20 Bab 20 - apartemen

Saat didepan apartemen, mereka berdua sudah sangat basah.

Karan memandang Valery yang mulai kedinginan, dia memutuskan Mengendongnya membawa Valery kekamarnya, meletakkan Valery diranjangnya.

Saat Karan ingin mengambil handuk untuk Valery, tapi tangannya ditarik oleh Valery, Karan memandang Valery dan bertanya

"Ada apa Valery?"

Valery menggelengkan kepalanya dan dia memandang Karan dengan tatapan berbeda, Valery juga tidak mengerti semua ini dia lakukan atas naluri hatinya. Menarik lagi Karan dan membuat Karan terjatuh diatas tubuh Valery.

Karan mulai terbawa oleh gairahnya mengingat keduanya saat ini sedang berada dikamar dengan lampu yang sedikit rebup, AC yang membuat mereka keduanya semakin kedinginan dan dengan cuaca hujan teras, yang mendukung segalanya.

Karan menatap bibir Valery yang sudah mulai membiru karna kedinginan dan seperti minta untuk dihangatkan.

Memposisikan kedua tangannya disamping wajah Valery agar tubuhnya tidak menindihi tubuh Valery.

Karan menundukan wajahnya dan menyatukan bibir mereka, ciuman itu langsung Valery balas, ciuman yang awalnya lembut berubah menjadi agresif, dengan gigitan dan lumatan yang Karan lakukan.

Tangan Karan tak tinggal diam, perlahan dia membuka kancing Valery satu persatu, setelah itu melemparkannya sembarangan, mengelus perut Valery hingga kepunggung belakang membuka mengait bra itu, tapi Valery mendorong tubuhnya dan berkata.

" aku sudah tidak perawan Karan! Aku sudah pernah melakukannya dengan tunanganku"

"..... " Karan pikir Valery belum melakukan, tapi kenyataan dia sudah melakukan. Karan tidak perduli dia sudah tidak bisa menahannya lagi.

Dia menundukan kepala lagi dan menciumi setiap lekukan tubuh Valery.

"Karan..." Valery tidak bisa menahan Karan untuk menghentikannya.

"Valery aku tidak perduli sekarang kamu adalah milikku! "

Setelah mengucapkan itu Karan melanjukan kegiatan yang tertunda, dia membuka pengait bra Valery dan membuka celananya, Valery memalingkan wajahnya dia berfikir 'apakah yang dia lakukan sekarang benar atau salah?'

Melihat Valery yang memalingkan wajahnya, Karan menarik dagunya dan bertanya.

"Valery apa aku boleh melakukannya? Aku tidak mau kamu menganggapnya aku memaksamu Valery, aku tidak ingin menyakitimu!" Karan sadar bahwa dia tidak bisa mengambil kesepakatan kepada Valery yang sedang terluka.

Valery melihat mata Karan, dia memegang wajah Karan

"Karan, seandainya kamu yang lebih dari awal, kamu pasti tidak akan menyakitikukan? "

Karan memegang tangan Valery yang berada diwajahnya dan menciumnya

"Valery, semua ini sudah menjadi takdir yang tidak bisa dirubah bertemu denganmu adalah hal yang harus aku syukuri dan mencintaimu juga hal yang sangat indah untukku "

Karan mencium kening Valery, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh Valery dan pergi mengambil pakaiannya untuk Valery.

"ini pakailah bajuku kamu bisa sakit jika tidur dengan keadaan seperti itu, aku akan tidur dia luar"

Valery mengambil baju itu dan memakai bajunya.

"Karan untuk malam ini bisakah kamu tidur disampingku, aku tidak mau tidur sendiri"

Karan hanya mengangguk dia pergi kedapur untuk membuat susu coklat panas untuknya dan Valery,

"Valery minumlah ini untuk menghangatkan tubuhmu"

Valery menerimanya dan langsung meminumnya.

Karan tidak pernah berfikir akan sangat mencintai Valery begitu dalam hingga dia tidak ingin Valery terluka,

tapi dia sadar hati Valery akan selalu menjadi milik tunangannya.

Setelah menghabiskan susu coklat panas keduanya tidur bersama.

Valery tidur memunggungi Karan, dan Karan memeluknya dari belakang.

"Valery" Karan memanggilnya

" Ya " Valery masih memunggunginya dan sepertinya tidak melihatnya.

"Valery menikahlah denganku" Karan

Valery terkejut dan langsung menghadap kearah Karan.

"Karan itu tidak akan terjadi! Kamu pantas mencari yang lebih baik dariku, aku.."

"Valery kamu perempuan baik, jangan pernah menganggap dirimu tidak berharga, aku hanya ingin melindungimu dan ingin kamu bahagia"

" Karan, terima kasih jika aku tidak bertemu kamu mungkin aku sudah menyusul adikku"

Karan menarik Valery dan pelukkannya

"Tidak aku takkan membiarkanmu pergi Valery, sudah lebih baik kamu tidur daripada harus berbicara omong kosong seperti itu"

"Karan apa pacarmu tidak marah, jika aku mengambil pacarnya"

"Pacar? Aku tidak punya pacar"

"benarkah itu?"

"Hm.. Aku sangat mengantuk Valery, ayo kita tidur!"

Setelah mengatakan itu, keduanya terlelap dalam mimpinya.

avataravatar
Next chapter