16 CHAPTER 15

Dengan sombongnya pria itu berdiri seakan menantang Adam, meskipun rasa ingin menghajar pria itu membara dalam diri Adam, terlebih mengetahui bahwa orang yang mengganggu hidup Gwen berada dekat dengannya, dia bebas berkeliaran dengan tampang nya yang berbeda dari yang dilihat Adam saat ini.

"Andrew, ku pastikan kau akan membusuk dipenjara!" ucap Adam,

Namun Andrew hanya menyeringai, mendengar ucapan Adam.

Melihat hal itu Adam menahan untuk tidak melakukan hal gegabah, karena proses hukum akan mempersulit keadaan dan itu akan mempengaruhi proses hukum. Untungnya, tak lama kemudian, polisi segera datang di lokasi kejadian, mengambil alih situasi. Adam pun beralih mencari Gwen, yang saat ini tengah berada mobil ambulance, diselimuti oleh perawat.

Adam memandang wanita yang begitu ia cintai, dan dia tersadar akan satu hal, sisi lain dari Gwen, sosok wanita yang tegar, melihat apa yang telah Gwen alami, tak ada ketakutan yang terpancar dari wajahnya, berharap bahwa Adam atau mungkin saat orang tua nya sampai, mereka tidak akan merasa terlalu khawatir. Adam berjalan menghampiri Gwen, memasang senyum hangat untuk Gwen yang memandang kearahnya. Dengan lembut, jemari Adam menghelus pipi Gwen. Entah tapi, saat ini dimata Adam, wajah Gwen terlihat polos, dengan senyuman terukir diwajahnya.

"Maaf tapi sepertinya kalian berdua harus melakukan pemeriksaan lanjutan, melihat ada luka dibagian kepala" seorang perawat datang memecah keheningan mereka berdua.

Adam dan Gwen dibawa ke unit darurat rumah sakit, mereka melakukan pemeriksaan lanjutan secara terpisah, namun Adam secara khusus meminta satu ruang perawatan VVIP untuk dirinya dan Gwen. Setelah beberapa jam pemeriksaan, akhirnya Gwen selesai dan dipindahkan ke ruang perawatan, sementara Adam masih harus lebih lama melakukan pemeriksaan karena ada kemungkinan efek benturan di kepalanya. Gwen diberi suntikan dosis penenang lewat cairan infuse oleh perawat, dan tidak lama efeknya membuat Gwen terlelap. Adam yang telah menyelesaikan pemeriksaan dibawa ke ruang perawatan menggunakan kursi roda, dibantu oleh asisten pribadinya.

"Kau boleh pulang, istirahat dan kembali besok dengan laporan mengenai kasus Andrew" ucap Adam setelah didalam ruangan.

Asistennya mengangguk dan keluar ruangan, meninggalkan Adam dan Gwen berdua disana. Adam menatap Gwen yang sedang terlelap dalam tidurnya, kini Adam duduk di samping tempat tidur Gwen, membelai lembut wajah kekasihnya, memberikan kecupan di kening dan mencium pipi Gwen. Meskipun sudah terlelap, kecupan Adam membuat Gwen sedikit membuka matanya. Melihat wajah pria yang amat dicintainya, Gwen tersenyum "hei.." ucapnya

"Tidur lagi saja, kau butuh banyak istirahat" jemarinya tak lepas membelai lembut wajah kekasihnya

"Here, sleep here.." tunjuk Gwen ke ruang sisa di tempat tidurnya

Dengan penuh hati-hati, Adam merebahkan tubuhnya disamping Gwen, dengan Gwen meletakkan kepalanya di lengan kekar Adam.

"Ah... Nyamannya... Aku rasa ada baiknya dibalik semua ini, kita jadi bisa menghabiskan waktu tanpa menghiraukan apapun" ucapnya sambil menatap mata Adam dan menyunggingkan senyum jahil

"What.? Aku hampir gila mencarimu, dan mengkhawatirkan mu, jangan bicara seperti itu lagi" sambil mencubit manja pipi Gwen

"Awww.. Sakit tau"

"Ini hari yang panjang dan melelahkan, baiknya kita istirahat"

Gwen mengangguk, dan mulai menutup matanya, membawa dirinya masuk kembali ke alam bawah sadarnya. Membiarkan tubuhnya beristirahat. Sedangkan Adam, masih menatap wajah Gwen, hingga dirinya tertidur lelap dalam mimpinya sendiri.

Malam pun berganti dengan sinar mentari cerah, tak terkecuali ruang perawatan Adam dan Gwen, sinar mentari melewati celah jendela mengenai wajah Gwen. Membuat wajahnya terlihat lebih seperti bersinar, memancarkan kecantikannya. Adam yang sudah bangun, tak mau melewati moment indah ini. Dia merekam semua sudut pancaran cantik Gwen diterpa sinar mentari dalam memori ingatannya. Sampai Gwen terbangun, karena sinar mentari mulai terlalu lama mengenai wajahnya.

"Good morning my love" ucap Adam, memberikan senyum terbaik miliknya.

"Good morning love" balas Gwen, dan memberi kecupan ringan di bibir Adam, tak tahan melihat senyuman menawan miliknya.

"Sepertinya aku tak butuh sarapan, dirimu cukup untukku" senyum penuh makna terukir, namun sirna saat suara ketuk pintu ruang mereka terdengar

"Masuk" dengan sedikit kecewa Adam menjawab, dia sudah tahu akan mendapat kabar terbaru mengenai kasus Andrew.

Asisten pribadinya pun masuk, memberi salam "Pagi Mr Adam dan Miss Gwen" sapa sang Asisten

Wajah Adam berubah menjadi serius, bersiap menerima kabar dari asistennya. "Aku keluar sebentar ya?" tanya Adam, dia tidak ingin Gwen mendengar hal yang dapat membuat dirinya jadi terbebani oleh kasus Andrew.

Seperti tahu, "Tunggu" kata Gwen menahan tangan Adam, dia tersenyum simpul "I want to know everything, aku gak mau ada yang ditutupi, and jika kamu khawatir, aku baik-baik saja"

Dengan anggukan, asisten Adam mulai memberikan informasi terkait Andrew "Jadi, saya mendapatkan kabar bahwa semalam mobil yang membawa Andrew menuju sel tahanan mengalami kecelakaan, namun semua selamat" jeda asisten, memenuhi ruang dengan ketegangan "kini Andrew sudah berada di sel tahanan sementara, sebelum memasuki proses pengadilan, namun ada hal aneh yang ditemukin penyidik" lagi-lagi jeda yang di berikan malah membuat Adam dan Gwen merasa tegang. Terlihat jelas dari wajah Gwen, dia menggigit sudut bibirnya. Adam merangkul Gwen, membawa kepelukannya, membuat dia lebih rileks.

"Lanjutkan, hal aneh apa yang kau maksud?" tanya Adam, dengan tatapan serius

"Andrew menunjukan tingkah yang aneh, dia terus menatap bayangannya dan mengatakan dirinya tak bersalah, menurut ahli psikologis penyidik, bisa saja Andrew mengalami gangguan mental"

"Tidak, itu tidak mungkin, pastikan jangan sampai dia mendapat keringanan atas apapun" wajahnya mengeras, rahangnya menegang.

Tangan Gwen meraih Adam, mencoba menenangkan kekasihnya yang sedang menahan amarah mendengar kabar itu. Gwen juga tidak lantas percaya begitu saja. Bisa jadi itu semua hanya akal-akalan Andrew, tapi kalau memang hanya pura-pura, sehebat itukah sampai bisa menipu ahli psikologi dari tim penyidik kepolisian?

Tak ingin situasi makin rumit, Gwen memberi isyarat untuk asisten Adam keluar ruangan. Meninggalkan dirinya dan Adam, desir angin pagi berhembus, menyibakkan rambut Gwen yang terurai manis meskipun sedikit tak karuan karena bangun tidur tadi.

Sudut mulutnya terangkat, menyimpulkan senyum untuk Adam, jemari tangannya meraih wajah Adam, menghadapkan wajahnya sejajar, kini wajah Adam tak lagi kaku. Kini mereka duduk saling menatap satu sama lain.

"Semua akan baik-baik saja, kita percayakan kasus ini kepada pihak yang berwajib" kata Gwen "lagi pula, kamu itu punya pengacara handal yang tidak diragukan lagi kinerjanya"

"Kamu benar, sore ini aku akan ke kantor polisi" kata Adam "No no... Kamu harus pulang dan istirahat, saat kamu sudah benar-benar pulih, mungkin akan aku ijinkan untuk ikut" sambung Adam, saat Gwen baru saja mau membuka mulutnya

Gwen hanya membalas anggukan lemah, menyadari dirinya tak akan bisa menang melawan argumen Adam kali ini. Meskipun dirinya penasaran, terkait sikap Andrew yang tiba-tiba saja berubah.

Tak terasa jam demi jam terlewati, karangan bunga hampir memenuhi ruang perwatan Adam dan Gwen. Berita mengenai penyekapan Gwen pun telah tersebar hampir disemua media. Untungnya Adam sudah mengantisipasi hal itu dengan memperketat penjagaan jangan sampai ada media yang lolos dan meliput kondisi Gwen saat ini.

"Kondisi Miss Gwen, sudah memungkinkan untuk pulang, namun jika anda mengalami sakit dibagian kepala, harap segera hubungi rumah sakit" ucap dokter "sama dengan Mr Adam, anda juga sudah bisa pulang, dan kalau bisa jangan melakukan aktifitas yang terlalu berat dulu" sambungnya, disambut dengan anggukan oleh kedua orang yang dimaksud.

Setelah dokter pamit, dan keluar dari ruangan, orang tua Gwen yang sudah sampai, segera menyiapkan Gwen untuk pulang, "Terimakasih karena telah menjaga putri kami, kami bahkan tidak tau harus berkata apalagi" ucap Mr William, ayah Gwen, sambil menjabat tangan Adam "Sekali lagi kami berterimakasih"

"Ada yang ingin aku sampaikan, jadi kalian duluan saja nanti aku menyusul" ucap Gwen

Setelah tinggal mereka berdua didalam ruangan itu, Gwen memeluk Adam "Aku tau kamu mau langsung ke kantor polisi, aku hanya ingin kamu hati-hati, jangan sampai termakan umpan dari Andrew" ucap Gwen tanpa melepas pelukannya

Jemarinya menggapai wajah Gwen, senyuman terukir diwajahnya "Aku mengerti, dan akan ku ingat, jadi kamu pulang dan beristirahat lah" ucap Adam dan mencium kening Gwen.

Adam pun mengantar Gwen menuju mobil yang sudah menunggu di loby rumah sakit. Setelah berpamitan, dirinya segera menghubungi asisten pribadinya, memintanya untuk segera menjemput dan mengantarnya menuju kantor polisi tempat dimana Andrew ditahan.

"Waktu kita sangat tepat, karena kabarnya intogerasi Andrew akan dimulai lagi hari ini, jadi anda bisa melihat langsung prosesnya" jelas sang Asisten tanpa menolehkan pandangan dari jalanan

"Great... Aku akan pastikan si bajingan itu tidak akan lolos dsri hukum hanya karena pura-pura gila" ucap Adam, tangannya mengepal, rahangnya mengeras dan tatapannya tajam seakan ada Andrew di hadapannya

Adam melewati proses pengecekan sebelum masuk ke ruang intrograsi, walaupun sebenarnya hanya petugas lah yang bisa ada di ruangan itu, namun bukan Adam namanya kalau dia tidak bisa melewati hal semacam itu.

Kini dirinya berhadapan dengan Andrew, meskipun realita nya dipisahkan kaca penghalang, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri Andrew bertingkah bukan hanya seperti orang gila, tapi bahkan bukan seperti dirinya. Andrew berusaha membanting kursi sambil berkata bahwa dia tidak bersalah, maafkan aku, berulang kali.

"Perkenalkan, saya Grace, ahli psikologi, saya ditunjuk untuk membantu mengani kasus ini" ucapnya, memberikan kartu nama "Dia memiliki kepribadian ganda, memang belum cukup bukti yang terkumpul, tapi ada kalanya dia akan menatap dengan tatapan rasa bersalah tak bergeming sampai 3 jam" lanjutnya menjelaskan kondisi Andrew pada Adam.

Mendengar penjelasan itu, langsung dari seorang ahli yang ditunjuk badan pemerintah, sepertinya tidak mungkin ini permainan Andrew. Pikir Adam, setelah melihat langsung dan juga mendengar penjelasan tadi.

Dirinya berfikir keras, bibirnya terkatup rapat. Apa yang dilewatkan olehnya? Pasti ada sesuatu yang terlewatkan. Setelah beberapa saat, akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke tempat dimana Andrew menyekap Gwen. Dia berharap menemukan sesuatu disana.

Rumah tua itu sudah dipasang pembatas kuning polisi, Adam tidak memeperdulikan resiko, meskipun Adam tau bahwa tidak baik bagi dirinya kalau diketahui mendatangi TKP tanpa sepengetahuan polisi.

"Kau jaga disini, segera alihkan situasi jika ada polisi yang kesini" ucap Adam sebelum memasuki TKP

Adam langsung menuju basement, mencari sesuatu yang mungkin terlewat oleh tim penyidik. Langkahnya terhenti saat merasakan angin dari sela-sela tembok, dia mencoba mencari sudut yang pas, karena dia yakin ada sesuatu dibalik tembok ini.

Tembok itu bergeser, benar dugaan Adam bahwa ada sesuatu yang tersembunyi dibaliknya. Namun, Adam tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Lagi-lagi tangannya mengepal, urat nadi terlihat jelas di pelipisnya. Bukan lagi geram, tapi juga marah menjalar keseluruh tubuh Adam.

"Sudah ku sangka, kau memang brengsek" ucap Adam menahan emosinya

Dibalik tembok itu terdapat tulisan dengan cat merah

KALIAN PIKIR KALIAN MENANG? PERMAINAN BELUM SELESAI

Tulisan itu tampak masih baru, karena catnya masih basah. "Sial, tunggu, kalau begitu Gwen masih dalam bahaya" ucap Adam dan segera keluar dari tempat itu "Kerumah keluarga Mr William, cepat" perintah Adam kepada asistenya.

Diperjalanan, Adam mencoba menghubungi Gwen, namun handphone nya tidak aktif. Pikirannya semakin kacau, membayangkan kalau hal buruk terjadi lagi pada kekasihnya. Kecemasan tergambar jelas diwajah Adam, dia takkan bisa membayangkan Gwen mengalami hal mengerikan itu lagi.

TO BE CONTINUED

avataravatar
Next chapter