sumi khawatir takut Sasha kenapa napa. Karena Sasha orangnya sangat nekat kalau sedang terluka, banyak pikiran begitupun kalo Sasha sangat marah.

"Non?"

"Non baik baik aja kan?"

"Non.."

Sasha berusaha meredakan tangisannya. Ia mengusap pipinya yang sudah basah. Lalu ia menghela napas panjangnya.

"Baik ko Bi gausah khawatir" teriak Sasha dengan suaranya yang serak.

"Syukur atuh kalo non gapapa mah"

"Tuhan jaga Non Sasha. Kasian Non Sasha, jauhkan dari masalahnya" lirih Bi Sumi, lalu ia pergi.

Sasha membaringkan tubuhnya yang merasa lelah, dicampuri dengan rasa laparnya. Ia memejamkan matanya yang sangat bengkak. Ia tertidur pulas.

Selama 3 jam iya tertidur. Waktu sudah sore. Ia bangun tidurnya. Lalu beranjak untuk membersihkan badannya. Setelah selesai ia memakai baju santainya. Lalu membawa buku Diary nya yang berada dilaci nakas. Ia membaringkan badannya dan tengkurap diatas kasurnya. Ia melamun seketika, ucapan Arsen begitu sangat melukai hatinya.

Dear..

     Mungkin dengan bersabar dan menutupi semua rasa sedih saat ini mungkin jauh lebih baik. Walau sebenarnya hati ini sakit. Tapi aku akan tetap berusaha menutupi semua didepan orang lain.

    Sejujurnya... Aku tak sanggup jika harus seperti ini. Tapi apa dayaku, aku hanya ingin melihatnya bahagia walau bukan bersamaku. Tuhan kuatkan aku ketika aku tau jika dia bermain dibelakangku. Dan beritahu aku ketika dia membohongiku.

      Aku pasti bisa menghadapi semuanya sendiri.

           -AllisyaLeshanSahenette-

Sasha menangis dengan pikirannya yang penuh, ia menimang nimangkan antara harus pergi dari kehidupan Arsen atau tidak.

"Tidak.. aku tidak akan pergi darinya..." Gumam Sasha.

"Aku mencintainya.."

"Aku tidak  ingin kehilangan dirinya.."

"Aku harus terus berjuang untuknya.."

"Hiks.. hiks.. hiks.."

"Aku.. tidak mau kehilangannya"

Tok.. tok.. tok..

Sasha terdiam ketika ada yang mengetuk pintunya.

"Non.." panggil Bi Sumi.

Sasha mengusap bekas air matanya kemudian bangkit dan langsung membuka pintu kamarnya.

"Ada apa bi?"

Bi Sumi terdiam saat melihat keadaan Sasha. Matanya yang menghitam ditambahkan dengan matanya yang sembab, dan tubuhnya yang mengurus.

"Eum.. itu non.. Ada Arsen didepan"

Sasha terdiam.  Hatinya merasa senang ketika  ada Arsen menemuinya. Tapi, apakah Arsen sudah tidak marah lagi padanya. Sasha langsung bergegas untuk menemui Arsen.

"Ada ap..."

"DIAM" teriak Arsen yang membuat Sasha mematung dan hatinya berdegup sangat kencang akibat teriakan Arsen.

"Sekarang lo puas hah. Sekarang dia dan gue jadi jauh gara gara ulah lo hah"

Sasha terdiam. Apa yang dimaksud Arsen, ulah? Ulah apa? Padahal ia tidak melakukan apa apa.

"Lo bilang apa aja hah sama dia?"

Sasha terdiam memikirkan apa yang telah ia katakan terhadap orang yang dimaksud Arsen. Lalu ia berkata.

"Lalu apa kabar dengan lo, yang suka cengeng ketika pacar orang mau ngejauhin lo.."

"Udah aku cuma ngomong gitu aja"

"Bodoh...." Ucap Arsen dengan nada tinggi lalu pergi meninggalkan Sasha yang sudah berkaca kaca.

avataravatar
Next chapter