2 BAB 2

     Sahabat kanza yang bertubuh subur tadi terus memperhatikan peristiwa  yang baru saja terjadi itu sambil sesekali menulis.

"Eh hmm... " Dia berdehem.

Kanza menoleh padanya.  "Hemm? ?"dengan nada tanya kanza mengangkat alis.

" Bungkusan nya gede banget... Isinya apa ya kira kira? " Celetuk sahabatnya itu.

Kanza baru menyadari bungkusan warna putih yang ditujukan padanya.

" Kepo ya..? " Tanya kanza.

Gadis itu manggut manggut bersemangat.

" Biskuit kali... Biasanya sih dikasih makanan.. Pernah juga sih tiket bioskop atau kaos. " Lanjut kanza, sambil menarik bungkusan putih itu dan membukanya perlahan.

Sahabatnya terus memperhatikan sambil tetap menulis.

Mata kanza agak melebar ketika bungkusan itu sukses terbuka semua, dipandang nya barang yang tidak disangka akan diberikan padanya.. Sebuah tas branded mewah, tampak sangat elegan bila dipakai ke pesta.

" Wow.. " Sahut sahabatnya menghampiri.

" Kau sudah selesai menulis dit? " Kanza mengingatkan gadis bernama Dita itu.

" Sudah... Sudah.. He.. He.. Kadonya bagus banget nih, pasti mahal. " Dita membolak balik tas itu.

" Gak nyangka lo... Dia bakal ngasih ini, tadi aku cuma fokus ke amplop itu. " Kanza meneruskan.

" Ya ada untungnya juga punya adik populer za, kamu jadi ikut kecipratan, enak tau. " Sambung Dita.

" Enggak ah... Aku mau kembalikan aja tas ini.. Tadi siapa namanya.. Kelas berapa dia..?" Tanya kanza.

" Loh...Loh.. Knapa za? "Tanya Dita heran.

" Kamu tau ga sih semua surat surat itu nasibnya hanya berakhir di tempat sampah, ga akan dibaca atau digubris sama Kenzo, barang barang pemberian cewek cewek itu juga kalau dia ga suka ya di buang atau dikasih ke orang. Kan kasian juga cewek cewek itu, mereka ga ngerti kalau usahanya itu cuma sia sia. " Jelas kanza.

" Tapi kan ini imbalan buat kamu karena udah ngasih suratnya ke Kenzo. " Sambung Dita.

"Aku bukan mak comblang dit, aku juga ga mau minta keuntungan dari mereka. " Jelas kanza.

"Kan bukan kamu yang minta, mereka sendiri saja yang maunya gitu. Ya anggap aja ini rejeki dari Tuhan, ga boleh ditolak lo. " Dita meyakinkan.

Kanza berpikir sejenak mendengar omongan Dita.

" Gak sampai hati aku dit. " Sambung kanza, " Kalau diterima terus, beneran deh, lama lama aku memang jadi kotak pos. "

" Eh, btw adik kamu kan cakep tuh, cewek mana yang ga mau.. Udah banyak gitu cewek cewek yang ngejar, kenapa selama ini dia ga punya pacar ya? " Selidik Dita.

Kanza menghela nafas, " Orang kaya dia dipikirannya tuh mana ada cewek, selain main dan basket kayaknya dia tidak ada ketertarikan lain. "

" Masa sih... Emangnya dia ga pernah cerita apa gitu.. Pernah naksir siapa gitu.. Apa tipe ceweknya gitu.. " Cecar Dita.

Kanza melirik sahabat nya itu, " Napa kepo? Udah kayak detektif aja.. Awas jangan naksir ama dia.. Kamu bakal patah hati tuh. "

" Jangan curigaan dong.. Aku penasaran aja cuma itu. " Jelas Dita.

" Kalau gitu tanya aja sendiri ama orangnya. "Sambung kanza.

" Eh... Kamu kan saudaranya.. Kembar lagi.. Walau ga ada miripnya sih.. "

" Mau meledek ya.. " Kanza memotong.

" Eits... Sabar tuan putri bukan gitu.. Kalau saudara kan biasanya saling cerita kalau ada apa apa. " Dita mencoba menenangkan.

Kanza memang tidak sama secara fisik dengan Kenzo seperti umumnya saudara kembar. Tubuh kanza bertinggi rata rata saja tidak seperti Kenzo yang semampai, kulitnya juga sawo matang tidak seputih Kenzo, wajahnya juga tidak memiliki kerupawanan yang hakiki seperti Kenzo. Dia terlahir sebagai gadis biasa dibawah bayang bayang adiknya yang seperti bintang di langit. Maka tidak jarang banyak yang menyangka mereka bukan saudara kembar. Walau begitu kanza mempunyai sifat yang lembut, dia juga gadis manis yang pintar dan dewasa. Berbeda dengan Kenzo yang jahil dan kekanak kanakan.

" Bosen tau, sejak kecil di bandingin terus bagai langit dan bumi, seandainya aku ini bukan saudara kembarnya. " Kanza cemberut.

" Udah ah jangan manyun kan baru dapat tas cantik he he.. Ya ntar kalau udah sampe rumah kamu harus meyakinkan Kenzo buat baca surat itu dan buat balesin juga. Ya.. Tanya tanya gitu dari hati ke hati biar dia bisa membuka hati buat cewek. " Terang Dita.

Kanza tersenyum tipis, " Emang kamu pikir gampang apa.. Ngomong sama Kenzo itu kaya ngomong sama tembok. "

Dita merangkul kanza.. " Za, batu itu kalau ditetesin air terus lama lama juga akan berlubang, kalau kamu rayu terus pelan pelan pasti dia juga akan terbuka. "Seolah olah seperti seorang pakar Dita menjelaskan pada kanza.

    Bel sekolah segera berbunyi membuyarkan percakapan mereka, para murid segera berhamburan masuk kelas dan duduk di bangku masing masing. Kanza segera mengamankan amplop dan tas dari adik kelasnya tadi.

Jam menunjukan pukul 2 siang, seperti biasa matahari bersinar begitu terik.Bel pulang sekolah sudah berbunyi, para siswa segera berhamburan keluar kelas dengan semangat,membayangkan terbebas dari semua kejenuhan di dalam kelas. Kanza dan kenzo duduk di bangku semen dekat gerbang sekolah, sambil memesan taksi online dari aplikasi HP.

" Begini nih kalau sepeda motor lagi di bengkel masih ribet harus pesan taksi online, seandainya papa ngijinin bawa mobilnya kan enak. " Kata kenzo.

"Mobil kan dipakai papa kerja jangan egois dong,  katamu nanti sepedanya udah beres bisa diambil dari bengkel."Sambung kanza.

" Ya itu janjinya orang bengkel.. Tapi ya mana tau memang beres hari ini nggak. "Jelas kenzo.

" Makanya punya sepeda tu ya dirawat. "

"Biasa nebeng aja ga usah bawel. " Sahut kenzo.

" Ken... "

"Apaan ? "

" Mau ngomong yang serius nih. "

" Aku juga serius. "

Kanza memicingkan mata mendengar jawaban adiknya yang suka sekenanya aja.

" Nih, ada sesuatu buat kamu. " Kanza menyerahkan amplop berwarna merah jambu dari adik kelasnya tadi.

Kenzo garuk garuk kepala menatap amplop itu.

" Aku pikir mau ngomong apa.. " Jawabnya. " Emang apa itu.. Yang kaya biasanya bukan? " Tanyanya lagi.

Kanza mengangguk perlahan.

" Halah buang aja.. " Sahut kenzo singkat.

" Eh yang ini cewek nya manis.. Sopan banget lagi.. Kamu ga penasaran baca isinya? " Bujuk kanza.

" Paling isinya ya sama aja.. " Kenzo menjawab ringan tak peduli, sebenarnya kanza juga sudah menebak kenzo akan bersikap seperti ini seperti yang sudah sudah.

" Terima dulu, ntar kamu nyesal lho.. Anaknya baik tuh, kasian kan kalau udah nulis dengan sepenuh hati kamu ga mau baca, siapa tau dia butuh berhari hari tuh buat nulis ini. " Rayu kanza mencoba meyakinkan.

Kenzo melirik kanza dengan heran, " Tumben banget sih kamu maksa kaya gini.. Kamu kenal kah sama orangnya? " Selidik kenzo.

Kanza menggeleng kan kepala.

" Kenal aja engga ngapain coba.. Cewek tu ribet banget ya.. Knapa ga ngomong langsung gitu.. Kenalan dulu kek.. Main selonong aja, ngerti orangnya juga ngga, jadi ga respek. " Kenzo mulai mengomel, lalu beranjak berdiri. " Udah buang aja, males udah bosen. " Sambungnya.

" Eh.. Tungg.. " Kanza mencoba mengajak bicara lagi, tapi sebuah mobil warna merah sudah menghampiri.

" Ayo, pulang nggak? Jemputannya udah datang tuh. " Lanjut kenzo lalu beranjak masuk ke dalam mobil, kanza berlari kecil mengikuti dari belakang dan sesegera mungkin memasukan amplop pink itu ke saku roknya. Lalu ikut masuk ke dalam mobil.

avataravatar
Next chapter