2 2) Serpihan masa lalu

Tanpa basa basi Caty membawa sahabatnya kerumah sakit terdekat, ia sudah menduga bahwa Ryna akan pinsan seperti sebelumnya. Ia juga sudah memperingati, tetap saja masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Tidak pernah di dengar, kalau boleh, Caty ingin sekali mengubur Ryna hidup-hidup. Biar tidak bodoh-bodoh amat dalam menjalani hidupnya.

"Ryna lagi, Ryna lagi. Kalau hujan pasti ada Ryna di sini," ucap Suster Naila saat meriksa keadaan Ryna.

"Haha, suster Nai kan tau. Anak ini kan batu, udah dibilangin tetep aja gak ngedenger. Ujung-ujungnya juga di rawat," sahut Caty sembari terkekeh pelan.

"Untungnya nih anak gak jatuh di got dekat halte ya Ty," canda Suster Nai sembari terkekeh.

Setelah memasang cairan infus di punggung tangannya Ryna, ia izin untung kembali ke ruangannya. Sudah sangat hafal dengan Ryna yang selalu begini setelah main air hujan, trauma psikis dalam diri Ryna belum juga sembuh. Bahkan ia sudah sering memberi tahu Ryna atau Caty untuk ke psikolog, tapi Ryna tidak pernah mau.

"Gue gak gila ya Cat, ngapain lo ajak gue ke psikolog." ucap Ryna saat di ajak ke psikolog oleh Caty.

Kalau ingat cerita Caty tentang Ryna yang terjadi di dalam masa lalu nya, membuat ia meringis. Bagaimana ia tidak trauma, sedangkan ia sendiri yang melihat kejadian itu. Kecelakaan yang merenggang nyawa seseorang, sampai mati di tempat. Kalau ia jadi Ryna mungkin akan lebih parah dari pada Ryna, bisa saja ia mengalami gangguan jiwa.

****

Ryna menerjapkan matanya, menatap dinding rumah sakit. Ia menatap nanar selang infus yang terpasang ditangannya, sudah bosan ia merasakan ini semua. Ingin sekali ia mengakhiri hidupnya, bertemu dengan dia lalu bahagia. Sayang nya ia tidak bisa melakukan itu, sudah berkali-kali mencoba bunuh diri tetap saja tuhan masih menginginkan ia hidup.

Sekilas memori 5 tahun lalu terngiang di kepalanya.

"Arghh sakit." rintih Ryna sembari memegang kepalanya.

kepalanya terasa pusing seperti di tusuk-tusuk. Ia mengingat kejadian yang beberapa jam telah ia lalui. Sosok lelaki yang selalu menganggu pikirannya, iya. Dia yang membuat Ryna sampai seperti ini.

Mengingat hal itu membuatnya merasa tertekan, dimana ia kehilangan orang yang benar-benar selalu ada untuknya. Yang mengerti dirinya, lalu ia juga yang meninggalkannya. Kalau bisa merubah takdir, Ryna hanya ingin merubah masa lalunya. Harusnya ini tidak terjadi, harusnya ia yang pergi bukan dia, harus nya ia tidak merasakan sesakit ini, harusnya ia bahagia, dan banyak lagi yang mau dirubah.

Namun apa daya, Tuhan lebih menyangi lelaki nya yang belum sempat dipeluk erat tetapi sudah terlepas jauh. Semesta memang suka bercanda, tetapi kalau menyangkut perasaan seperti ini tidak ada lucunya. Rasa sakit yang bertahun-tahun ia rasakan, semenjak Tuhan memanggil dia untuk pulang. Semenjak itu juga hidup Ryna seperti orang mati, selalu terbayang sosoknya.

Ia tahu hidup dan mati seseorang sudah digariskan Tuhan, ia juga tahu bahwa yang hidup akan mati pada waktunya, ia juga tahu bahwa semua ini hanya sementara. Tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya mengikhlaskan seseorang yang benar-benar pergi, karena kehilangan seseorang yang berarti dalam hidupnya sangat menyakitkan.

Mungkin bukan tidak tahu caranya untuk ikhlas, tetapi ia sendiri yang tidak ingin mencoba. Andai ia tahu bahwa ikhlas itu membuatnya tenang, pasti sedari dulu ia melakukan itu. Tapi sayangnya, cinta nya kepada lelaki itu terlalu besar.

avataravatar