8 Kopi

"Dokyoung-mphh" dengan cepat Gakyoung melirik siapa yang baru saja menepuk bibirnya itu "Eomma~~" rengeknya setelah mengetahui bahwa sang ibu yang sudah melakukannya.

Seojin menempelkan jari telunjuk miliknya pada bibir dan mengisyaratkan agar anak gadisnya itu untuk diam "Eomma sudah sering kali mengingatkan padamu untuk memanggil kakakmu dengan sebutan Oppa, kenapa kau tidak mengindahkan peringatan Eomma" ucap Seojin penuh penekanan disetiap perkataannya.

Gakyoung langsung mendengus kesal dan memilih untuk tidak menyahuti perkataan sang ibu yang seolah berada di pihak Dokyoung "Eomma selalu saja membela dia" tunjuknya pada sang kakak yang tengah meledek dengan menjulurkan lidah kearahnya membuat Gakyoung tidak terima.

"Dokyoung-a, segeralah ambil makananmu dan jangan hiraukan adikmu, Eomma akan pergi ke kamar sebentar untuk mengambil sesuatu"

Dokyoung menganggukkan kepalanya dan mulai menyendok nasi ke dalam piringnya setelah melihat punggung ibunya mulai hilang.

"Kau seharusnya lebih menghormati aku agar Eomma tidak memarahimu, Gakyoung-a" ujar Dokyoung setengah meledek sambil melirik sang adik dan mengambil kimchi menggunakan sumpitnya.

Dimasukkan kimchi itu kedalam mulutnya sambil terus melirik kearah adik perempuannya "Eummm... Igeo masisseoyo (Ini lezat) " ujarnya sambil mengetuk piring kimchi itu dengan sumpitnya "Kimchi" lanjutnya.

"Kimchi meokgosipoyo? (Ingin makan kimchi?)" tanyanya sambil mengarahkan satu suap kimchi mendekati mulut Gakyoung.

"Igeo meokda palli (Cepat makan ini)" perintahnya pada Gakyoung.

Tanpa ragu Gakyoung langsung membuka mulutnya dan mempersilahkan Dokyoung untuk menyuapinya.

Namun lelaki itu justru memutar balik sumpitnya dan memasukkannya kedalam mulutnya sendiri "Pyongiyaaaa~~" ledeknya pada adik perempuannya lagi membuat Gakyoung tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya.

"Chamkan (tunggu sebentar) kau mau kemana?" tanya Dokyoung sambil menahan tangan sang adik untuk tetap berada disini dengannya.

"Aku ingin pergi ke kamar, makan malamku sudah selesai" jawabnya dengan malas.

"Buatkan aku kopi" suruh Dokyoung.

Mendengar itu Gakyoung mendelik tidak suka pada sang kakak yang memerintahnya seenak jidat "Kau sudah besarkan, buat saja sendiri. Kenapa masih saja menyuruhku untuk membuatnya" gadis cantik itu berusaha membebaskan tangannya dari cekalan kakak lelakinya.

"Kau buatkan aku kopi atau aku memanggil Eomma" ancamnya.

"Jika kau berani memanggil Eomma maka kau yang akan kena marah karena sudah  berani memerintahku"

Dokyoung melepas tangan adiknya lalu melipat kedua tangannya didepan dada "Baiklah. Kita lihat saja nanti Eomma akan membelamu atau membela aku" ujarnya menantang Gakyoung.

Diliriknya sang kakak yang hendak membuka suara itu "Oke. Aku akan membuatkan kopi untukmu" ucapnya setengah hati.

"Sial. Aku tahu Eomma pasti akan memarahi aku karena tidak mau membuatkan kopi untuk Dokyoung" ucapnya dalam hati.

Melihat itu Dokyoung tersenyum jail lalu mengarahkan tangan kanannya untuk mengusak surai sang adik sebelum ditepis dengan kasar oleh Gakyoung "Kau memang adikku yang paling cantik dan yang paling baik, cepat buatkan aku kopi"

"Karena memang aku adikmu satu-satunya tentu saja aku yang paling cantik dan baik" sahutnya.

"Sudah cepat sana"

Gadis cantik itu tidak kunjung melangkah ke pantry untuk membuatkan kakak lelakinya secangkir kopi hangat justru dirinya terus memberi tatapan sinis pada sang kakak.

"Palli!" sentak Dokyoung tak sabaran melihat Gakyoung hanya diam saja.

Lelaki tampan yang memiliki badan atletis dan nyaman saat dipeluk itu menghela napasnya "Ha-na (Satu)..." diliriknya adik perempuannya itu.

"Dul (Dua)..."

Hingga hitungan ke limapun Gakyoung tidak kunjung beranjak dari tempatnya dan itu membuat Dokyoung geram "Yeoseot (Enam)... Eomm-"

BRAK

Dokyoung tersentak kaget tiba-tiba adiknya menggebrak meja.

"Baiklah aku akan membuatkan kopi untukmu" ujar Gakyoung setelah itu dirinya berjalan menuju pantry dan membuat minuman untuk kakak lelakinya.

"Ahjumma keopi juseyo (Bibi beri saya kopi)" goda Dokyoung pada sang adik yang tengah sibuk membuatkan kopi untuknya itu persis seperti dirinya berada di kedai kopi lawas langganan keluarganya.

Lelaki itu memang penggemar berat minuman berwarna gelap.

Gakyoung memilih untuk tidak menanggapi godaan sang kakak dan memilih untuk memutar tubuhnya lalu berjalan menuju kakak lelakinya yang sedang sibuk menggodanya sambil membawa secangkir kopi hangat kehadapan Dokyoung.

"Minumlah dengan perlahan" ucap Gakyoung penuh dengan penekanan disetiap perkataannya sambil meletakkan secangkir kopi itu di hadapan Dokyoung membuat lelaki itu terkekeh.

"Igeo masisseoyo? (Apakah ini enak?)" tanya Dokyoung sambil menunjuk kopi buatan Gakyoung.

Gakyoung memejamkan matanya guna untuk meredam amarahnya yang siap membuncah "Kau harus sabar menghadapi manusia jelek ini, Gakyoung-a" batinnya.

Dibuka kedua matanya perlahan lalu tersenyum pada sang kakak "Kenapa tidak mencobanya lebih dulu"

"Eummm aku meragukan rasa kopi buatanmu ini, aku takut kau menaruh racun didalam-nya" ucapan Dokyoung memelan karena Gakyoung memberinya tatapan mematikan serta gestur ingin menonjok seseorang "I-iya, aku akan mencobanya"

Dokyoung menyeruput kopi buatan Gakyoung lalu memejamkan matanya seperti menahan sesuatu.

Gakyoung melipat kedua tangannya didepan dada sambil menukikkan alisnya keatas menunggu reaksi sang kakak.

"Yak! Ini asin sekali, Gakyoung-a. Wleekkk" pekik Dokyoung setelah rasa pahit menyelimuti indra perasanya setelah menyeruput kopi buatan sang adik.

Gadis cantik itu berusaha menahan tawanya agar tidak tiba-tiba meledak dan membuat sang kakak curiga "Itu manis, Dokyoung-a. Aku bahkan menambahkan gula banyak sekali tadi"

Ditatapnya tajam adik perempuannya itu lalu meraih cangkir berisi kopi hangat itu kehadapan Gakyoung "Sekarang kau rasakan sendiri kopi ini" Dokyoung semakin mendekatkan cangkir itu pada mulut Gakyoung.

Mempunyai insting yang tidak enak Gakyoung segera menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya "Yak! Apa-apaan kau ini, Dokyoung-a. Jauhkan kopi itu dariku, aku tidak menyukainya" ujarnya sambil menjauhkan cangkir kopi itu dari hadapannya.

"Kau harus mencobanya lebih dulu" kekeh Dokyoung "Aku tahu kau sengaja mengerjai aku dengan tidak menambah gula pada kopi ini, justru kau menambahkan garam bukan?!" teriaknya tepat didepan wajah Suyeon.

"Tidak. Aku bahkan berusaha membuatkanmu kopi yang sangat enak. Apa jangan-jangan aku salah memasukkan gula melainkan garam"

"YAK! GAKYOUNG JELEK!! AKU TAHU KAU SENGAJA MELAKUKANNYA! Apanya yang enak! Sekarang kau harus meminum kopi ini sampai habis" ujarnya.

"EOMMA TOLONG SELAMATKAN AKU!!" teriak Gakyoung saat kakak lelakinya memaksa untuk meminum kopi buatannya sendiri.

Nampaknya Dokyoung tidak takut dengan teriakan Gakyoung yang memanggil sang ibu, buktinya lelaki itu terus saja berusaha membuat adik perempuannya membuka mulut dan meminum kopi asin yang dicicipinya tadi.

"EOMMAAA!!!" teriak Gakyoung semakin kencang memanggil sang ibu.

"ASTAGA! APA YANG KAU LAKUKAN PADA ADIKMU, Dokyoung-a"

Mendengar suara yang ibu membuat Dokyoung menjauhkan dari Gakyoung.

Melihat ibunya yang akhirnya datang setelah nyawanya akan hilang ketika hendak mencicipi kopi pahit buatannya itu, Gakyoung menghela napasnya lega.

"Kau ingin apakan adikmu?" tanya Seojin sambil mengelus surai panjang Gakyoung.

Dokyoung memilih untuk memberi tatapan tajam pada adiknya ketimbang meladeni ibunya.

"Dokyoung-a, ibu bertanya padamu sayang"

"Salahkan saja Gakyoung yang sudah memasukkan garam kedalam minuman ku, wleekkk rasanya tidak enak sekali wleek" ringisnya sambil memperagakan bagaimana tadi ia meminum kopi buatan Gakyoung.

Seojin menoleh pada anak gadih ya "Apa benar kau sudah memasukkan garam kedalam minuman Oppamu?"

"Tidak Eomm-"

"Apanya yang tidak?!" sentak Dokyoung membuat Gakyoung dan ibunya terkejut "Dia berniat mengerjai aku dengan memasukkan garam kedalam minumanku, jika Eomma tidak percaya coba saja kopi itu"

Seojin menengok isi dalam cangkir itu dan terdapat busa diatasnya itu artinya Gakyoung mengaduk garam itu dalam kopi, jika Gakyoung memasukkan gula dan mengaduknya maka tidak akan menimbulkan busa "Ah ternyata memang benar bahwa kopi ini diberi garam didalamnya" dilirik anak gadisnya itu "Kau bodoh dalam hal seperti ini sayang, lain kali belajarlah dengan Eomma" ucap Seojin dalam hati lalu tiba-tiba menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan tingkah kedua anaknya yang seakan tiada habisnya itu.

avataravatar
Next chapter