24 CHAPTER XXIV : BUKANLAH EDEN

Ranjang berderit ketika tubuh ringan dan ramping gadis bersurai perak itu berdiri tergesa, pikirannya berkabut mimpi beberapa hari yang lalu tiba-tiba terbayang nafasnya memberat bahkan ia mulai hampir limbung jika sebuah tangan tidak menarik dan mendekapnya erat. Ia dapat merasakan degupan jantung berirama konstan mengalun bak musik klasik. Tepukan lembut diatas kepala dan suara bariton menenangkannya membuatnya akhirnya memilih untuk menutup mata sejenak dan menumpuhkan tubuhnya pada sosok pria kesayangannya.

" Tenanglah, jangan gegabah. Kita pasti akan mencari tahunya."Evelyna hanya mengangguk pelan, raut sembab dan hidung mungil yang memerah menyembul dari balik dekapan Lucas. Pria itu mnghela nafasnya sejenak saat ia menyadari ada hal janggal karena panti asuhan besar seperti Eden hanya menampung anak-anak perempuan saja.

Lucas membimbing tangan Eve dan menempatkannya duduk disofa panjang beludru burgundy kamarnya, ia dapat melihat iris telaga itu tengah berusaha membendung tangis. Alis tebal dan tegas miliknya membentuk sebuah lengkungan bahkan bibir tipis merona itu digigit kuat.

Jari telunjuk pria Asmodia itu menekan lembut bibir tipis gadis perak dihadapannya yang kini membeku sehingga kegiatan menyakiti bendal kenyal nan tipis juga merah itu terhenti.

" Kau khawatir dengan mereka?" Si gadis mengangguk pelan, tone suara bariton Lucas yang lemah lembut itu membuat cairan bening yang sedari tadi ia bendung pecah satu persatu. Suara isakan tertahan terdengar mengisi ruang suara. Terasa menyesakkan dan aneh pria yang masih menghapus buliran kristal dipipi halus gadisnya, tak mengerti lagi akhirnya sepasang benda kenyal itu saling bertubrukan. Hanya ingin membagikan rasa tenang dan menggantikan ketakutan diiris zamrud itu menjadi debaran dan rasa berbunga-bunga, begitulah benak sang pria membantah mentah-mentah sesuatu didalam dirinya.

" Bagaimana jika kita melihat mereka?" Lucas betanya masih mengusap sudut guratan tipis si gadis. Eve tersenyum kecil dan mengangguk kedua tangannya terentang lalu ia memeluk pria dihadapannya itu sembari menelusup masuk diantara ceruk leher sang pria.

Sang Duke tersenyum dibalik tubuh mungil dalam dekapannya itu, " Jangan berfikir untuk menjauh dariku, kita hanya melihat situasi agar selanjutnya bisa mengambil langkah untuk menolong mereka." Lucas berbicara dengan nada gemas tubuhnya sedikit menghimpit tubuh Eve yang tergelak karena menahan tawa. Kemudian pria itu mengambil mantel hitam milik mereka, Eve sendiri masih dalam gendongan sang pria itu.

Pendar cahaya biru mengelilingi mereka kegelapan dan belukar menyelimuti Lucas sekejap setelahnya raut tampan bak dewa itu telah digantikan kepala bertengkorak banteng dan tanduk besar juga panjang. Tubuhnya sendiri menjadi lebih besar dari sebelumnya bahkan piyama burgundy yang tadi ia kenakan telah lenyap entah kemana, menggantikan jubah hitam.

" Apa tidak apa kau memakai wujud ini?" Eve mengusap pelan ujung rahang pria yang telah merubah wujudnya ke dalam bentuk iblisnya, tawa rendahnya menggema menjawab pertanyaan Eve yang tampak mengkhawatirkan keadaannya.

" Tenanglah tidak akan ada yang bisa melihat kita, akan aku tunjukkan bagaimana melihat kalian para manusia dari balik bayang kegelapan." Lucas mengecup pelan pipi Eve dengan ujung rahangnya yang terasa dingin nan sejuk kala menyentuh permukaan kulit sutera sang gadis. Dan detik selanjutnya mereka telah menghilang tak meninggalkan jejak bahkan tanpa ada suara derap langkah karena Lucas baru saja menarik dirinya bersama sang gadis menuju bayang kegelapan malam.

****

Ketika kalian mendengar kata 'eden' apa yang akan muncul dibenak kalian?

Bagi sebagian orang kata ini memiliki arti yang indah, sebuah taman indah dengan bukit serta hamparan bunga-bunga berwarna-warni tak lupa permadani hijau yang terbentang sepanjang jalan, itulah yang disebut dengan Taman Eden atau taman inddah yang ada disurga. Namun apa yang terpampang dimata kedua sosok yang tengah berselimut dalam gelap tepatnya bayang-bayang malam. Eden yang ada didunia terlebih apa yang ada saat ini benar-benar bukan sesuatu yang dapat disebut dengan taman surga, penuh tawa, keindahan bahkan kebahagiaan.

Membekap mulutnya rapat dan menggenggam erat ujung mantelnya, reaksi tertahan Eve saat mereka tiba didalam bangunan panti. Sepi dan hening tak menunjukkan ada tanda-tanda seseorang masih terbangun. Lucas berjalan dalam kegelapan memasuki setiap ruang yang ternyata kosong melompong, hingga mereka tiba pada sebuah pintu kayu tua dibelakang tangga menurun dekat dapur. Melalui tangga yang beliku mereka tiba diruangan lain yang telah berisi ana-anak gadis panti yang tengah melakukan hal tak senonoh bagi gadis belia seperti mereka.

Bagaimana bisa ruangan yang tampak seperti gudang penyimpanan makanan disulap menjadi sebuah bar dengan panggung kecil dengan seorang gadis yang sangat ia kenal tengah mengenakan pakaian tipis memperlihatkan bagian tubuh gadis yang tak lain adalah Brooklyn.

Beberapa anak pun mengenakan pakaian yang sama, mereka berjalan melewati beberapa meja dan mengantarkan botol-botol vodka dengan tangan mungil yang gemetar. Ada pula dari mereka yang duduk mengapit pria-pria hidung belang yang telah menjelajah setiap inci tubuh mereka, menyibak kain tipis untuk meraih sutera dibaliknya.

Lucas hanya terdiam, ia memang terkejut namun ini sebuah kenyataan dari dunia. Kejam tak berperasaan bahkan tak memandang siapapun menancapkan luka disetiap sisi kehidupan seseorang. Ia hanya bisa meletakkan tangannya menutupi telinga Eve untuk tidak mendengar jerit serta tangis memohon saat seorang pria bangsawan bermain-main dengan tubuh mungilnya persis seperti seorang jalang.

Kegiatan itu berhenti saat seorang pria bersetelan hitam datang dan setiap pria bangsawan disana meninggalkan tempat itu satu pesatu sebelum matahari terbit, seorang wanita menjerit keras terlempar keras dan menabrak meja serta kursi disana membuat gadis-gadis kecil disana berteriak memanggil namanya.

" Suster Keyra." Bisik Eve tanpa suara tangannya gemetar saat melihat tubuh biarawati bersurai mahoni itu tak lagi berbusana bahkan ia dapat melihat caruk maruk ditubuhnya, bahkan sebelah tangannya tak lagi ada disana. Darah membasahi lantai tanah kotor nan dingin gudang penyimpanan itu.

" Kau seharusnya berhenti memberontak dasar jalang, lihat kau pasti tidak akan berdarah terus setiap malam." Ucap salah satu pria bersetelan hitam, kumis hitamnya menambah kesan menjijikan pada raut mesumnya.

" Mana bisa aku membiarkan utri-putri kecilku diperlakukan seperti ini, bukankah aku dan para biarawati yang lain sudah cukup?" Sang suster berteriak menangis tak terima, manik sapphirenya melirik para wanita lain dalam keadaan tanpa sehelai benang pun, mereka sendiri adalah rekan biarawati lainnya menggeleng dan menangis tertahan. Pria itu mendecih dan menendang keras kepala sang suster hingga menghantam dinding menciptakan jeritan lain dan percikan darah segar didinding,

" Jangan merasa suci kau dasar wanita iblis, bukankah kalian para succubus[1] paling gemar bermain seperti ini? Kalian senang kan jika tubuh kalian dimanjakan?' Pria berkumis itu menyentuh gunungan milik sang biarawati yang telah menangis menutup matanya rapat, merasa malu kala ia diperlakukan sehina ini dihadapan putri-putri kecilnya.

Sementara rekan-rekan sang pria berkumis terbahak keras, " Sudahlah, jangan begitu kenapa kau yang seorang iblis berpura-pura menjadi biarawati? Apalagi apa ini merawat anak-anak yatim piatu?"

" Sampai kapanpun takdir kalian adalah hidup dalam kegelapan. Jangan berpura-pura menjadi baik dan suci, cuih"

Selepasnya para pria menakutkan itu meninggalkan panti, anak-anak segera berlari memeluk wanita bersurai mahoni disana yang berusaha menggapai setiap tubuh rapuh dan mungil tersayangnya. Ketiga biarawati yang lain meletakkan selimut pada tubuh lebam sang suster dan ikut menangis mendekap anak-anak berusaha saling menyalurkan kekuatan.

Tak dapat menahan sakit lebih dari ini Eve telah menyembunyikan diri dalam dekapan tubuh besar sang sosok kegelapan, menangis tanpa suara. Tak habis fikir akan apa yang baru saja dilihatnya, gadis-gadis kecil itu baru saja diperlakukan seperti seorang jalang bahkan wanita yang seharusnya menjadi sosok suci disana mereka hancur leburkan.

Ini bukanlah Eden, tak ada Eden sama sekali didalam rumah panti ini, baik bagi gadis-gadis kecil itu ataupun bagi para biarawati. Lucas mendekap erat tubuh gemetar gadisnya, manik merah menyalanya menatap dengan pandangan tak dapat diartikan. Namun yang pasti sebagai seorang Duke sekaligus pemimpin kaum Asmodia, ia tak dapat membiarkan hal ini berlangsung baik bagi anak-anak maupun biarawati termasuk salah satu kaumnya yang ada disana.

Penghakiman harus dijatuhkan.

[1] Iblis wanita yang gemar menggoda pria dan gemar mengambil energi dari laki-laki untuk bertahan hidup hingga korban mereka kelelahan atau meninggal melalui berhubungan badan

avataravatar
Next chapter