25 Well Well

Setelah malam yang dipenuhi teriakan dan desahan kenikmatan itu, Daddy kembali ke Greece untuk menyelesaikan pekerjaannya. Beberapa bagian tubuhku masih terasa sakit meskipun sudah 3 hari berlalu. Setiap aku memejamkan mata, ingatan malam itu mengalir begitu saja. Apa ini yang namanya kenikmatan surga? Haha aku hampir tertawa karena pemikiran bodoh ini.

Seperti hari-hari membosankan tanpa daddy lainnya, aku bekerja dengan giat, promosi di depan mata! Aku harus serius bekerja. Aku belum sempat memberitahu daddy kemarin jadi, nanti kalau daddy sudah menyelesaikan semua urusannya di Greece, aku akan mengatakannya. Daddy pasti bangga padaku, hehe, I'm a good boy.

"Berhentilah tersenyum sendirian seperti orang gila"

"Oh, Danny. Kau mengganggu lamunanku"

"Memangnya apa yang kau lamunkan? Your sexy Daddy?"

"Well, He's indeed sexy"

"Baiklah, baiklahh kau menang. Cuma aku yang tidak punya sexy daddy"

"Hm? Apa barusan danny mengatakan kalau dia menginginkan daddy juga?"

"Ohh berhentilan menggodaku Luc, I always want a daddy, tho"

"Hahaha, I know.. I'll ask daddy, maybe he has a good friend"

"Itu baru temenku! Aku pesen yang sexy and hot daddy, okay?!"

"Allrightt~ Danny~"

Setelah makan siang, kami kembali bekerja. Karena ada Danny, aku jadi tidak terlalu kesepian lagi. Dia baru putus dengan kekasihnya, Danny selalu seperti itu, sering gonta ganti pacar. Aku melayani pelanggan seperti biasa, ketika aku akan pergi menyerahkan pesanan ke chef, pelanggan itu tiba-tiba memanggil namaku.

"Lucas kan?!"

"Oh, iya benar, saya Lucas"

"Aku tahu itu kau, jadi kau bekerja disini?"

"Iya, saya bekerja disini, maaf ini dengan siapa ya?"

"Hm? Bagaimana mungkin bisa secepat itu lupa? Kita bertemu 3 hari yang lalu di Wooden Box"

"Wooden Box... Oh, apa anda master Lockwood yang diundang daddy?"

Ketika mengingat apa yang terjadi di wooden box 3 hari lalu, wajahku seketika memanas, telingaku memerah.

"Yes, that's me. Please just call me Jonathan, aku dan Ashlan sudah berteman sejak lama"

"Oh, iyaa"

"Apa Ashlan tidak disini hari ini?"

"Tidak, daddy masih di Greece"

"Oh, baiklah, mungkin lain kali bisa bertemu dengannya lagi"

"Iya, kalau begitu akan saya ambilkan pesanan dulu"

"Iya"

Setelah mengantarkan pesanan aku pergi melayani pengunjung lain. Danny mengajakku berbelanja, karena sekarang kita sama-sama free jadi banyak waktu yang kita habiskan berdua, makan, nonton, belanja, dan banyak lagi lainnya. Malamnya, Daddy menghubungiku seperti biasa. Setelah mandi dan makan malam aku akan menunggu daddy menelpon.

"Apa yang kau lakukan hari ini, baby boy?"

"Luca kerja seperti biasa terus belanja sama Danny"

"Apa kau sudah menggunakan credit card yang daddy berikan?"

"Tidak perlu daddy, Luca punya sendiri"

"Baby boy, apa daddy harus memaksamu lagi?"

"Eh? hehe Luca mau kalo dipaksa dalam hal lain"

"Dalam hal seperti apa?Hm?"

"Emm... ituu~"

"Itu?"

"Umn"

"Daddy tidak tau apa itu?"

"Ughh daddy nyebelinnn!!!"

Tawa daddy terdengar di seberang, sangat menyenangkan untuk didengar. Daddy terus menemaniku sampai mataku terasa berat.

"Babby? Kau tidur?"

"...."

"Baby?"

"...."

"Alright, daddy tutup telponnya, sweet dream, baby boy"

Sinar matahari terkadang bisa sangat menyebalkan, seperti sekarang. "Ugh aku mau tidur lagii" Aku menaikkan selimutku agar seluruh tubuhku tertutup sepenuhnya, tidak akan ada yang mengganggu ku hari ini. Aku akan tidur seharian!

Seperti yang ku katakan, benar-benar tidak ada yang menggangguku. Bahkan daddy yang biasanya memberikan good morning call sama sekali tidak muncul. Ketika aku melihat jam yang ada di meja, jarum panjang sudah menunjukkan pukul 1 siang.

"Daddy Luca laperr..."

"Daddy?"

Aku terdiam, daddy masih belum pulang, untuk apa aku mencarinya?! Sepertinya aku sudah mulai merindukan daddy. Dengan terpaksa aku turun dari ranjang dan pergi mandi. 30 menit kemudian baru selesai mandi. Karena terlalu asik dengan bath tub yang berisi air hangat, aku jadi tertidur lagi. Turun kebawah, aku mencari sesuatu yang bisa dimakan. Karena kemarin aku dan Danny baru belanja, isi kulkas sekarang penuh.

Sambil makan, aku menonton film kesukaanku. Dengan ponsel ditangan kanan dan pizza di tangan kiri, aku merasa tidak membutuhkan apapun lagi di dunia ini, kecuali dada bidang daddy yang bisa kugunakan untuk bersandar. Sudah berulang kali aku memeriksa ponselku tapi masih tidak ada satupun notifikasi chat dari daddy, 'apa daddy sibuk?' Ketika sedang asik melihat ponsel, tiba-tiba sebuah panggilan masuk.

"Hey baby?"

"Danny?"

"Iya, kau pikir siapa? Ashlan? Haha sayang sekali aku buka dia"

"Kau mengganggu kesibukanku, Danny"

"Aku tau kau sedang menonton film dengan mulut penuh pizza"

Aku tersedak, Danny benar-benar paham kebiasaanku, terlalu paham bahkan.

"Cupcup, jangan mati sekarang, Luc"

Aku meminum air yang ada disampingku kemudian lanjut berbicara.

"Aku belum mati"

"Haha aku tau kau tidak akan mati semudah itu, Luc"

"Kenapa kau menelpon?"

"Oh, I almost forgot, it's party time, Baby!!"

"Party?"

"Yeah, kita ke club yg kamu ceritain kemarin"

"Maksudmu wooden box?"

"Yep"

"No, I'm not going"

"Whyyyyy?"

"I wanna be lazzy all day"

"Oh c'mon..."

"Nope"

"Luc!!"

"No"

"Aku membencimu!"

"I know you're not"

"Lucasss... kau tega sekali"

"..."

"Baiklah, kalau nanti aku bertemu hot daddy, aku tidak akan membiarkanmu melihatnya"

"I have my own daddy"

"Ugh, Lucas kau menyebalkan"

"Haha, sorry, I'm too lazy today"

"Fine!"

Mood ku sedang hancur hari ini, aku berharap bisa punya sedikit quality time dengan daddy karena belakangan dia sudah sangat sibuk tapi hari ini ternyata jauh lebih parah. Daddy tidak menghubungiku sama sekali.

Hari-hari berlalu seperti biasa, aku sudah berusaha mengirimkan chat dan menelpon daddy tapi masih tidak ada respon. Aku menunggu dengan cemas kabar dari daddy. Dua hari kemudian Daddy akhirnya menghubungiku lagi.

"Daddy kemana aja?"

"Baby boy, I'm sorry, aku sibuk sekali belakangan. Aku bahkan tidak sempat melihat ponselku. Aku ingin menyelesaikan pekerjaan ini secepatnya lalu pulang dan bertemu denganmu"

Aku masih diam, daddy sungguh menyebalkan, bisa-bisanya dia tidak menghubungiku selama 3 hari tapi setelah itu mengatakan sesuatu semanis ini? benar-benar tidak adil!

"Baby... I'm so sorry. Daddy pulang besok"

"Daddy pulang?"

"Yes"

Kemarahan ku langsung mereda begitu daddy mengatakan hal ini.

"Yayy!!! Luca jemput di airport lagi ya?"

"Hm? Apa ini? Apa Luca mau godain daddy lagi?"

"No! Luca kangen daddy"

Aku bisa merasakan wajahku mulai memerah karena mengatakan kalimat memalukan seperti ini. Entah sejak kapan aku jadi tidak tau malu kalau menyangkut soal daddy.

"Tidak perlu, baby boy. Akan banyak wartawan nanti, merepotkan sekali"

"Oh, benar. Okay, Luca tunggu dirumah"

"That's good, be ready!"

"Yes, Daddy"

Daddy mengatakan 'Be ready!' dengan suara berat dan sexy nya. Aku berusaha menahan diriku agar tidak menyentuh pen*sku dan manstur*asi hanya dengan mendengar suara daddy. Kami berbicara panjang lebar, aku menceritakan hari-hari menyebalkan yang kualami tanpa daddy. Ditelpon, daddy terdengar lelah, dia terkadang tidak fokus dengan pembicaraan kami, aku sampai harus memanggil namanya berkali-kali untuk membuatnya sadar.

Keesokan harinya, aku menunggu dengan sabar di depan tv, berita infotaiment menyiarkan kabar Director Ashlan Wright yang baru selesai menggarap project film pendeknya tentang Christopher Music&Melody. Para reporter terlihat sangat sibuk mengejar para pemain film itu dan daddy. Meskipun begitu daddy tidak terlihat mengalami kesulitan saat melewati mereka. Saat aku melihat wajah daddy di tv, jantungku menggila.

Satu jam kemudian daddy sampai di rumah, aku langsung berlari ke arahnya dan melompat kepelukannya. Daddy menangkapku lalu aku memberikan welcome home kiss yang sangat panas. Daddy memperdalam ciuman kami sampai ruang tamu, lalu kecupannya perlahan turun ke leherku, daddy memberikan jilatan di belakang telingaku, mengulum daun telingaku lalu membisikkan "Get naked, now" dengan suara memerintahnya yang khas. Aku mengerang, dengan kecepatan kilat aku melepas kaus sialan yang ada ditubuhku, sangat mengganggu. Daddy melanjutkan eksplorasinya dengan menjilati nipple ku lalu memasukkannya ke dalam mulutnya yang basah dan panas.

"Daddyhh~ ywesshh..."

Setelah puas bermain dengan dadaku, daddy menekanku ke meja ruang tamu dan menarik celanaku dengan kasar, dia menurunkannya sampai lutut dan membiarkan celana malang itu menggantung disana. Bagian dadaku menempel di meja yang dingin, tiba-tiba daddy menarik rambutku dari belakang dan membuatku terkejut. Aku merasa bahwa posisi ini sama dengan yang kami lakukan di wooden box. Dibelakang, aku bisa mendengar suara daddy membuka resleting celananya lalu satu detik kemudian milik daddy menyerang lubang ku dengan ganas.

"Daddy... Ah ah ah... ywess.."

"You like that, boy?"

"Yes daddy.. yesshh~"

Daddy langsung menyerang membabi buta hole ku yang sudah membentuk sempurna dengan ukuran pen*s daddy.

"Nghh... so good~ lagii daddy lagii.. lebih dalemm"

"Bukan kau yang memberi perintah disini, boy. It's daddy"

"Ah ah.. ywess daddy.."

Daddy membuatku semakin bersemangat dengan mengangkat tubuhku lalu menekanku ke dinding, kedua kaki ku melingkar ke pinggang daddy sedangkan tanganku diikat diatas kepalaku. Aku benar-benar kehilangan kendali atas tubuhku, aku bisa jatuh jika daddy tidak memegangku.

Pen*s daddy masih bekerja dibawah sana, bibir daddy melumat bibirku, lidah kami bermain dengan liar didalam. Saliva menetes keluar, mata ku sudah tidak fokus dengan sekitar karena air mata mengalir keluar karena kenikmatan yang kurasakan ini. Daddy terus memberikan hentakan keras dan mendorong punggungku ke dinding, aku takut jika dinding ini nanti akan runtuh karena gerakan daddy yang terlalu kuat.

"Daddyhh... enakk... lagihhh lebih kerasss..."

"Look, you look so much like a slut. Do you like being daddy's slut?"

"Ywess, I'm your slut daddy"

"Bagaimana kau bisa bertahan selama seminggu tanpa pen*s daddy? hm?"

"I-I use dildo, the biggest one"

"Dildo? apa itu cukup untuk memuaskanmu?"

"No, not at all, yours better... pen*s daddy lebih enak dan lebih keras.."

"Tell me, tell me how do you feel now, baby boy"

"Ywess, daddyh.. rasanya pen*s daddy terus menerjang hole Luca, enakk.. enak.. banget daddy..."

"Tidak bisakah kau mengatakan hal lain selain enak?"

"Gak bisaa... ini enak bangett... lebih kenceng daddy, masuk yang dalem..."

Daddy yang mendengar ini langsung menarikku dari dinding dan dengan posisi berdiri mulai menaik turunkan tubuhku. Pen*s daddy terasa masuk lebih dalam di bagian yang tidak pernah dijangkau sebelumnya. Aku mengeluarkan tangisan kenikmatan, mataku terbuka lebar, aku merasa seperti melihat surga.

"Oh my gosh! Ywess daddyhh.. dalem, dalem lagihhh.."

Otakku tidak bisa memikirkan satu katapun selain daddy dan enak. Suara-suara menggairahkan dari aktifitas pen*s daddy membuatku semakin bersemangat. Aku memegang pundak daddy dan menaik turunkan tubuhku sendiri, gerakan kami menjadi lebih cepat. Setelah itu aku memberikan daddy hot kiss yang lain dan itu berhasil membuatnya jatuh ke lantai bersama dengan tubuhku yang berada diatasnya. Untung saja lantai ini punya karpet yang tebal dan halus jadi daddy tidak terluka.

"Kau ingin bermain di lantai, baby boy?"

"Mnh ywess... cepet daddy masukin lagih"

Tanpa menunggu lama daddy langsung memberikan yang kuinginkan, daddy membalik posisi kami dengan aku yang berada di bawah. Tubuhku yang lebih kecil terkurung diantara tubuh daddy yang besar. Daddy bahkan tidak perlu melihat ke bawah untuk tau dimana hole ku berada. Dengan satu gerakan dia berhasil membuat pen*snya masuk lagi yang membuatku dialiri kenikmatan surga. Daddy membuatku memegangi kedua lutut ku dan memaksimalkan gerakannya, Hole ku berada di posisi lebih tinggi, aku bahkan bisa melihat bagaimana tempat itu dihujani dengan pen*s daddy yang besar dan kemerahan.

Nafasku dan daddy semakin berat, kami sudah hampir mencapai puncak, daddy mencondongkan tubuhnya kedepan dan menggigit leherku lalu menjilatinya, lalu menggigitnya lagi.. Aku hampir gila dengan permainan daddy!

"Boy, cum for daddy"

"Ywes daddy, ywesss..."

Dengan satu perintah daddy cairan putih muncrat keluar dari pen*s ku, kenikmatan puncak membuat pikiranku blank sepenuhnya. Daddy menyusul dengan hentakannya yang kuat dan menusuk tepat di sweet spot ku yang sedari tadi sudah dihajar daddy.

"Ahh.. daddyhh.."

Erangan daddy yang berat terdengar ditelingaku, menggema sampai sudut terdalam hatiku dan tersimpan rapat di sana.

avataravatar