36 give me One more change..

Dalam rasa bencinya timbul rasa bersalah.. bahkan ia perlahan mulai memaafkan dosa-dosa Si wanita peniru karena telah pergi dan menghianatinya. Jika saja wanita itu tidak pergi, mungkin saja Alexio masih terikat dan berhubungan dengan si peniru hingga hari ini.

Alexiopun mengesampingkan dendamnya pada si peniru, dan ia berfokus pada Odele, gadis yang saat ini menjadi prioritas dalam hidupnya.

Untuk saat ini, ia akan menganggap tindakan si peniru padanya bukanlah sebuah kejahatan. melainkan hukuman yang pantas ia terima karena telah melupakan cinta sejatinya!

Dengan begitu lancangnya membuat janji menikah, namun malah menikahi wanita lain!

Dengan begitu bodohnya ia tidak mengenali siapa gadisnya? siapa wanita yang ia cintai!

Dan berakhirlah dengan berbagai kasus ketidakbahagiaan yang menimpanya. Meski kini ia setuju dengan tindakan si peniru yang meninggalkannya, tapi Alexio tetap akan mengambil tindakan untuk membalas wanita itu karena telah berani menyakiti Odelenya.

"Aku memang patut di lupakan.. kamu pantas melupakan ku, mungkin memang ini hukuman yang pantas aku terima.. karena aku sudah meninggalkan mu, tidak menemanimu di saat kamu membutuhkan ku, salah mengenali mu, dan bahkan aku menikah dengan wanita yang aku tidak tau… kamu pasti begitu menderita hingga sengaja membuat otakmu hanya melupakan aku seorang.. pasti begitu.. benarkan?" ucap Alexio lirih menahan sakit di dada.

Vidio pun kembali memperlihatkan Odele yang penasaran.. yah.. gadis itu memang biasanya begitu.. ia selalu penasaran, dan suka mencari tau. Jika tidak ada yang membantunya mencari tau, maka dia dengan suka rela mencari tau sendiri.

Yah.. begitulah Odele yang ia kenal, gadis mandiri, pantang menyerah dengan segudang mimpi yang sangat ingin ia wujudkan. Karena itulah Alexio dengan suka rela membantunya mewujudkan semua mimpi-mimpinya satu persatu, ia sangat ingin menjadi pria yang selalu ada untuknya saat di butuhkan, pria yang selalu ada di setiap mimpinya, menjadi satu-satunya pria yang begitu perhatian dan memanjakannya.. karena ia tau, sedari kecil, Odele telah kekurangan kasih sayang..

"Maaf, maaf.." ucapan Odele pada bu yuni yang terdengar dari layar CCTV, sungguh ketika Alexio mendengar suara yang begitu lirih itu, ia enggan menatap ke layar, karena sesungguhnya ia juga tidak sanggup melihat wanita yang ia cintai menitikkan air mata.

"Untuk apa anda minta maaf nyonya? anda tidak salah apapun" jawab bu Yuni, sungguh setelah mengatakan hal itu, Odele malah menangis semakin histeris.. ia memeluk tubuh wanita renta yang ada di hadapannya dengan sangat kuat. Hingga Alexio pun dapat merasakan kesakitannya dan membuat kuku-kukunya menusuk kuat pada telapak tangannya.

"Stt stt stt" buk Yuni tampak mengelus lembut punggung Odele yang sesungguhnya sangat di harapkan Alexio dialah yang melakukan itu. "Andai kita bisa bertukar posisi buk.." harapnya.

Perlahan Odele pun mulai meredakan sedikit tangisannya dan menyeka air mata yang terus membasahi pipinya. Suara lirih sesegukan itu pun mulai tampak ingin menanyakan sesuatu.

"Buk.. apa dia adalah aku?" Tanya Odele menunjuk pada figura besar itu. Jelas dari raut wajahnya tiada raut wajah kepalsuan. Dan beruntungnya Alexio telah menyadari itu.

"Buk.. Jawab…!" desak Odele ketika bu Yuni enggan menjawab.. beberapa detik kemudian setelah di kejutkan nada bicara Odele yang sedikit meninggi pun Bu Yuni akhirnya mengangguk kan kepalanya.

"Apa masih ada lagi?"

"Apa nyonya?"

"Potret wajahnya? bagaimana bisa itu aku? aku sungguh tidak ingat kejadian ini? tidak mungkin aku" rengek Odele kembali terdengar dan bu Yuni tanpa pikir panjang langsung mengangguk mengiyakan.

"Bawa aku kesana. Aku ingin melihat semuanya."

Setelah mendengar percakapan bu Yuni dan Odele, vidio pun di percepat hingga mereka tiba di dalam perpustakaan. Ketika melihat Odele telah memegang Album foto tersebut, tangannya tampak menggenggam erat sisi tepi album foto itu. Jelas terlihat keengganan dari diri Odele yang tak di buat-buat. Gadis itu terlihat penasaran dan juga ada rasa takut yang jelas terlukis di wajahnya.

Begitu pula dengan Alexio, ia sangat berharap Odele tidak melihat album foto itu. beberapa menit pun berlalu, Alexio dapat bernapas lega karena beruntung, ketakutannya tak terjadi, Odele tampak tak tertarik melihat isi album foto itu saat ini namun ia juga terlihat enggan melepaskannya, gadis itu masih terus menggenggam album foto itu dan membawa besertanya.

Vidio pun kembali di percepat, ke bagian dapur, dimana Odele tengah menggonta-ganti chanel tv dengan tatapan kosong, jelas tubuhnya disini, namun pikirannya tengah berada di tempat lain.

Kemudian tanpa di duga, saat bu Yuni membelakanginya dan berkutat pada kesibukannya, ia malah berhenti mengganti chanel, matanya seolah tertarik akan tampilan yang di tayangkan di layar televisi tersebut. Dimana tengah menampilkan acara pertunangan Alexio dengan jenisa yang begitu khidmad. Sepasang sejoli berdarah biru itu terlihat begitu sangat serasi, selayaknya jodoh dari tuhan.

Odele tampak meremas dada kemejanya, matanya kembali memerah, ada amarah dan emosi yang terpendam, yang tak ia mengerti apalagi mengutarakan. 'semua ini salah! perasaan ini salah' ucapnya berbisik namun tak bersuara, tapi Alexio sungguh dapat membaca gerak bibir gadisnya itu.

Odele pun bergegas berpamitan pada bu Yuni, ia berjalan menuju lift dan bergegas menuju kamarnya dengan mata yang memerah, pipi yang basah, dan tangisan yang tak bersuara. Bu Yuni terlihat bingung, melihat nyonyanya pergi sebelum ia mampu mengucapkan satu patah katapun.

Sedang Alexio tampak memajukan dirinya mendekat pada layar CCTV agar dapat melihat ekspresi yang di tampilkan oleh wajah Odele. Ia begitu penasaran. "Apakah dia cemburu? apa dia sebenarnya mengingat ku namun berpura-pura lupa karena ingin membalas ku yang salah menikahi wanita? yang tak mampu membedakan mana dirinya yang asli dan mana yang palsu?" gumam Alexio bertanya-tanya dengan penuh harap

Sudut bibirnya pun terangkat ke atas, entah mengapa melihat Odele berekspresi seperti itu malah membuat ia terlihat bahagia.

Sesi Vidio kembali di percepat, tepatnya saat Odele telah memasuki kamarnya dan beringsut di belakang pintu sembari menangis..

Alexio kembali memperbesar tayangan pada layar tersebut, Odele jelas menangis dan terus memegangi dadanya, ia menyentuh pipi Odele yang telah di penuhi oleh air mata. Meski terdengar suara pujukan dari bu Yuni di luar kamarnya, ia tetap tampak tak berpengaruh.. sepertinya hatinya kini benar-benar telah tercabik-cabik hingga bujukan seperti apapun tak dapat menenangkannya.

Beberapa waktu berlalu hanya di isi oleh tangisan yang membahana di setiap sudut ruangan. Alexio pun merasakan sakit yang sama.

"I'm sorry.. i'm sorry.. i'm sorry.. give me one chance.." rintih Alexio menatap layar cctv yang masih terus menampilkan wajah Odele yang terpuruk dan terluka.

———————————————————————————

di tunggu komentar-komentarnya sayang..

agar author semangat untuk melanjutkan jalan ceritanya.

avataravatar
Next chapter