13 Chapter 13 (warning mature content)

Aku ingin merasakan kulitnya langsung menyentuh kulitku. Tiba-tiba aku merasa mengenakan terlalu banyak pakaian di tubuhku. Sebastian pasti juga memikirkan hal yang sama karena Ia menarik wajahnya menjauh lalu melepaskan tanganku. Pandangan sayunya menatapku sebelum kedua tangannya menarik blusku ke atas, aku membantunya dengan mengangkat tubuhku agar Ia bisa melepaskannya. Sebastian melempar blusku ke lantai kamarnya, bra ku yang menjadi sasarannya berikutnya.

Tangannya yang berpengalaman bisa melepaskan kaitan bra ku dengan mudah. Salah satu tangannya kembali melempar bra ku, sedangkan kedua mata abu-abut gelapnya tertuju pada payudaraku yang telanjang. Jantungku berdebar kencang saat melihat ekspresi penuh gairah di wajahnya. Matanya yang sayu, bibirnya yang sedikit terbuka, dan nafas memburunya... aku yakin saat ini aku juga memiliki ekspresi yang sama dengannya.

"Kau sangat cantik." katanya tiba-tiba sebelum jari tangannya menyentuh salah satu putihku dan membuatku terlonjak terkejut. Sebastian kembali tersenyum, tapi dengan ekspresi penuh nafsunya senyumannya malah terlihat seksi bagiku. Ia memilin putingku dengan lembut lalu Ia menunduk ke atas payudaraku, bibirnya mengulum putingku yang satunya. Ombak sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya menghantam tubuhku hingga ke ujung jari-jari kakiku.

Desahan tertahan keluar dari bibirku sementara jari-jariku mencengkeram seprai hitamnya di bawahku. Sesekali giginya menggigit lembut putingku hingga membuatku kembali terlonjak dan mendorong ereksinya di perutku. Suara lenguhan penuh nafsunya membuatku merasa semakin terbakar. Aku bisa merasakan pantiesku mulai terasa basah karenanya.

Sebastian berganti mengulum putingku yang satu lagi, sementara salah satu tangannya meremas payudaraku dengan lembut. Tubuhku terasa menegang karena kenikmatan dan sensasi yang kurasakan, kudorong pinggangku hingga kemaluanku menggesek salah satu pahanya yang keras. Hanya dalam tiga kali dorongan, aku sudah mencapai orgasme pertamaku. Desahan yang keluar dari mulutku bercampur dengan suara deru nafas Sebastian.

Ia menarik wajahnya dari putingku, aku bisa melihat bibirnya yang basah setelah mengulum. Tangannya bergerak ke kaitan celana hitamku lalu Ia membuka resletingku dan mulai menarik celanaku sekaligus dengan pantiesku.

Sama seperti sebelumnya, Sebastian melemparkan pakaianku ke lantai kamarnya dengan sembarangan. Refleks tanganku bergerak untuk menutupi bagian kemaluanku, tapi tangannya menahanku. Kedua matanya berkilat dalam cahaya remang-remang kamarnya. "Jangan." suaranya terdengar seperti peringatan.

Aku sudah mempersiapkan mental dan fisikku untuk hari ini, jadi beberapa hari yang lalu aku mencoba brazilian waxing di salah satu salon yang direkomendasikan Zoey. Tapi setelah merasakan tatapan panas Sebastian di bagian intimku yang polos tanpa bulu sedikitpun tiba-tiba aku merasa sangat malu.

"Kau sangat cantik, Ludmila. Jangan pernah menutupi tubuhmu di depanku." gumamnya dengan serak, "Dan—" Ia menutup mulutnya lalu menelan ludahnya dengan susah payah. "Dan kau sudah sangat basah."

Aku yakin wajahku sudah sangat memerah saat ini. Sebastian kembali menindihku lalu menciumku, beberapa kali kami saling menggesek tubuh kami. Perlahan jari-jari salah satu tangannya bergerak menyusuri pinggangku dan menuju ke kemaluanku. Ia menggeram di tengah ciumannya saat merasakannya basah, jarinya dengan terampil menekan bagian yang sensitif. Aku tidak bisa menahan desahanku lagi.

Tiba-tiba Sebastian menghentikan ciumannya lalu menarik wajahnya untuk mengamati ekspresiku. Jari-jarinya yang sensual merangsang titik yang paling memberikanku kenikmatan. Dengan nafas yang terengah-engah aku menatapnya, bibirku terbuka dan terasa basah karena ciumannya barusan. Perlahan jari tengahnya bergerak untuk memasukiku hingga satu digit lalu menariknya lagi. Keningnya sedikit berkerut saat Ia mencobanya kembali.

Gawat... Aku belum memberitahunya aku masih perawan. Bagaimanapun juga momen untuk memberitahunya sekarang sudah terlewat.

Sebastian masih memandangku dengan tatapan panasnya, Ia menarik jari-jarinya yang basah lalu mengulumnya satu per satu dengan lambat. Bagian dalam tubuhku berdenyut nikmat saat melihat ekspresi sensual di wajahnya saat ini.

"Aku yakin kau sudah siap." Sebastian menarik nafasnya, keduanya pipinya terlihat agak memerah karena gairahnya. Ia membuka celana dan boxernya dengan cepat lalu kembali menindihku. Salah satu tangannya kembali menahan tanganku, padahal aku tidak akan lari lagi. Aku bisa merasakan ereksinya yang menyentuh paha bagian dalamku, lalu Ia menunduk untuk memposisikan dirinya dan dalam sekejap, Ia memasuki diriku, tangannya menahan pergelangan tanganku dengan erat di sampingku, sementara pinggulnya mendorong dalam-dalam ke dalam diriku.

Aku terkesiap lalu merintih kesakitan. Seluruh tubuh Sebastian menegang di atasku, kedua pupilnya membesar terkejut saat menatapku. Lalu tiba-tiba Ia memejamkan kedua matanya dengan kening berkerut.

"...Kau masih perawan?" tanyanya dengan suara tertahan yang serak, dan Ia terdengar sangat murka. Aku tidak menjawabnya, tubuhku yang belum pernah dimasuki apapun masih berusaha menyesuaikan diri setelah dimasuki sesuatu sebesar itu.

Tiba-tiba Sebastian menarik dirinya lalu berbalik dengan sangat cepat membuatku mengernyit agak perih. Ia berjalan menuju tirai kamarnya yang masih setengah terbuka lalu menutupnya rapat-rapat sebelum mematikan lampu redup kamarnya juga hingga ruangan ini gelap. Sebelum aku sempat bertanya, Sebastian sudah kembali ke atas ranjang lagi.

Ia menarik salah satu kakiku, awalnya aku tidak tahu apa yang sedang dilakukannya, tapi kemudian aku merasakan kakiku yang diletakkan di atas kedua bahunya. Kurasa aku tahu apa yang akan Ia lakukan. Dengan wajah memerah dan rasa panik aku bangun hingga setengah terduduk, "Sebastian—Ahhh!" Lidahnya menyusuri paha bagian dalam kedua kakiku secara bergantian. Salah satu tanganku menahan puncak kepalanya, "Sebastian, jangan!"

Kurasa aku bisa mati karena rasa malu yang kurasakan. Tapi Sebastian tidak menggubrisku, lidahnya menyusuri semakin dalam ke bagian yang tidak seharusnya dijilat. Sapuan lidahnya yang pertama membuatku memekik terkejut, sepertinya suaraku menjadi pemicu gairahnya karena lidahnya bergerak semakin intens menjilat, mendorong, menggesek bagian paling sensitifku bergantian hingga desahanku berubah semakin keras. Tanganku masih berada di kepalanya, tapi kali ini aku tidak menahannya lagi. Samar-samar sesekali aku merasakan sesuatu yang tajam menggores kulitku tapi tidak sampai terluka. Aku tidak sempat memikirkannya lama-lama karena detik berikutnya orgasme yang sangat kuat menghantam tubuhku hingga kedua pahaku menjepit kepalanya tanpa kusadari.

Sebastian menarik tubuhnya dengan cepat lalu kembali menindihku. Di balik dentuman debaran jantungku yang sangat kencang, aku bisa mendengar deru nafasnya yang memburu.

"Ludmila... Rasamu sangat enak." gumamnya dengan suara rendah yang penuh dengan nafsu. "Aku hampir saja kehilangan kontrolku."

avataravatar
Next chapter