webnovel

CHAPTER 16

(ADAM POV)

Aku seperti pria gila, selama diperjalanan aku tetap berusaha menghubungi Gwen, tapi masih saja handphone nya tidak aktif. Pikiran ku semakin menggila, aku beberapa kali meneriakkan asisten ku untuk lebih cepat. Tapi lalu lintas sialan malah memperburuk situasi.

Setelah melewati padatnya lalu lintas, aku segera berlari menuju kamar Gwen, seorang asisten rumahnya mencoba menanyakan kepentingan ku, tapi persetan.. Pikiranku hanya tertuju pada keberadaan Gwen, yang ternyata gagal ku temukan di kamarnya. Tak menyerah, aku mencari ke kamar mandi nya pun, tak ku temukan dirinya disana. "Gwen.." ku meneriakkan namanya seperti orang gila

"Adam?" suaranya terdengar, diriku langsung mengarah ke asal suara itu. Ku lihat Gwen yang masih mengenakan gaun tidurnya berdiri di bibir pintu, memasang wajah terheran melihat diriku dengan keringat membanjiri wajahku. Sadar akan kebingungan Gwen, Aku berusaha mengatur ekspresi wajahku, aku tidak ingin membuat Gwen curiga bahwa aku menyembunyikan sesuatu, meskipun itu akan sulit, mengingat aku kesini dengan keadaan seperti pria kehilangan akal.

"Kamu habis lari? Kenapa? Ada apa? Just tell me" ucapnya memberondong ku dengan pertanyaan yang akan sulit ku jelaskan. Aku berjalan kearahnya, ku peluk erat Gwen. Membelai rambutnya, kalau memang benar Tuhan itu ada, aku sangat bersyukur Tuhan menjaga dirinya untukku.

"Kenapa aku tak bisa menghubungi mu? Aku sangat khawatir kau tau?" tanya ku

"Ohhh.. Tunggu sebentar" Gwen segera mencari handphone nya "I'm sorry, my battery is down" ucapnya sambil menunjukan handphonenya yang mati

"Please, don't do that again. Aku hampir gila mengkhawatirkan mu" ku tatap wajahnya, aku tak bisa menyembunyikan betapa khawatir nya diriku

"I won't, I'm promise" tangannya menggapaiku, tanpa heels, dirinya sedikit menjijit dan memcium ku, senyuman terukir manis setelahnya.

Aku terpana betapa cantik dirinya, tanpa riasan sedikitpun, bahkan bibirnya merona sempurna tanpa polesan lipstick. Setelah ciuman singkatnya, membuat gairah dalam diriku terpancing "Orang tua mu dirumah?" tanyaku

"Mereka sudah pergi lagi untuk perjalanan bisnis" jawabnya, duduk sofa merah yang ada di sudut kamarnya.

Mendengar jawaban itu, aku menuju pintu kamar Gwen, menutup dan menguncinya. Gweb menoleh kearah ku, seringai tersungging dari sudut bibirnya. Seperti telah membaca keinginan ku. Dirinya menyetel sound system miliknya, menutup jendela kamar, dan berjalan kerahku.

Sial, belum apa-apa aku bisa merasakan milik ku sudah mengeras. Melihat betapa indah tubuh Gwen yang hanya berbalut gaun tidur tipis, kini dia mulai melepasnya, menyisakan bra dan underwear indah menutupi sesuatu yang bahkan lebih indah lagi. Dirinya membuatku menggila, kali ini diriku menggila karena tubuh sexy nya.

Ciumannya seperti ingin memakan ku, Gwen bermain dengan lincahnya. Berpindah ke leher ku, jilatannya makin membuatku gila. Tangannya cekatan membuka kancing-kancing kemejaku. Menampakkan six pack salah satu kebanggaan dari tubuhku. Jemari lentiknya membelai lembut, membuatku mendesah merasakan gelinya belaian Gwen. Kini dirinya turun membuka belt dan celana yang ku kenakan.

Sekilas dirinya melihat kearahku, tersenyum puas karena milikku sudah mengeras bukan main. Gwen dengan puas meraihnya, dan langsung membawa ke dalam mulutnya. Shit, kehangatan mulutnya membuatku benar-benar menggila karena kenikmatan, dengan lihai dia bermain-main, jilatannya membuatku mengeluarkan desahan tak karuan. Gwen semakin lihai dalam melakukannya, Tak bisa ku tahan, diriku akhirnya klimaks dan mengeluarkan isinya didalam mulut Gwen. Dengan puas dia tersenyum kearahku, wajahnya merona. Membuatnya makin terlihat seksi.

Aku membawanya ke tempat tidur, membuka bra dan underwear yang dikenakannya. Payudara indahnya terpampang jelas, aku menciuminya dengan puas. Desahan Gwen membuatku makin semangat meciumi payudara indahnya. Ku tarik kaki Gwen, miliknya yang sudah basah, malah membuatku makin bergairah, ku tenggelamkan wajahku, mencium aroma nya yang khas, lidahku bermain-main dengan lihai

"Ahhhh.. Ahhhh" desahan Gwen, tepat saat lidahku bermain di area clit nya. Tak lupa, aku mecium paha mulus Gwen, kembali ke miliknya. Puas bermain dengan lidahku, diriku mulai memasuki miliknya, erangan demi erangan memenuhi kamar Gwen, desahan gila kami seperti orang yang tak pernah berhubungan seks. Keringat mengucur dari gerakan-gerakan yang kami lakukan. Sampai akhirnya kami berdua klimaks bersamaan.

Gwen tidur diatas dadaku. Mengatur napas kami berdua yang seperti habis lari memutari lapangan sepak bola. Aku mengelus rambutnya, mengecup ringan Gwen.

"I love you, really love you" ucapku

Gwen mendongak, menatapku, "Ucapkan sekali lagi" katanya

"I love you, really love you Gwen" dengan ketulusan yang tak pernah ku ucapkan sebelumnya pada wanita manapun

"I love you too, really really love you Adam" jawabnya, sambil menatap ku

Aku merasa pria paling beruntung di dunia, takkan ku biarkan siapapun menyentuhmu. Akan ku lakukan apapun untuk menjagamu. Ucapku dalam hati. Ku peluk tubuhnya, merasakan tiap kehangatan ini. Tanpa terasa, kami tertidur, sampai ada suara yang mengetok pintu kamar Gwen membangunkan kami.

"Ya.. Kenapa?" tanya Gwen setelah mematikan sound system yang masih memutar playlist lagu.

"Makan malam nona sudah siap, nona mau makan dikamar?" tanya asisten rumah tangga Gwen dari balik pintu

"Saya makan di meja makan saja" ucap Gwen "Sudah malam ternyata, aku mandi dulu ya" dan berjalan menuju kamar mandinya, bahkan pemandangan belakang tubuh Gwen berhasil dengan mudah membuatku terangsang.

Aku pun menyusul Gwen, melakukan aksi kami dibawah pancuran air, kenikmatan yang membuatku seperti melayang. Layaknya sambil menyelam minum air, kami melakukan seks sekaligus mandi.

Setelah selesai, dan berpakaian lengkap, kami menuju ruang makan. Kegiatan seks itu membuat diriku menjadi lapar. Lapar dalam artian sesungguhnya. Mengisi tenaga yang sudah keluar dengan melahap makan malam.

"Setelah ini, kamu berkemas, selama orang tua mu pergi, kamu lebih baik bersamaku" ucapku setelah menyelesaikan makan malamku

Gwen mengangguk, patuh. Seperti mengerti sifat posesifku. Bahkan dirinya langsung menuju kamarnya, membawa beberapa baju di koper kecil miliknya, "Aku sudah siap" ucapnya dan tersenyum simpul. Aku membalas senyuman nya, dan membawakan koper miliknya menuju mobil dimana asisten ku menunggu. Namun langkahku terhenti, aku seperti melihat sosok dibalik pepohonan di area sekitar rumah Gwen. Tapi segera menghilang, aku yakin dengan apa yang aku lihat.

Tak ingin membuat Gwen khawatir, aku segera melanjutkan langkah ku. Memerintahkan asisten pribadi ku untuk segera menuju apartment.

Pikiranku segera tertuju pada pesan yang ada di rumah tua Andrew, bisa jadi bajingan itu menyewa orang untuk membuntuti Gwen, terbukti dia pernah membayar orang untuk berpura-pura menjadi dirinya. Aku takkan selengah itu lagi. Mulai saat ini akan ku pastikan Gwen tak lepas dari pengawasanku.

To Be Continued