7 Semoga Belum Terlambat

"Oh, saya belum pernah bilang, ya?"

Krisna menangkap ekspresi Agha yang sedikit berubah setelah dirinya mulai banyak bicara tentang anaknya.

"Sagara. Anak saya namanya Sagara. Seperti yang kalian duga selama ini, kan?"

Jangan ditanya lagi betapa paniknya Agha mendengar ucapan Krisna. Agha merasa sangat berdosa karena sang bos ternyata tahu betul apa yang selama ini dibicarakan orang-orang di belakangannya.

Jadi, Agha merasa harus segera meminta maaf. Tidak lucu jika citranya sudah memburuk pada hari pertama bertugas sebagai pemimpin redaksi Sagara Pustaka.

"Maaf, Pak. Kami tidak seharusnya seenaknya membicarakan kehidupan keluarga Pak Krisna."

Bukannya marah, Krisna malah tertawa mendengar permintaan maaf Agha. "Nggak masalah, Pak Agha. Itu hal wajar, jadi saya bisa maklum. Hahaha...."

Agha mulanya merasa bisa agak bernapas lega setelah asisten pribadi Krisna mengetuk pintu ruangannya tak lama setelah itu. Sudah waktunya sang bos menuju agenda berikutnya.

Namun, rupanya itu malah awal dari bibit masalah baru dalam kehidupan asmara Agha. Bukannya segera pergi, Krisna mendadak membuka obrolan baru.

"Pak Agha dekat sama Elvina, ya?" tanya Krisna setelah beranjak dari sofa.

Agha yang baru saja ikut berdiri merasa bingung karena nama Elvina tiba-tiba disebut. "Iya, Pak," jawabnya hati-hati.

"Elvina rekan kerja yang baik dan menyenangkan. Dia termasuk salah satu editor fiksi terbaik kita," lanjut Agha memuji perempuan yang sebenarnya merupakan pacar tersayangnya.

Krisna terlihat manggut-manggut sambil tersenyum. Gestur itu entah mengapa membikin Agha merasa sebaiknya mulai waspada.

"Hanya partner kerja, kan? Tidak lebih dari itu?"

Firasat Agha ternyata benar. Pertanyaan yang dilontarkan sang pemilik Sagara Group barusan membuatnya serba salah.

Bukankah itu hanya basa-basi dan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan? Bukan pertanyaan yang butuh jawaban serius, kan? Jadi, Agha bisa menjawabnya dengan nada bercanda juga, kan?

Agha kesulitan memahami maksud pertanyaan sensitif tersebut. Andai bukan cuma basa-basi, bosnya ini kira-kira bertanya karena memang tidak tahu atau malah sudah tahu semuanya tapi ingin memastikan sendiri kebenarannya?

Agha merasa sanksi soal kemungkinan Krisna telah mengetahui hubungan seperti apa yang dia dan Elvina jalani. Kehebohannya baru terjadi beberapa jam yang lalu, jadi apakah masuk akal jika orang nomor satu di Sagara Group sudah tahu? Tidak. Tentu tidak.

Namun, memangnya kenapa kalau sang bos tahu? Elvina sudah menyerahkan surat pengunduran diri tadi pagi dan hubungan mereka mestinya tak jadi masalah lagi.

"Kami partner kerja yang juga berhubungan dengan cukup baik di luar jam kerja, Pak."

Jawaban yang cukup diplomatis, kan? Agha tidak ingin menyebut Elvina cuma partner kerja biasa, tapi juga merasa tidak etis jika blak-blakan menyebut mereka berdua berpacaran, apalagi soal rencana menikah.

"Oh, syukurlah. Berarti hanya berteman," kata Krisna menyimpulkan.

Bukan kesimpulan semacam itu yang diharapkan Agha. Mungkin ada baiknya jika diperjelas saja. Namun sebelum Agha menuturkan sanggahan, Krisna kembali mengatakan sesuatu yang membuat Agha semakin penasaran sekaligus curiga.

"Dia belum menikah, kan? Saya masih berharap bisa menjadikannya menantu. Semoga belum terlambat...."

***

Selama berpacaran, Agha dan Elvina cenderung menghindari obrolan yang terlalu banyak soal masa lalu, terlebih soal hubungan mereka dengan pasangan masing-masing sebelumnya.

Agha memang pernah cerita soal mantannya, begitu pula dengan Elvina. Namun, hanya sebatas berapa kali mereka pernah berpacaran dan bagaimana hubungan itu berakhir. Mereka bahkan sepakat tidak menyebutkan nama. Memang cukup seperti itu saja, kan? Menurut Agha—seharusnya Elvina juga, rasanya tidak perlu sampai membahas hal-hal yang terlalu detail.

Setahu Agha, Elvina hanya memiliki dua mantan kekasih. Kisah cinta Elvina dengan para mantannya juga terkesan sangat biasa, bahkan cenderung klise.

Orang yang pernah jadi pacar pertama Elvina adalah kakak kelasnya saat SMP. Ya, Elvina mulai berpacaran sejak usianya bahkan belum genap 13 tahun. Katanya, si kakak kelas adalah salah satu orang terkeren di sekolah.

Anak OSIS, anggota Paskibraka, plus juara olimpiade Matematika. Elvina tidak yakin itu bisa disebut cinta pertama, tapi dia senang bisa jadi pacar si kakak kelas.

Biarpun senang punya hubungan spesial dengan kakak kelas populer, saat pacarnya itu minta putus dengan alasan ingin fokus belajar untuk menyiapkan Ujian Nasional, Elvina tidak merasa dunianya runtuh. Dia hanya sedih sebentar, lalu hari-harinya berjalan baik seperti biasanya lagi.

Oh, ayolah. Pikir Elvina saat itu, mengapa dia harus menangis berhari-hari? Dia tidak kehilangan apa pun, selain status sebagai pacar kakak kelas idaman di sekolah.

Pacar kedua Elvina juga kakak kelasnya di sekolah. Dia baru beberapa bulan masuk SMA saat kakak kelas baik hati menembaknya di tengah lapangan sekolah.

Drama banget, ya? Ini adalah tipe cerita cinta yang paling sering sampai ke meja Alin, sang editor fiksi remaja. Ditembak di depan seluruh murid adalah fantasi banyak remaja perempuan, mungkin juga termasuk Elvina saat itu.

Kisah cinta kedua Elvina lumayan menarik. Bertolak belakang dari alasan kandasnya hubungan cinta monyetnya saat SMP, si kakak kelas kali ini malah mengatakan butuh Elvina untuk jadi penyemangat menghadapi ujian kelulusan.

Bagi Elvina yang dulu masih berusia 16 tahun, itu sangat romantis. Jadi, mereka akhirnya berpacaran, pun terus bersama hingga keduanya lulus sekolah dan melanjutkan studi di perguruan tinggi.

Namun, sekitar empat tahun berlalu, Elvina dan si kakak kelas akhirnya putus juga. Elvina lah yang minta putus duluan. Dia merasa dirinya hanya akan menghalangi karier pasangannya di masa depan, jadi memilih mundur terlebih dahulu dari hubungan tersebut.

Sebelumnya, Agha sama sekali tidak merasa terusik dengan kisah cinta Elvina di masa lalu. Apa pun yang pernah terjadi sebelumnya, sekarang Elvina adalah pasangannya. Itulah yang paling penting.

Agha dan Elvina bertemu saat sudah sama-sama dewasa serta menjalani hubungan yang membuat mereka saling nyaman dan tentunya merasa sangat dicintai. Mereka juga sedang merencanakan pernikahan. Tak ada yang perlu Agha khawatirkan. Iya, kan?

Iya, semestinya tidak ada yang perlu Agha cemaskan. Sayangnya, setelah apa yang dikatakan Pak Krisna hari ini, Agha mendadak mengkhawatirkan banyak hal.

Mengapa Pak Krisna ingin menjadikan Elvina menantu? Apakah itu ada hubungannya dengan anak Pak Krisna yang akan bekerja sebagai CEO? Mungkinkan anak keluarga kaya raya itu adalah mantan kekasih Elvina di masa lalu?

Jika memang sedramatis itu, apa yang harus dilakukan Agha nantinya? Mengapa tiba-tiba Agha takut bakal terpaksa bersaing dengan seseorang dari masa lalu Elvina?

Kalau benar mantan kekasih Elvina adalah anak pemilik Sagara Group, Agha sungguh berharap pria itu sudah benar-benar melupakan Elvina. Jangan sampai orang itu masih punya perasaan untuk Elvina.

Sebab, jika ternyata masih, itu adalah masalah besar.

Bahkan hanya membayangkannya saja, Agha sudah merasa sangat rendah diri.

avataravatar
Next chapter