9 Datang ke tempat kerja

"Minhyun-a, ada yang mencarimu"

Minhyun yang sedang sibuk mengatur komposisi untuk membuat coffe latte pesanan pelanggan itu segera menoleh ketika rekan kerjanya sudah berdiri didekatnya "Nugu? (Siapa?)" tanyanya.

"Orang yang sering mendatangimu kesini, aku lupa siapa namanya"

Tidak mau semakin membuat dirinya sendiri penasaran, akhirnya Minhyun menyerahkan pekerjaan yang sebelumnya ia kerjakan itu pada rekan kerjanya yang tadi menghapiri dirinya tersebut.

"Donghyuk-a"

Donghyuk yang sebelumnya tengah berdiri membelakangi Minhyun kini menoleh ke belakang "Oh Minhyun hyung, maaf aku mengganggu jam bekerjamu" ujarnya.

Minhyun berjalan mendekati Donghyuk lalu menepuk pelan pundak teman yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu "Gwaenchana (Tidak apa-apa), apa yang membuatmu datang ke tempat kerjaku bukankah besok kita bisa bertemu disekolah?"

"Sebenarnya aku tadi datang kerumahmu dan Halmeoni bilang bahwa kau sudah berangkat kerja jadi aku langsung datang kesini saja" ujar Donghyuk.

"Apa kau memiliki waktu sebentar, ada yang ingin aku katakan padamu hyung penting" ucap Donghyuk sambil melirik kearah pantry tempat Minhyun bekerja.

"Aku akan ijin dengan bosku terlebih dulu, apa kau mau menunggu sebentar"

Donghyuk menganggukkan kepalanya lalu Minhyun pergi ke pantry dan tidak lama kemudian lelaki itu sudah kembali lagi ke hadapan Donghyuk.

"Ayo kita berbicara diluar saja" ujar Minhyun lalu menuntun Donghyuk untuk diajaknya berjalan bersama dengan merangkul pundak lelaki yang lebih muda satu tahun dengan dirinya itu.

"Hyung" panggil Donghyuk pada Minhyun sesampainya mereka diluar cofeeshop tempat Minhyun bekerja.

"Wae? (Ada apa?)"

Lelaki yang memiliki kulit berwana tan itu mengulum bibirnya lebih dulu sebelum memulai berbicara "Aku tahu bahwa kau sedang kebingungan saat ini mengetahui anak-anak DREAM yang akan pergi ke Seoul dan berencana untuk menginap dirumahmu"

Kedua alis Minhyun menukik "Apa maksudmu?"

"Hyemi..." lirih Donghyuk "Ah maksudku... Kau pasti belum siap jika anak-anak DREAM mengetahui tentang kondisi Hyemi yang sebenarnya"

Minhyun membuang pandangannya kearah jalanan yang sedang macet oleh kendaraan itu, dihela napasnya pelan sebelum dirinya menimpali perkataan Donghyuk "Jujur saja aku belum siap jika mereka mengetahui keadaan Hyemi yang sebenarnya, Donghyuk-a" Minhyun sengaja menghentikan perkataannya dan menahan dirinya agar tidak terlihat lemah didepan Donghyuk "Aku belum siap jika mereka mengetahui keadaan Hyemi yang ternyata-" ucapan Minhyun terhenti ketika bahunya ditepuk oleh lelaki yang berdiri didepannya itu.

"Tidak perlu kau lanjutkan hyung, aku sudah tahu apa yang sedang kau takutkan saat ini justru aku datang kesini untuk membantumu sekaligus memberi kabar gembira, mungkin?"

Lelaki yang memiliki rambut berwarna hitam kecoklatan itu menoleh "Apa yang akan kau lakukan?"

Donghyuk memasukkan kedua tangannya pada saku jaketnya karena udara malam ini lumayan dingin "Aku akan mengajak kalian untuk menginap di apartement Youngdo hyung sehingga mereka tidak akan datang dirumahmu, hyung"

"Apa kau sudah meminta ijin pada Youngdo hyung untuk kita semua menginap di apartementnya?"

Lelaki berkulit tan itu mengangguk "Dan Youngdo hyung mengijinkannya"

Minhyun menundukkan kepalanya "Sebenarnya aku tidak masalah jika anak-anak DREAM menginap dirumahku-"

"Lalu bagaimana dengan Hyemi, hyung? Mau kau kemanakan dia?" sela Donghyuk.

"Sebelum anak-anak DREAM memutuskan untuk menginap dirumahku, aku sudah lebih dulu melarikan Hyemi ke rumah sakit besar yang ada di Seoul untuk dirawat disana, kau tahu sendiri bukan jika penyakit Hyemi kambuh dia akan melukai semua orang yang ada didekatnya"

Donghyuk menganggukkan kepalanya "Minggu lalu dia sudah membuat Halmeoni terluka, jadi aku memutuskan untuk membawa Hyemi ke rumah sakit besar untuk dirawat disana selama beberapa hari ke depan sampai dia kembali tenang dan aman untuk dibawa pulang" jelas Minhyun.

Mata Donghyuk terlihat berkaca-kaca ketika mengingat bagaimana kondisi adik dari temannya itu, ia memang sudah lama sekali tidak menjenguk Hyemi karena gadis itu memang tidak mau ada orang lain yang menjenguknya.

Kecuali Minhyun dan sang nenek tentunya.

Niat hati ingin menjenguk gadis itu namun Minhyun sudah lebih dulu memindahkan Hyemi ke rumah sakit besar yang ada Seoul yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggalnya saat ini.

Donghyuk merasa kasihan pada Minhyun yang harus rela menguras tenaganya dengan sekolah sambil bekerja untuk mencukupi kebutuhan adik perempuannya yang sedang membutuhkan perawatan itu.

"Sudah satu tahun namun kenapa trauma Hyemi tidak kunjung hilang, hyung" tanya Donghyuk penasaran.

Minhyun menggelengkan kepalanya "Aku pun tidak mengetahuinya, andai saja Hyemi tidak mengalami itu semua disekolah mungkin dia sudah berada dikelas yang sama dengan Songji"

Donghyuk mengangguk setuju, temannya yang bernama Songji itu seumuran dengan adik Minhyun.

Jadi wajar saja jika keduanya memperlakukan Songji seperti adik mereka sendiri, meskipun Hyemi adalah adik dari Minhyun namun Donghyuk sudah menganggap Hyemi sebagai adik kandungnya sendiri.

Dipeluknya tubuh Minhyun itu sebentar lalu melepasnya "Kau harus semangat hyung dan tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk Hyemi, aku juga akan berusaha membantumu agar anak-anak DREAM tidak mengetahui siapa Hyemi sebenarnya namun aku tidak menjamin jika hal itu tidak akan terungkap seiring berjalannya waktu"

Minhyun mengulas senyum memperlihatkan tulang pipinya yang membuatnya semakin tampan "Terima kasih karena kau selalu ada untukku dan selalu menolongku disaat aku dalam kesulitan, Donghyuk-a"

"Itulah gunanya teman ah bukan maksudku itulah gunanya sahabat, hyung. Tapi kau tidak boleh terus-menerus menyembunyikan Hyemi dari mereka semua, perlahan kau harus mulai menceritakan pada mereka semua agar mereka tidak mengetahuinya dari orang lain tentang siapa Hyemi sebenarnya"

Minhyun mengangguk mantap "Iya. Aku akan mulai menceritakan tentang siapa Hyemi pada mereka secara perlahan, Donghyuk-a. Aku akan mencobanya" Minhyun melirik Donghyuk "Lalu apa kau sudah meminta ijin pada kedua orang tuamu untuk pergi ke Seoul?"

"Tentu saja aku sudah meminta ijin dengan alasan mengunjungi Youngdo hyung karena aku merindukannya"

Minhyun menatap Donghyuk geli "Kau sudah membohongi kedua orang tuamu" disentilnya dahi Donghyuk yang tertutupi rambut berwarna coklat terang itu.

Lelaki berkulit tan itu mengelus dahinya yang terasa panas akibat jitakan dari Minhyun  "Aku tidak sepenuhnya berbohong bukan, lagipula kita akan menginap di apartemen milik Youngdo hyung jadi sama saja aku mengunjunginya"

"Haha kau ini lucu sekali"

Meskipun Donghyuk dikenal sebagai anggota yang paling galak diantara anak-anak DREAM yang lainnya namun dimata Minhyun, Donghyuk hanyalah adik kecilnya yang lucu dan menggemaskan.

Terlihat Minhyun yang selalu tersenyum senang saat Donghyuk berada didekatnya.

"Lalu bagaimana reaksi Youngdo hyung setelah mengetahui kita akan pergi ke Seoul dan menginap diapartementnya"

Donghyuk terkekeh lalu sedetik kemudian dirinya kembali serius "Awalnya dia tidak mengijinkannya namun setelah aku mengancamnya dengan mengatakan bahwa aku akan mengadukannya pada Eomma akhirnya diamengijinkan"

"Apa dia tidak bertanya, untuk apa kita datang ke Seoul?" tanya Minhyun lagi.

"Aku mengatakan padanya bahwa kita datang ke Seoul untuk menyelesaikan suatu permasalahan" jelas Donghyuk dengan gaya songongnya.

Tiba-tiba saja Minhyun tertawa sambil menepuk lengan Donghyuk, memang sudah menjadi kebiasaan bagi Minhyun ketika ia tertawa maka lelaki itu akan memukul apa saja yang ada didekatnya "Kau benar-benar berkata seperti itu pada Youngdo hyung? Haha yang benar saja"

Melihat Minhyun yang tertawa karena tingkahnya membuat Donghyuk juga ikut tertawa "Iya, aku berlagak seolah kita sudah menjadi orang dewasa yang memiliki banyak urusan"

Keduanya tertawa secara bersamaan "Youngdo hyung bahkan ingin bergabung menjadi anggota DREAM lalu aku langsung katakan saja padanya jika dia sudah terlalu tua untuk bergabung dengan kita HAHA"

Tawa Minhyun semakin terdengar nyaring membuat semua orang yang berjalan melewati keduanya menoleh "HAHA kau tidak seharusnya berkata seperti itu padanya"

avataravatar
Next chapter