webnovel

Bukan DIA

Lalu mata Odele mengarah pada Map coklat yang di lempar Alexio padanya namun belum sempat ia lihat isinya. "Buk Yuni.. bisakah tolong ambilkan Map coklat itu? Tanganku tak sampai.." tunjuk Odele mengarah ke atas nakas yang tak jauh dari tempat buk Yuni berdiri.

"Tidak perlu terlalu sungkan nyonya.. ini adalah tugas saya untuk melayani anda.." jawab buk Yuni.. wanita tua itu segera melangkahkan kakinya menuju nakas kayu kecil berwarna putih dengan Ornamen kaligrafi era kerajaan yunani kuno dengan sebuah lampu berwarna remang yang mendudukinya. Lalu tangan keriputnya pun mulai menjangkau Map tersebut menggunakan jari jemari dengan kuku-kuku pendek yang bersih dan rapi itu, kemudian buk Yuni pun mulai berjalan menuju ke arah Odele sembari menjulurkan Map coklat yang baru saja diambilnya.

Odele pun menerima Map coklat tersebut menggunakan tangan kanannya sembari tersenyum dan mengucapkan terimakasih, sungguh dia adalah gadis tersopan yang pernah ia temui selama ia bekerja dengan Alexio.

Dengan hati yang tak menentu, Odele menatap map tersebut intens penuh dengan rasa penasaran namun juga sedikit takut, dengan helaan napas panjang, ia pun mulai menjulurkan jari jemarinya memasuki map dan mengapit sebuah kertas yang ada di dalamnya menggunakan jari telunjuk dan jari tengahnya, menarik benda pipih itu keluar dari dalam map.

Alisnya tertaut, tak mengerti saat membaca judul besar di atas kertas putih dengan tulisan bertintakan hitam itu, "GU-GA-TAN CERAI" bacanya

Kemudian manik abunya pun mulai membaca isi dari bacaan yang intinya jelas berkaitan dengan Judulnya, kemudian matanya terperogoh tak percaya saat melihat sang penggugat yang ternyata adalah dirinya dan pihak yang di gugat ternyata Alexio.

Ia bagai tidak percaya, bagaimana bisa dia membuat surat ini? karena keyakinannya sungguh inilah kali pertama ia bertemu dengan Pria itu. Lalu matanya menoleh ke barisan terakhir, dimana ia juga melihat tanda tangannya di sana, namun bagian Alexio masih kosong, jelas pria itu belum menandatangani surat perceraian tersebut.

"i.. ini.." ucapnya gagap tak tau ingin mengatakan apa.. karena sesungguhnya ia sangat tidak bisa mengerti bagaimana bisa hal ini terjadi.

Buk Yuni yang mengetahui gelagat kebingungan dari nyonyanya tentu saja mengerti dengan kebingungan tersebut, Buk Yuni pun berinisiatif mengatakan kejadian saat itu padanya "5 tahun lalu.. anda pergi meninggalkan tuan muda untuk pergi bersama dengan pria lain.. anda juga menipunya dan memberikan banyak masalah yang harus tuan urus dan tanggung sendiri.." pertama mendengar kalimat dari buk Yuni, Odele menggeleng saja seakan ia ingin berontak dan ingin teriak untuk mengatakan TIDAK! namun semua bukti tersebut nyata adanya dan mengarah padanya.

Jika saja ia tidak mengenal dirinya sendiri, jelas ia akan percaya begitu saja dengan bukti-bukti yang memang memberatkan dirinya. Namun sebelum ia bisa membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah, bentuk protes bagaimana pun tidak akan ada yang memercayainya.. 'Jadi… apa yang harus aku lakukan? bukti apa yang aku punya untuk dapat membuktikan jika aku tidak bersalah? jika aku bukan lah wanita yang melakukan semua kejahatan dan pengkhianatan itu' gumamnya.

"Baik buk Yuni.. terima kasih sudah menjelaskan.." ucap Odele dengan senyuman yang di paksakan

"Anda tidak memprotes apa yang saya katakan?" ucap Buk Yuni, dan membuat Odele yang tadinya menunduk langsung menengadahkan kepalanya menatap manik hitam milik Buk Yuni.. ia ingin mengetahui adakah wanita tua ini hanya mempermainkannya dengan memberi harapan palsu? namun ia tidak menemukan itu.. Ekspresi yang di berikan buk Yuni tulus.. wanita tua itu tampaknya akan percaya pada apapun yang ia katakan. Dan Odele pun memberanikan diri untuk bertanya, sekedar memastikan firasatnya sebagai psikolog tidak lah salah.

"Apakah buk Yuni akan percaya pada apapun yang aku katakan?"

"Tentu saja.. anda nyonya saya.."

"Bagaimana jika aku mengatakan jika aku bukanlah nyonya mu? akankah kamu percaya?"

Buk Yuni tersenyum menatap ke arah Odele, "nyatanya saya saat ini menjadi pelayan anda, dan anda adalah nyonya saya.." jawabnya tersenyum, hingga menyipitkan matanya

"Bu.. Bukan itu maksudku.. bagaimana jika aku bukan—" ucapan Odele terpotong

"Stt.. stt.. saya tau nyonya.. mohon maaf saya undur diri dulu.. nyonya harus istirahat yang banyak.. agar anda segera pulih dan dapat berjalan kembali" ucap Buk Yun ketika ia sudah di ambang pintu. Meninggalkan Odele yang semakin di buat bingung dan penasaran.. sungguh ia ingin tau maksud dari perkataan buk Yuni barusan. Namun ternyata dia lagi-lagi hanya mendapatkan kebingungan.

"A.. apa maksudnya Buk? sebenarnya dia mengatakan dia tau apa? dia tau aku bukanlah gadis itu, atau tau apa???? arggg sungguh kebingungan ini sangat menyiksaku tuhan.. apa yang bisa aku lakukan? bukti apa yang aku punya untuk meyakinkan pria itu jika aku tidak mengkhianatinya?? eh.. tunggu sebentar, apa aku tadi mengatakan untuk meyakinkan pria itu jika aku tidak mengkhianatinya? bukankah itu terdengar konyol? seakan aku mengakui jika aku memanglah gadis gila itu secara tidak langsung dan berharap dia mendengar penjelasan dan memaafkan ku? iyyyuuuuuwww aku benar-benar menjijikkan!!! mengapa semua ucapanku sekarang bahkan terdengar salah?? oh.. aku benar-benar frustasi!!!"

"Bukan begitu maksudku.." celotehnya dengan suara paraw.. memikirkan cara yang hampir mustahil untuk membuktikan dirinya tidak melakukan semua kegilaan yang bahkan tak pernah terpikirkan olehnya.

Ia menutup wajahnya menggunakan bantal, sementara otaknya masih terus berputar mencari cara untuk membuktikan bahwa bukan dia yang melakukan semua itu. Odele terbaring dengan mata yang masih terus terbuka lebar, sungguh ia tidak bisa tidur dan memejamkan mata mendengar semua perbuatan gadis itu hingga merugikan dia dan membuatnya bagai terpenjara di sangkar emas, lalu menerima penyiksaan yang seharusnya tidak pernah ia terima atas kesalahan-kesalahan yang tidak pernah ia lakukan.

"Beri aku petunjuk oh tuhan.. bagaimana cara ku membuktikan pada mereka bahwa yang melakukan bukan aku.. bukan aku.. bukan aku.. sungguh gadis itu bukan aku… meski aku sendiri sulit untuk menyangkalnya, namun.. dia sungguh bukanlah aku.." rintihnya di balik bantal. Ada rasa kesal dan benci yang menyesakkan dada. "aku jadi mengerti.. mengapa kamu begitu kejam? mengapa kamu menjadi sangat frustasi.. mengapa tatapan mu penuh kebencian ketika melihatku.. aku sungguh mengerti kesakitanmu.. tapi.. bagaimana cara ku membuktikan padamu jika aku bukan lah dia?" ucap Odele berbicara sendiri sembari menatap kelangit-langit kamar.

*Di tempat lain Alexio tengah mengamati semua pergerakan dan perkataan Odele tanpa satu pun yang ia lewatkan. Sungguh saat ini ia sangat ingin memercayai jika gadis itu bukan lah Odele yang ia nikahi. Namun sungguh ia akan dikira gila jika benar-benar percaya akan hal itu.

"Jika kamu bukan dia? lalu siapa? buktikan padaku jika kamu memang bukanlah dia!" ucapnya mengelus pipi Odele dari layar datar ipad miliknya.

apa kabar semua?? selamat membaca.. jika berkenan, boleh kasih review nya yah.. terimakasih..

sampai jumpa di bab selanjutnya

Call_me_MIcreators' thoughts
Next chapter