1 This Story Has Been Completed

–listening to: Pergi Hilang & Lupakan by: Remember Of Today.

Hari itu Senja mengutus untuk menghubungi satu-satunya laki-laki yang pernah menjadi pasangannya walau hanya beberapa bulan saja.

Setelah sekian lama kembali menjadi orang asing, kini Senja memberanikan diri untuk menghubungi laki-laki itu dengan tujuan untuk memberikan salam perpisahan dan mengakhiri semuanya dengan baik.

Walaupun Senja tahu bahwa lelaki itu sudah tidak perduli terhadapnya, namun tetap saja Senja ingin mempunyai kisah hidup yang di akhiri dengan perdamaian tanpa kebencian.

Maka dari itu, Senja ingin memperbaiki semua hubungan yang sempat terputus.

Setelah menghubungi laki-laki itu beberapa saat, Senja langsung bergegas untuk bertemu dengan laki-laki itu karena ia memang tidak memiliki waktu yang banyak sekarang.

Senja datang terlebih dahulu di sebuah kafe yang memiliki menu utamanya adalah roti bakar.  Kafe dengan interior sederhana nan klasik itu sangat cocok untuk laki-lakinya.

Senja terduduk sendiri sembari memainkan sedotan dari susu coklat yang ia pesan dan matanya terfokus pada layar ponsel, tengah membalas pesan dari Mama nya.

Terdengar pintu masuk terbuka membuat Senja menoleh sebentar untuk melihat siapa yang datang.

Dugaannya benar, laki-laki itu datang dengan wajah yang sama seperti dahulu kala, yang berbeda hanya rambutnya yang sengaja menjadi lebih gondrong, dan pembawaannya yang terlihat lebih dewasa.

Laki-laki itu melangkahkan kakinya pelan dengan menggunakan setelan jeans panjang berwarna hitam di padukan dengan kaos pendek berwarna abu-abu serta jaket yang ia bawa di lengannya.

Laki-laki itu tidak banyak berubah dari penampilan, entah untuk sikap.

Melihat laki-laki itu mendekat ke arahnya membuat ingatan-ingatan tentang masa lalu mulai bermunculan di otaknya, Senja masih ingat betul bagaimana mereka bertemu untuk pertama kalinya.

Hati Senja masih terasa berdesir kala melihat laki-laki ini, apakah Senja masih memiliki ruang sebesar itu di dalam hatinya untuk laki-laki ini? Atau getaran dalam hatinya hanya respon tubuhnya atas memori-memori lama yang ia simpan dengan rapat di dalam sana, seketika bermunculan?

Entahlah, Senja tidak tahu pasti jawabannya. Hanya saja, hatinya berdesir dengan degup jantung yang tak karuan namun dua hal tersebut tidak dapat membuat wajahnya terasa panas.

Gejala yang ia alami sama seperti dulu, namun wajahnya hanya terasa biasa saja. Apakah ini yang dinamakan dengan, telah lama tak jumpa tetapi sudah hilang rasa?

Senja melambai pelan kemudian kedua ujung bibirnya tertarik membuat lengkungan matahari setengah lingkar, senyuman Senja yang ceria itu merupakan salah satu upayanya agar jantungnya kembali normal dan kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya ke arah ponselnya.

Laki-laki itu duduk manis di depan Senja membuat Senja mendongak dengan senyum tipis dan tersirat kerinduan kecil dalam pupil matanya.

"Udah lama nunggu?" Tanya laki-laki itu membuat Senja menggeleng pelan kemudian menjawab, "mungkin 10 menit? Oiya, mau pesen dulu?" Tanya Senja.

Laki-laki itu mengangguk dan memanggil barista disana, kemudian memesan es americano serta toast spicy beef. Lalu menoleh ke arah Senja, bertanya secara tak langsung apakah Senja akan memesan lagi atau tidak.

"Chicken pop aja, Kak." Ujar Senja membuat barista lelaki itu mengangguk dan kembali menyebutkan ulang pesanan kedua manusia yang berada di bagian belakang kafe, tempat yang lebih sepi namun sejuk.

Setelah barista tersebut pergi, laki-laki itu berdeham membuat Senja mendongakkan kepalanya dari ponsel.

"Eh iya, jadinya kuliah dimana?" Tanya Senja yang mengerti bahwa laki-laki ini memang sepertinya sudah tidak terlalu nyaman berdua dengan Senja disana.

"Di Bandung," jawab lelaki itu yang terdengar kaku.

Senja mengangguk pelan, "se-daerah ternyata. Jadi ngambil jurusan sastra indonesia?" Tanya Senja membuat lelaki itu mengangguk dengan tersenyum tipis.

"Iya, Senja jadi ambil Psikolog? Di Bandung tinggal sama siapa?" Tanya lelaki itu membuat Senja tersenyum lebar kala mendengar kata psikolog, karena Senja memang benar-benar bermimpi untuk dapat kuliah dengan jurusan psikolog.

"Iya alhamdulillah keterima, Senja sendiri di Bandung." Jawab Senja yang tak lama kemudian pesanan mereka sampai membuat keduanya berhenti berbicara dan menghabiskan makanan masing-masing.

Senja makan sembari memainkan ponselnya membuat laki-laki di hadapannya jadi berdecak pelan.

"Senja, abisin dulu. Hp nya taro." Ujar laki-laki itu membuat Senja terkekeh dan menuruti kata-katanya.

Setelah 15 menit, mereka berdua selesai bersama membuat laki-laki itu meneguk americano nya sembari memandang Senja.

"Mau ngomong apa?" Tanya laki-laki itu sesaat setelah menelan americano nya.

Senja membuka sling bag hitamnya untuk mencari sesuatu, kemudian memberikan kartu mp3 kehadapan laki-laki dihadapannya membuat lelaki itu terheran.

"Ini mp3, isinya cuma dua lagu. Lagu pertama itu pesan dari saya untuk kamu, Sinan. Dan lagu kedua adalah lagu favorit saya tentang kamu. Dua lagu itu pengingat saya terhadap kamu, saya cuma pengen ngomong ini aja. Karena selebihnya, kamu bisa pahami lagu yang saya maksud." Jelas Senja membuat lelaki bernama Sinan itu sedikit terkejut atas panggilan Senja terhadapnya dan sedikit terharu atas penjelasan Senja tentang mp3 yang perempuan itu berikan kepadanya.

"Tapi, kenapa sekarang?" Tanya Sinan membuat bibir Senja kembali menampilkan senyuman cerahnya sampai matanya melengkung sipit.

"Saya mau pindah ke Jakarta malam ini, saya mau memperbaiki semua hubungan yang telah putus. Jadi selain yang saya sampaikan dalam mp3 itu, saya mau menyampaikan berita ini. Mungkin kamu nggak akan perduli lagi akan saya yang mau kemana atau ngapain itu, tapi saya pengen hubungan kita baik kayak teman pada umumnya." Jelas Senja yang mampu membuat keterkejutan Sinan tercetak jelas di wajahnya.

Senja tersenyum, "saya beneran hanya mau menyampaikan itu, maaf mengganggu waktu istirahatnya ya." Ujar Senja sembari menunduk sedikit karena malu.

"Kenapa? Kenapa tiba-tiba pindah gini?" Tanya Sinan masih tak bergeming lantaran terlalu kaget untuk menerima berita yang tiba-tiba seperti ini.

Sinan merasakan bahwa ia akan benar-benar kehilangan Senja, padahal mereka sudah hilang komunikasi sejak satu tahun lalu.

Senja menggeleng, "udah di rencanakan sejak kita naik kelas 12." Ujar Senja.

"Tapi kenapa?" Tanya Sinan masih tidak percaya.

Senja mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu alasannya, "boleh saya peluk kamu untuk pertama dan terakhir kalinya?" Tanya Senja dengan takut akan tolakan yang di lontarkan Sinan.

Sinan terdiam lama kemudian mengangguk pelan membuat Senja bangkit dari kursinya dan menghampiri Sinan untuk memeluk erat laki-laki kesayangannya itu.

Ah ralat, laki-laki yang pernah ia cintai sebegitu dalamnya.

Sinan bangkit dari duduknya dan membalas erat pelukan Senja. Sinan mengelus punggung Senja dengan lembut, mereka sama-sama terdiam dalam pelukan itu, seakan menikmati detik yang berjalan diantara mereka berdua.

Pelukan erat selama 5 menit itu Senja lepaskan, ia tersenyum lebar nan manis ke arah Sinan lalu mengacak rambut lelaki itu pelan sembari berjinjit sedikit.

"Saya pergi ya, baek dan bahagia selalu." Ujar Senja yang kemudian menurunkan tangannya dan maju berbisik ke arah Sinan.

"Kamu perlu tahu bahwa saya pernah sayang kamu sebegitu dalamnya." Bisik Senja yang kemudian mengambil sling bag serta ponselnya yang tadi tergeletak di meja, tak lupa juga ia menaruh uang seratus ribu atas pesanannya.

Senja berjalan menuju keluar, sebelum membuka pintu ia membalikkan tubuhnya lalu tersenyum dengan cerahnya dan melambai pelan ke arah Sinan yang masih berdiri diam disana dan memandang Senja dengan ekspresi yang sulit di artikan.

Senja keluar kafe langsung menumpahkan air matanya karena alasan yang tidak dapat Senja katakan.

Bukan, bukan tidak dapat Senja katakan. Hanya saja, air matanya keluar tiba-tiba tanpa aba. Ia sendiri tidak tahu alasan pasti mengapa ia menangis seperti ini.

Yang ia tahu, perpisahan ini lebih menyakitkan dibandingkan dengan perkiraannya.

Mungkin, lebih baik jika Senja pergi diam-diam dan membiarkan semuanya yang telah menjadi masa lalu akan terus berlalu.

Pikiran Senja berkecamuk, ia ingin balik lagi masuk ke dalam kafe dan memeluk erat laki-laki itu seraya mengatakan bahwa ia rindu sekaligus sedih karena harus berpisah, sekalipun mereka sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi.

Senja langsung menaiki mobil GoCar yang sudah ia pesan sebelumnya, dan menangis dalam diam.

–saya harap, kamu selalu bahagia dan baik baik saja.

→listening to: Somebody Else by The 1975.

avataravatar