7 Kimchi

"Jangan bilang kau mengatakan pada Eomma bahwa kau datang ke Seoul untuk mengunjungiku"

Donghyuck menjentikkan jarinya "Tentu saja. Hwahh sepertinya kau sudah pintar dalam  membaca pikiranku hyung"

Youngdo menghela napasnya frustasi lalu melipat bibirnya kedalam untuk menahan amarahnya yang siap untuk meledak kapan saja "Bagaimana kau bisa melakukan hal itu padaku, Donghyuk-a"

"Aku melakukan itu agar kau mengijinkan aku untuk menginap di tempatmu mulai minggu depan, hyung"

"Oke. Tapi sampai berapa lama kau akan menginap di apartemenku"

Donghyuk menaruh jari telunjuknya didagu seolah sedang berpikir meskipun sang kakak tidak bisa melihatnya "Seminggu mungkin?"

"Apa kau gila! Kau dan teman-temanmu yang berisik itu akan berada di apartemenku selama seminggu?! Yang benar saja"

"Jika Hyung tidak mengijinkan aku untuk menginap di apartemenmu maka aku akan langsung mengadukannya pada Eomma agar kau-"

"Dasar tukang mengadu. Baiklah-baiklah, aku akan mengijinkanmu dan teman-temanmu tinggal di apartement milikku tapi hanya seminggu saja ya tidak lebih" potong Youngdo setengah kesal.

Adik Youngdo itu langsung menepuk pelan dadanya merasa bangga pada dirinya sendiri karena sudah berhasil membujuk sang kakak yang memiliki sifat susah untuk dibujuk "Iya, aku berjanji hanya seminggu disana. Gamsahaeyo uri Hyungnim (Terima kasih kakakku)"

"Apa ada lagi yang ingin kau katakan padaku?" tanya Youngdo mengabaikan ucapan terima kasih dari sang adik.

"Eobsseo hyung (Tidak ada Bang), aku hanya ingin mengatakan itu saja"

"Mck, bahkan kau tidak menanyakan kabarku tadi"

Donghyuk terkekeh mendengar suara kakaknya yang terdengar kecewa itu "Bagaimana kabarmu hyung, apa kau tidak berniat untuk pulang ke Geochang?"

"Sepertinya tidak untuk waktu dekat ini, Donghyuk-a. Aku sedang sibuk mengurus skripsiku"

Dilirknya ponsel miliknya setelah mendengar alasan yang baru saja diberikan oleh kakaknya itu "Aku kira kau sibuk berpacaran disana"

"Itu menjadi kesibukanku setelah mengerjakan skripsi"

"Kapan kau akan mengenalkan kekasihmu itu padaku, Hyung"

"Aku tidak akan pernah mengenalkannya padamu" sahut Youngdo.

"Rupanya kau takut tersaingi olehku ya" Donghyuk menaik turunkan alisnya.

"Ya! Bagaimana bisa begitu" sentak Youngdo "Aku lebih tampan darimu" lanjutnya.

"Terserah apa katamu, yang terpenting aku lebih muda darimu" ujar Donghyuk tak mau kalah sambil berjalan menuju ke kasur dan menaruh bokongnya disana.

Youngdo mengacungkan jari telunjuknya ke depan seolah sang adik ada didepannya saat ini "Sekali lagi kau membahas tentang umur, aku akan merubah keputusanku untuk mengijinkanmu menginap di apartemenku"

"Jangan hyung, aku sudah terlanjur bahagia sekali karena kau sudah mengijinkan aku untuk menginap di apartementmu. Kalau begitu annyeonghegyeseyo (selama tinggal) PIP" sambungan telpon di matikan secara sepihak oleh Donghyuk membuat sang kakak di seberang sana menggeram kesal.

"H-halo? Yak Donghyuk-a! Aishh dasar Lee Donghyuk jelek!" makinya pada sang adik.

Youngdo mendongakkan kepalanya lalu memejamkan kedua matanya sejenak "Wahhhh aku benar-benar tidak menyangka jika aku akan memiliki adik yang sangat menyebalkan seperti Lee Donghyuk! Aishhh"

Lelaki berkulit tan yang baru saja dimaki oleh kakaknya menghela napasnya lega lalu membaringkan tubuhnya dikasur "Akhirnya aku sudah mendapatkan tempat untuk mengajak anak DREAM menginap di apartement Youngdo hyung"

Diputar-putar ponselnya itu menggunakan tangan kanan "Apa sebaiknya aku mendatangi Minhyun hyung saja ke rumahnya dan memberi tahunya bahwa  aku sudah meminta ijin pada Youngdo hyung untuk menginap di apartemennya, jadi Minhyun hyung tidak perlu khawatir tentang kedatangan anak DREAM ke Seoul minggu depan karena mereka tidak akan menginap dirumahnya" gumamnya.

Lelaki yang memiliki rambut warna coklat terang itu meraih jaket kulitnya yang semula tersampir dibelakang pintu kamarnya lalu bergegas keluar dari dalam kamarnya.

Langkahnya menuruni tangga karena kamarnya berada di lantai 2, tangan Donghyuk menyambar kunci motornya yang tergantung pada sebuah paku didekat dapur.

Sebelum meninggalkan dapur, lelaki itu memantaskan diri pada kulkasnya yang bening itu lalu memainkan lidahnya dalam mulut "Yoksi. Kau memang tampan Lee Donghyuk" ujarnya lalu membenarkan kerah jaketnya.

"Kau mau pergi kemana?"

Langkah kaki Donghyuk berhenti mendengar suara sang ayah menginterupsi gendang telinganya.

Donghyuk menengok ke belakang ternyata sang ayah baru saja keluar dari dalam kamarnya "Apa aku tadi berisik sekali sehingga Appa mendengar langkah kakiku" ucapnya dalam hati.

Dengan gugup Donghyuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu lalu menatap sang ayah "Ehmm... Donghyuk ingin membeli sabun cuci muka di supermarket depan, Appa. Aku lupa memeriksa jika sabun cuci muka milikku habis jadi aku akan membelinya sekarang" jawabnya setengah berbohong.

Pasalnya Donghyuk memang akan membeli sabun cuci mukanya yang hampir habis itu sekaligus ingin pergi ke rumah Minhyun.

Atensi Donghyuk mengikuti kemana perginya sang ayah yang baru saja melewatinya itu "Appa belum tidur?"

"Appa ingin menonton TV sebentar, tim bola favorit Appa akan bertanding sebentar lagi" jawabnya tanpa menoleh lalu meraih remot TV yang terletak di sofa.

Pria tampan bernama Suho yang notabenenya adalah ayah Donghyuk itu menoleh kebelakang tepat dimana sang anak bungsunya masih berdiri mematung disana.

"Bukankah kau tadi ingin pergi membeli sabun cuci muka, lalu kenapa kau masih diam disitu. Cepatlah pergi sebelum supermarket itu tutup"

Dengan cepat Donghyuk langsung berjalan keluar rumahnya dan mengeluarkan motor keren milik sang kakak dari dalam garasi.

"Untung saja Appa mudah percaya, jika tidak aku tidak tahu lagi alasan apa yang akan aku katakan padanya" ujarnya sambil memakai helm yang hampir menutupi seluruh wajahnya itu, helm milik Donghyuk hanya memperlihatkan kedua matanya saja biasa disebut helm fullface.

"Aku harus segera menemui Minhyun hyung"

Donghyuk menjalankan motor ninja berwarna merah milik kakaknya meninggalkan kediamannya dan memecah keheningan malam dengan suara motornya yang kencang dan berisik itu.

>

Ceklek

"Aku pulang"

Mendengar suara seseorang yang baru saja masuk kedalam rumah membuat ibu dan anak yang sedang makan malam itu menoleh.

"Oppamu sudah pulang?" tanya Seojin pada anak gadisnya yang tengah menyantap makanannya itu.

Gakyoung mengedikkan bahunya tanpa menjawab pertanyaan sang ibu.

"Eyo wassup guys" ujar Dokyoung saat tiba diruang tamu dan menyapa ibu dan adiknya sambil mengangkat tangan kanannya ke udara.

Melihat itu Gakyoung langsung melirik kedatangan kakak lelakinya di ruang makan.

"MWO?! (APA?!) Kenapa kau melihatku seperti itu" tanya Dokyoung seolah menantang adik perempuannya yang kini menatapnya dengan malas "Aku tahu jika Lee Dokyoung adalah lelaki paling tampan di muka bumi ini tapi kau tidak boleh melihatku sampai seperti itu, kau ingat aku ini kakakmu jadi jangan menyukai aku"

Gakyoung membuang pandangannya lagi pada makanan dipiringnya lalu menyuapkan nasi kedalam mulutnya mengabaikan perkataan Dokyoung.

"Kau sudah pulang, sayang" Seojin mengelus kepala anak lelakinya itu dengan sayang.

Dokyoung tersenyum lalu mengangguk "Iya, Eomma. Aigo sepertinya Eomma membuatkan kimchi untuk-ku" ucapan lelaki itu terpotong saat adik perempuannya itu menjauhkan piring yang penuh dengan kimchi dari jangkauannya.

"Mwo?" ujar Gakyoung ketika sang kakak terus saja melihat kearahnya.

"Kenapa kau menjauhkan kimchi itu dariku, eoh?!"

Gakyoung menunjuk kimchi itu menggunakan sumpitnya "Eomma membuatkan kimchi ini khusus untukku"

"Bagaimana bisa, Eomma membuat kimchi itu untukku juga" ujarnya tidak terima.

Gadis cantik itu menggelengkan kepalanya lalu mengibaskan tangannya "Aniyo. Eomma menyiapkan kimchi ini hanya untukku"

Tidak mau terus mengalah dengan sang adik, akhirnya Dokyoung segera menarik kursi disamping Gakyoung dan membawa piring berisi kimchi itu ke hadapannya.

"Dokyoung-a!!"

"Gakyoung-a!!" teriak Dokyoung mengikuti nada bicara adiknya.

Seojin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kedua anaknya yang selalu beradu mulut ketika bertemu.

avataravatar
Next chapter