22 Tanda tangan perjanjian

Tidak ada yang menyulut api, Alexio pun mendaratkan bokongnya di atas kursi kebesaran miliknya.

Dengan menjentikkan jari, ia memberi kode pada Willy untuk memberikan berkas yang sudah ia susun sebelumnya. Berkas syarat dan perjanjian yang harus di sepakati oleh kedua belah pihak keluarga.

Perjanjian itu berisikan :

Sebelum melakukan pernikahan, ALEXIO DARION ARNBORN selaku pihak pertama memiliki beberapa syarat yang tak bisa terbantahkan, kepada nona JENISA DAMARA selaku pihak kedua, antara lain adalah :

1. Masa perkenalan selama 3 bulan

2. Setelah itu jika pihak pertama dapat merasakan ketertarikan pada pihak kedua, hubungan dapat berlanjut hingga 1 tahun

3. Setelah 1 tahun tercapai, keputusan untuk lanjut dan tidak, menikah atau tidak, hanya bisa diputuskan oleh pihak pertama.

4. Pihak ke dua tidak dapat mengganggu gugat dan mengubah keputusan apapun yang telah di buat dan diputuskan oleh pihak pertama.

5. Jika perjanjian di sepakati, maka pihak pertama bersedia melakukan pertunangan setelah perjanjian ini di sepakati sebagai tanda keseriusan dari pihak pertama.

Robert sungguh geram membaca setiap kalimat yang tertulis di dalamnya hanya berisikan hal yang menguntungkan Alexio saja.

"Jika setuju, maka kami keluarga Anborn bersedia melakukan pertunangan di esok hari. Jika tidak setuju, kalian bebas memutuskan apapun sebelum penandatanganan terjadi, termasuk membatalkan perjanjian." Ucap Alexio yang hendak berdiri

"Aku setuju!" Jawab Jenisa tiba-tiba. Nalar tajam ayahnya menatap ke arahnya dengan kobaran api amarah yang siap menyembur kapan saja. Alexio pun menghentikan gerakannya dan menatap intens pada manik coklat milik Jenisa, kemudian ia mendaratkan kembali bokongnya pada bangku empuk kebesarannya tersebut.

Sebelum melanjutkan kalimatnya, Jenisa menatap ke arah ayahnya terlebih dahulu, mengusap lembut tangan keriput ayahnya agar pria itu dapat menerima keputusannya. "Ini hidupku yah.. biarkan aku yang mengaturnya.. ayah jangan khawatir, tidak ada hal yang aku inginkan selain dekat dengannya, 1 tahun adalah waktu yang lama, siapa tau aku sudah membuatnya jatuh cinta padaku saat perjanjian ini berakhir.. biarkan aku mencobanya agar tidak ada penyesalan di kemudian hari." Pujuk Jenisa pada ayahnya.

Robert pun menghela napasnya menandakan setuju dengan keputusan anak gadisnya itu meski berat hati masih dapat ia rasakan.

"Sebelum aku menyetujui perkataan putri ku, biarkan aku mengajukan beberapa pertanyaan." Ucap Robert menahan amarahnya.

"Tentu.. silahkan.." jawab Alexio dengan santainya sembari menyenderkan punggungnya pada senderan kursi, dan mengetuk-ngetukkan kuku jari-jarinya di atas meja.

"Apakah kau sudah bercerai?" Ucap Robert lancang. Alexio pun seketika menghentikan apapun kegiatannya tadi, Jenisa bahkan melotot pada ayahnya yang membahas mengenai masa lalu yang sudah menjadi hal tabu untuk menjadi topik pembicaraan. Hal ini sebenarnya telah di peringatkan lebih dulu oleh Darion, namun tampaknya Robert sengaja melanggarnya untuk menantang terang-terangan Alexio.

Beruntung, tampaknya Alexio tidak keberatan dengan pertanyaan Robert, alih-alih marah, ia malah tersenyum smirk menatap Robert, bagai tengah mengejek.

"Tidak!" Jawab Alexio singkat sembari mengerutukkan jari-jarinya bersamaan.

"Jadi.. dengan adanya perjanjian ini, meyakinkan aku jika kau sebenarnya masih mencintai istri jalang mu itu? Lalu melakukan permainan kecil pada Jenisa hanya untuk mengisi rasa kesepian mu? Katakan, Apa tebakan ku benar?" tebak Robert

"Tsk.. tidak kah kehadiran ku disini membuktikan apa yang aku rasakan padanya? lagi pula, hal ini tidak ada hubungannya denganmu.. kamu tidak perlu repot-repot memikirkannya"

"Lalu mengapa kau tidak menceraikannya? setelah dia mengkhianatimu kau masih enggan melepasnya?"

"Itu.. tidak akan pernah terjadi!!! aku tidak akan menceraikannya" Alexio menjeda kalimatnya "dia menginginkan sebuah perceraian agar bisa hidup bebas, lalu mengapa aku harus mengabulkannya?? Bukankah tetap membuatnya terikat padaku adalah sebuah penyiksaan juga untuknya? aku yakin kau mengerti kan maksudku tuan Robert?"

"Tapi bagaimana dengan perasaan Jenisa?" Protesnya lagi meninggikan sedikit nada bicaranya.

"Itu jelas bukan urusanku. Tidak ada hukum yang melarang aku tidak boleh memiliki kekasih atau istri lebih dari 1. Aku rasa kalian paham itu! Lagi pula, menurutku Jenisa sudah cukup merasa di untungkan karena aku memilihnya seorang dari sekian banyaknya lamaran yang di tujukan padaku. Lebih lagi.. jika dia dapat meyakinkan aku untuk menikah dengannya setelah masa percobaan hubungan kami dalam setahun berhasil, dia akan mendapatkan AKU sebagai hadiah utamanya.. Bukan itu adalah hal yang paling dia inginkan?? Apa aku benar nona Jeni?" Tanya aAlexio tiba-tiba sembari menatap manik coklat Jenisa. Gadis itu enggan untuk menjawab pertanyaan Alexio, ia hanya diam dan menunduk malu. "Jadi.. berusahalah!! tunjukkan padaku kemampuan mu untuk menakhlukkan aku" tambah Alexio

Lalu Alexio pun meninggalkan ruangan tersebut tanpa permisi sama sekali. Namun matanya tak putus dari bertatap dengan manik gelap Robert. Dipenghujung ruangan, Alexio kembali menyengirkan senyuman mengejeknya pada Robert.

Tangan Robert terkepal, ia sungguh ingin sekali menghajar bocah kurang ajar itu saat ini. Namun tentu anak gadisnya yang menyadari itu menahannya. Jeni kembali membalut kepalan tangan ayahnya menggunakan kedua tapak tangannya sembari berkata, "Aku menginginkannya ayah.. pikirkan keuntungan yang akan ayah dapatkan untuk bisnis ayah ketika aku berhasil menahlukkan kuda liar itu?" Pujuk Jenisa. Sedang Darion yang mendengar semua pembicaraan itu hingga detik ini hanya berekspresi melipat tangannya dengan tenang di dada tanpa melakukan apapun.

Ia bukan tidak perduli, melainkan karena sangat perduli pada perasaan Alexio lah yang membuatnya harus menahan diri. Pasalnya Alexio sungguh merasa dirinya tidak kompeten saat di dekat ayahnya, ia selalu minder karena berbagai permasalahan yang ia buat, selalu ayahnya yang turun tangan untuk menyelesaikan semua ke kacauan itu.

Hingga saat ini lah Darion membuktikan, jika tuduhan anaknya salah, ia membantu menyelesaikan masalah Alexio bukan karena Alexio tidak kompeten, tidak mampu dan tak percaya pada kemampuan Alexio, melainkan ia hanya bertindak selayaknya seorang ayah yang melindungi anaknya. Dan keputusannya untuk diam sedari tadi pun membuktikan jika ia percaya pada kemampuan Alexio, meski anaknya itu masih saja menimbulkan sedikit masalah.. tapi ia yakin, berdasarkan pengamatannya sebagai seorang ayah, Alexio telah menumbuhkan kembali kepercayaan padanya. Terbukti dengan kepercayaan diri dan ketenangan dirinya saat melawan keluarga Damara.

"Hmm kuda liar? Julukan yang bagus.." Ucap Darion mengangguk kecil beberapa kali tanpa merasa tersinggung sedikitpun. "Sepertinya perundingan ini berjalan dengan lancar.. jadi.. mari kita sarapan lebih dulu keruang makan, Alexio pasti sudah menanti kita disana." Ucap Darion tak ingin mengambil pusing apapun yang di pikirkan oleh ayah dan anak yang ada di hadapannya itu. Ia memutuskan lebih baik membiarkan Alexio saja yang mengurus masalah ini.. lagi pula, memang itu yang ia minta.

Tanpa membicarakan bisnis apapun, mereka sarapan dengan penuh khidmad. Usai sarapan, Jenisa dan Alexio menuju ke ruang kerja pribadi Alexio yang ada di istana Stockholm, berbincang sejenak, dan mereka pun bersama-sama menandatangani perjanjian tersebut.

"Mulai hari ini, kamu resmi menjadi milikku!" bisik Jeni usai berjabat tangan dan mengecup singkat pipi Alexio.

>>>>>>>><<<<<<<

Gimana hari ini??? adakah yang berkenan memberikan novel ini review??? yuk bisa yuk.. ramein komentarnya yah sayang…. sampai ketemu di bab selanjutnya….

avataravatar
Next chapter