5 Bab.4

Namaku Reza Mahardika anak tunggal dari pengusaha kaya yang terkenal akan kebaikan hatinya.

Aku tau kalian pasti menganggap aku adalah orang yang tidak tau diri,selalu membuat masalah hingga membuat ayahku malu.

Kalian ingin sekali di posisiku menjadi anak seorang Mahardika yang katanya baik hati dan tidak sombong itu.Harusnya kalian bersyukur tidak terlahir dari keluarga gila sepertiku.

Mahardika bukanlah orang baik seperti kalian lihat,bagiku dia adalah manusia terburuk di dunia.Hanya saja kalian tidak tau penderitaan ku selama ini.

"Reza duduklah didampingi ayah, ayah mau membicarakan sesuatu," perintahnya saatku pulang sekolah hendak pergi menuju kamar.

"Tumben? Ada apa memanggilku," ucapku sinis dan mengambil duduk di depannya, disinilah biasanya aku duduk saat sidang akan dimulai.

"Kenapa kamu duduk disana, sini disamping ayah!" Perintahnya lagi memaksaku.

"Ayah? Sungguh kata yang sangat manis,"

"Kapan ya terakhir kali aku mendengar kata itu?" Ucapku sambil berpura pura berpikir.

Aku sengaja berkata seperti itu agar dia marah kepadaku,itu salah satu kebiasaan buruknya.

"Ayah serius Reza kamu jangan bercanda.." ucapnya lagi berusaha menahan emosinya.

"Cepat katakan!!!" Ucapku sembari membentak.

"Ayah tau kamu tidak akan terima hal ini tapi ayah harus mengatakannya,"

"Cepat katakan, jangan bertele-tele saya tidak ada waktu!!"

"Nanti malam kita akan pergi ke rumah teman ayah ntuk membicarakan tentang perjodohan kamu dengan anak teman ayah, kamu harus menerimanya!ayah mohon Reza..." Ucapnya memohon kepadaku.

"Aku tidak mau dijodohkan, aku bukan robot yang bisa ayah kendalikan sesuka hati, camkan itu!"

"Tapi ayah mohon, nggak perlu langsung menikah, yang penting kalian kenalan dulu siapa tau cocok," Ucapnya lagi.

Aku hanya diam mendengar ayah terus memohon padaku, dia sungguh sangat berubah ia bukanlah Mahardika.

*******************************************

Aku menuruti permohonan mahardika,

Sekarang kami sudah berada diatas mobil menuju rumah temanya yang katanya tidak jauh dari rumah kami.

Tidak ada yang berbicara sepanjang jalan hanya terdengar suara musik yang berputar dengan sangat pelan.

Otakku dipenuhi kata kata Raina yang mengataiku seorang pecundang,

Aku tidak terima hinaan itu,dia sudah menjatuhkan harga diriku.

" Reza, Reza kita sudah sampai ayo turun!" Ucap ayah memudarkan lamunanku.

Aku hanya mengikutinya saja aku tidak mau berdebat malam ini , mood ku sudah hancur sejak tadi siang.

Kulangkahkan kaki ku menyusul ayah dari belakang tapi aku melupakan ponselku,

Ponselku ketinggalan di mobil aku harus mengambilnya.

Kulihat sepuluh panggilan masuk dari Rian begitu juga dari gio ada apa sebenarnya ini?

Aku balik menelfon Rian untuk bertanya..

"Halo Rian, ada apa?" Tanyaku

"...."

"Apa? 5 menit lagi gue sampai disana,tahan bajingan itu," ucapku dengan emosi di Ubun Ubun.

Aku tidak peduli lagi dengan perjodohan apalagi Mahardika,aku akan menerima apapun keputusan Mahardika meskipun aku harus menerima perjodohan bodoh itu.kulajukan mobil dengan kecepatan penuh agar aku tidak terlambat untuk membunuh bajingan itu,aku sangat sakit hati.

Kuparkirkan mobil di depan cafe yang dikirim Rian lewat wa tadi,aku yakin mereka masih disini dan sudah di urus Rian.

"Bos...mereka ada di mobil gue ,lihat ke kanan." Ucap Rian di telpon.

Tapi anehnya mereka tidak takut padaku malah tambah lengket.

"Owh...jadi ini alasan lo nggak bisa temuin gue? hebat.....lo selingkuh dengan dia, hahaha ....hebat" ucapku tertawa hambar, Aku benar benar sakit hati, orang yang sangat aku sayangi selingkuh.

"Iya ....kita kan sudah putus," jawabnya padaku.

"Detik ini juga kita putus, jangan pernah lo minta balikan ingat itu," ucapku lagi.

"Eh lo tampang alim tapi perebut, bentar lagi lo juga diselingkuhin sama dia."ucapku santai berlalu pergi,

"Eh bos mau kemana? " Kudengar gio bertanya dari jauh tapi ku abaikan hatiku kalut tidak bisa dibayangkan seberapa sakitnya hatiku saat ini.

*******************************************

Aku masih teringat permintaan ayah tadi siang, ia memintaku untuk menerima perjodohan? Ia menjual ku?

Dari kecil aku tidak pernah mendapatkan  kasih sayangnya dan sekarang aku akan dijual lelucon macam apa ini?

Sungguh miris hidupku, penderitaan ku sudah lengkap semuanya terjadi secara tiba tiba.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh tamu ayah pasti sudah datang tapi aku belum bersiap siap,

Untuk apa aku berdandan kalau akhir dari keputusannya tidak akan berubah

Aku mendengar ayah memanggilku untuk makan malam sepertinya dugaanku benar orangnya sudah datang,

Sudah saatnya aku keluar.

Aku turun kebawah dengan menggunakan baju tidur dengan rambut dikepang dua seperti gadis culun namun terlihat imut

Ku edarkan pandangan keseluruhan meja makan melihat jodohku tapi aku tidak melihatnya lalu kududukkan pantatku di salah satu kursi dekat ayah.

Kursi di depanku kosong sepertinya disanalah jodohnya  akan  duduk,

Didepan ayah calon mertua,

"Jodoh gue mana om?" Tanyaku sambil mengangkat satu kakiku keatas kursi disela sela makan malam kami, Bella dan Kanya menatapku sinis aku tau mereka pasti memakiku dalam hati tapi tidak berani mengatakan nya,

"Dia nggak bisa datang nak, lain kali aja," jawab Mahardika berusaha untuk sabar, ia sudah biasa menghadapi sikap seperti ini anaknya dan calon menantu sama aja.

"Oh..." Aku berjalan mengambil piring yang berisi laut yang ada dihadapan  Mahardika kemudian sengaja kusenggol kaki meja lalu piring tumpah mengenai baju Mahardika.

"OPS ....sorry sengaja," ujarku tanpa merasa bersalah.

"Raina....jaga sikapmu ,sopan santun sedikit nggak bisa?" Ucap ayah marah kepadaku.

Aku biasa aja cacian hinaan dan amarah adalah makanan sehari-hari ku.

"Nggak bisa, Ayah nggak ada waktu buat ngajarin aku sopan santun,

Oh ya om, apa om mau ajarin aku sopan santun?" Tanyaku tanpa merasa bersalah sedikitpun lalu kembali duduk untuk melanjutkan makan yang tertunda.

avataravatar