webnovel

CHAPTER 14

Adam yang kini sedang menyusun beberapa dokumen terkait perjanjian bisnisnya, mendapatkan telepon dari salah satu anak buahnya.

"Ada apa, kalau bisa langsung saja, saya sedang sibuk" jawab Adam

"Ok boss, jd pria yg waktu itu kita tangkap ternyata bukan pelaku sesungguhnya, dia hanya di paksa melakukan itu semua karena dia terlilit hutang. Kami sudah menyelediki nya, dan baru kami tau boss.. Maafkan kami boss..." jelas anak buah Adam, nada nya jelas ada rasa takut

"Apa?! Sial! Kalian gimana? Pokonya temukan pelakunya atau kalian tau akibatnya" dengan amarah membakar diri Adam, dia menutup telpon itu bahkan sebelum mendapat jawaban dari anak buahnya.

Dia gusar, memikirkan bahwa semua ini ternyata hanya tipuan permainan si bajingan itu. Memikirkannya saja membuat amarah Adam semakin tinggi. Sampai dia tersadar, kalau pelakunya masih bebas berkeliaran, berarti Gwen dalam masalah. Bisa saja dia dalam bahaya. Dengan segera Adam mengcancel semua agenda sisa hari itu dan meminta sekertarisnya mengalihkan di hari lain.

Adam menelpon Gwen, sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi untuk bisa segera menjemput Gwen.

"Hai darl, kamu lagi dimana?" tanya Adam dengan nada yg diusahakan nya setenang mungkin

"I'm at your place" jawab Gwen

"Just wait darl, I'm on my way there" balas Adam, dia berusaha secepat mungkin bisa sampai. Pikirannya hanya pada Gwen, untung saja dia ada di apartmentnya, jd dia agak sedikit lega.

Tanpa ia sadari tubuhnya bereaksi memeluk erat Gwen. Dia menatap wajah Gwen, dia mengecek kekasihnya, memastikan bahwa dia baik-baik saja.

"I'm ok babe" mengetahui apa dicemaskan oleh kekasihnya. Gwen mencoba bersikap tenang. Memberikan senyuman ringan, menyembunyikan keresahannya

Mata Adam memandang wanita paling dicintainya itu. Senyuman Gwen membuat diri Adam lebih tenang dari sebelumnya. Gwen mengajak Adam duduk, dia ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Jangan marah dulu dan untuk kamu tau, aku melakukan ini krn aku tidak ingin membuatmu lebih khawatir dan membuat kau mengabaikan pekerjaan mu. Aku tau kalau pria tempo hari itu bukan pelaku sebenarnya, krn peneror itu menelpon ku, dia mengatakan semuanya padaku" Gwen harap Adam mengerti keputusannya

"You're right, I'll leave everything.. Karena tak ada yang lebih penting untukku selain dirimu" ucap Adam dengan tenang, tangannya membelai lembut jemari Gwen. "Aku harap untuk kedepannya, kalau ada apa-apa kamu harus kasih tau aku, setuju?"

Gwen membalas dengan anggukan, dia menyandarkan kepalanya di pundak Adam. Membiarkan dirinya melepas sejenak beban yang ada dalam dirinya. Sambil membiarkan Adam membelai lembut dirinya, merasakan ketenangan yg saat ini agak sulit ia dapatkan. Dua sejoli itu menghabiskan sore itu dengan saling mengisi keheningan yg membuat mereka lebih merasakan value dari kehadiran satu sama lain.

Mereka saling menyadari bahwa diri mereka sangat berharga bagi satu sama lain. Bahwa Adam tak bisa hidup tanpa Gwen, begitu sebaliknya.

Suara handphone Gwen memecah keheningan, Gwen ragu untuk mengambil handphonenya, pikiran bahwa yg menelpon itu si peneror membayanginya. Adam yang sadar akan kecemasan Gwen, segera mengambil handphone nya, melihat siapa yg menelpon tapi malah memberikan pada Gwen

"It's your mom Gwen" kata Adam sambil memberikan pada Gwen

Ekspresi lega seketika tau bahwa bukan si peneror yg telpon. "Ya mom?" jawab Gwen tenang

"Where are you? Kantor bilang kamu tidak ke kantor?" tanya sang ibu khawatir

Sekilas Gwen mengecek jam tangannya, oh shit! Gumamnya pelan "I'm so so sorry mom, aku ada meeting di luar, aku segera pulang" setelah menutup telepon, mata Gwen beralih kearah Adam. Batinnya menolak untuk pulang, dia butuh asupan kasih sayang dari Adam. Tapi dia juga sudah lama tidak bertemu kedua orang tuanya.

"Just go home sweetheart, your mom waiting" ucap Adam sambil menyeka rambut Gwen,

Gwen sedikit kaget, ternyata begitu dalam Adam memahaminya, sampai belum berkata apa-apa, Adam sudah tau.

"Tapi, aku harus mengantarmu, mulai saat ini, saat aku ada waktu, kamu harus selalu ada dalam penglihatan ku, Oke?" posesif yang telah lama hilanh, akhirnya muncul, kali ini posesif yang memang punya tujuan melindungi kekasihnya.

"Sure, i just like it" sambil tersenyum, Gwen menyetujui kesepakatan itu.

Mereka pun turun dan menuju basement. Seperti biasa, Adam membukakan pintu untuk Gwen, sudah seperti kebiasaan yang dimiliki seorang gentlemen kepada orang yang dicintai nya.

Selama perjalanan, Gwen berusaha mengalihkan pikirannya dari masalah yang saat ini mungkin bisa membuatnya stress jika tidak ada Adam. Untungnya, Adam bisa mencairkan kepenatan yang ada dalam pikiran Gwen. Meskipun mungkin bukan menghilangkannya, karena si peneror itu masih berkeliaran.

Saat mereka sedang larut dalam suasana, mendadak ada mobil dari arah lain yang melaju kencang ke arah mobil Adam, yang tanpa disadari mereka berdua, mobil itu sudah menghantam mobil Adam. Mobil milik Adam berguling beberapa kali dan terbalik, sedangkan mobil yang menabraknya tak bernasip lebih baik.

Adam yang masih sadar segera memeriksa Gwen "Gwen, Gwen.." panggilnya mencoba menyadarkan kekasihnya yang masih tertahan seatbealt. Sialnya, seatbealt Adam macet, membuatnya tak bisa beranjak untuk segera menolong Gwen. Darah mulai mengucur dari pelipis Gwen, melihat itu Adam dengan sekuat tenaga mencoba menarik seatbealt miliknya namun usahanya nihil.

Ditengah usaha Adam lepas, tiba-tiba ada suara langkah seseorang, mendengar itu harapan Adam muncul, "Hei, seseorang disana, tolong. Kami tersangkut"

Terdengar orang itu mengeluarkan pisau lipat, dan menunduk, tapi diposisi tempat Gwen, tanpa ada kecurigaan, Adam hanya terdiam, pikirnya justru lebih baik Gwen yang diselamatkan terlebih dahulu.

Namun pikiran itu buyar, saat orang itu yang menggunakan turtleneck menutupi setengah wajahnya, membawa Gwen pergi menjauh tanpa menolongnya. Suara mesin mobil terdengar dan makin menjauh.

Tau akan nasib Gwen yang dalam bahaya. Kekuatan yang entah dari mana muncul, membuat seatbealt itu sobek, darah dan luka tak lagi dihiraukan Adam. Dia segera menelpon 118 untuk meminta bantuan. Setelah itu dia menelpon anak buahnya, untuk segera membantu melacak keberadaan Gwen.

Adam menunggu tidak lama, muncul ambulance, dia menangkis perawat yang berusaha untuk membersihkan lukanya. Dirinya tak perduli apapun selain menemukan Gwen secepatnya. Adam bahkan tidak berani membayangkan, apa yang akan orang itu lakukan pada kekasihnya.

"Saya sudah memasang pelacak pada kalungnya, itu bisa dilacak menggunakan jaringan selular. Sinyalnya menghilang disekitar sini" sambil menujuk sebuah lokasi pada map, Adam menjelaskan kepada polisi yang datang tak lama selang ambulance. "Kalian bisa menerbangkan drone disekitar area itu dan memasang jaringan selular pada drone" tambahnya, sambil menunjukan layar yang menunjukan terakhir sinyal dari alat pelacak Gwen.

Just wait Gwen, I'll find you, just wait a little longer sweetheart.. Bisik Adam sambil berharap Gwen tidak akan terluka lebih parah.

Sementara itu

Disebuah ruangan yang penuh cahaya, Gwen terbaring, dirinya yang kesadarannya mulai pulih, merasakan sesuatu yang dingin. Tangannya mencoba meraba, seperti tempat tidur diruang operasi? Apa aku sedang di ruang operasi? Dirinya mencoba membuka matanya, yang langsung tersilaukan oleh cahaya diatas dirinya.

"Just wait, luka mu masih harus dijahit" samar terdengar suara dari sampingnya, yang tak terlihat akibat matanya masih terkena efek silau lampu tadi. Tanpa Gwen tau, dirinya sudah diberi suntikan morfin untuk membuatnya tak sadar.

Gelap, suara bising, dan ruang sempit, kesan pertama setalah Gwen sadarkan diri. Membuatnya panik, menjawab pertanyaan batinnya, bahwa dia bukan sedang ada di rumah sakit. Kemungkinan besar dirinya berada di tempat si peneror itu. Sebagian dari diri Gwen mencoba untuk tetap tenang, karena jika tidak maka dirinya akan semakin panik. Gwen menghiraukan rasa sakit di keningnya, kemungkinan besar bekas jahitan yang belum lama diterimanya.

Dari pintu ruangan itu ada bagian yang khusus untuk memasukan barang tanpa harus membukanya. Gwen mencoba membuka bagian pintu itu, namun ternyata terkunci dari luar. Tak lama, terdengar bunyi kunci dan bagian itu terbuka, ada sosok yang menyodorkan semangkuk sup hangat.

"Tunggu, just wait... Aku takut gelap, dan ruang sempit, tolong keluarkan aku, atau paling tidak pindahkan aku dari sini, tolonglah..." Gwen mengeluarkan jurus memelas andalannya.

"Kau tau itu takkan berhasil, kau tidak takut gelap ataupun ruang sempit. Ingat, i know everything about you Gwen..." jawab pria dibalik pintu itu.

Sial.. Eh tunggu.. Seperti ada yang tidak asing dari suara itu, batinya. Aku seperti sering mendengar suara ini.

Meskipun dirinya sering mendapat telpon dari si peneror, tapi itu semua sudah melalui proses perubahan suara. Baru kali ini Gwen mendengar suara aslinya tapi sudah seperti tidak asing lagi?

Adam dan tim kepolisian masih berusaha mencari sinyal pelacak milik Gwen. Pelacak di kalung itu Adam sengaja pasang tanpa sepengetahuan Gwen. Setelah hampir lebih dari 3 jam pencarian, akhirnya layar laptop Adam menunjukan sinyal pelacak milik Gwen. Sinyal itu ada di sebuah rumah kosong milik sebuah keluarga yang sudah lama ditinggalkan.

Ada kelegaan namun kekhawatiran yang bersamaan muncul dalam diri Adam. Tanpa menunggu pihak kepolisian, Adam dan anak buahnya segera bergegas menuju lokasi. Instingnya pun membawa Adam menuju ruang bawah tanah rumah itu. Benar saja, ruang bawah tanah rumah itu terlihat baik-baik saja, seperti ada orang yang memang menjadikan rumah ini tempat tinggal, tidak seperti bangunan luar rumah itu.

Dirinya mencari-cari keberadaan Gwen, disetiap pintu yang ada, sampai Adam menemukan pintu yang terkunci. Dia menendang pintu itu, Gwen yang duduk disisi tempat tidur terbangun karena kaget. Namun beralih lega saat melihat Adam, dia tau kalau Adam pasti berusaha mencarinya. Gwen memeluk Adam, melepaskan segala ketakutan yang ada.

"It's over, kamu sudah aman sayang..I'm sorry that i just found you" ucap Adam tanpa melepaskan pelukan Gwen. "Tunggu disini, aku akan mencari si brengsek itu, dia pasti masih di dalam rumah ini"

Adam bergegas mencari keberadaan si peneror dibantu satu anak buahnya, sementara yang lain menemani Gwen. Di sebuah ruangan yang penuh gambar dan foto-foto Gwen, ada pria dengan baju hitam berdiri tepat dihadapan Adam, tersenyum sinis, mata Adam terbelalak, tercampur emosi dan kaget, melihat sosok pria yang ternyata dikenalnya. Pria itu malah tersenyum sinis, meninggalkan kebingungan dalam pikiran Adam. Riwayat pria ini sudah tamat, lantas mengapa dia malah tersenyum? Hantaman kepalan tangan Adam melayang mendarat tepat di pipi pria itu.

"Jadi kau yang selama ini mengganggu hidup Gwen? Sekarang kau sudah tamat, rumah ini sudah terkepung oleh polisi" ucap Adam geram

"Oh ya? Jangan terlalu yakin, Mari kita liat siapa yang akan tertawa" ucap pria itu

To Be Continued

Thanks untuk kalian yang masih membaca karya ku...

Maafkan diri ini yang hiatus lama

But I'm comeback

Semoga masih ada yang nungguin lanjutannya yaaa

Love xoxo

dreamlalcreators' thoughts
Next chapter