21 Slow? No way!

"Where are you now, baby?"

"Emm, in your bedroom"

"That's perfect, bisakan kau melihat daddy saat ini sedang duduk di pinggir ranjang?"

"Y-Yess"

Suara daddy diseberang terasa semakin dalam dan berat.

"Tangan ku perlahan membuka kancing piyama tidur Luca, satu per satu, perlahan... mencium setiap inci kulit Luca yang terexpose... Luca?"

"Emm? yes daddy"

"Apa Luca mengikuti perintah daddy?"

"Not yet"

"What a naughty boy!"

"L-Luca..."

"Hm? What happened baby boy?"

"Actually, I-I never touch m-myself except.... e-except when daddy ask me to do that couple months ago"

Daddy diam sesaat, kemudian tawa renyah terdengar di telingaku.

"Daddy?"

"Hahaha.. I'm sorry baby, I never expect that. You're so cute... what should I do to you?hm?"

"Maybe, I need a good spanking?"

Daddy tertawa lagi, kali ini tawanya lebih dalam dan menyenangkan untuk didengar.

"Alright, so, it's cancelled then. I'll be there about 4 hours. be ready for your spanking, naughty boy!!"

"D-Daddy pulang?"

"Yes, boy"

"YAYYY!!!"

Begitu daddy menutup telponnya aku bergegas ke walk in closet daddy yang sekaligus berisi pakaianku. Memilih dengan hati-hati outfit yang menggoda tapi tidak terlalu terbuka agar aku tidak kedinginan ketika pergi ke bandara nanti. 4 jam lagi daddy pulang!!!

Akhirnya aku menemukan baju yang sangat sesuai dengan keinginanku. Aku yakin daddy pasti hard hanya dengan melihatku dengan baju ini. Ehehe.

Setelah menunggu selama 1 jam di bandara akhirnya pesawat daddy sampai juga di New York. Aku berdiri dengan tidak sabar, sudah hampir jam 3 sekarang, bandara tidak terlalu sepi, beberapa orang telihat berlalu lalang.

Mataku menyapu setiap orang yang keluar, memastikan yang mana daddy. Tak lama kemudian aku melihat seorang pria berpostur tegap mengenakan mantel berwarna gelap dan kacamata yang membingkai matanya yang berwarna seperti lautan.

'ITU DADDY!'

Aku berlari ke arah pria itu, melemparkan tubuhku padanya yang kemudian dia tangkap dengan senang hati.

"My baby boy, pelan-pelan jalannya, nanti kalau Luca jatuh gimana? hm?"

"I miss you daddy, I miss you!!!"

"I know baby, I miss you too"

Daddy mendaratkan kecupan singkat di puncak kepalaku. Dengan masih memeluk daddy, aku diam-diam mencium aroma dari tubuhnya yang sudah berhari-hari tidak kudapatkan.

Tiba-tiba aku merasa sesuatu yang keras menekan tepat di perut bagian bawahku. Aku mengarahkan pandanganku keatas menatap daddy yang ternyata sudah memperhatikanku lebih dulu. Pandangan kami bertemu. Kemudian daddy merendahkan tubuhnya dan berbisik ditelingaku.

"Kau merasakannya?"

Tubuhku menegang, seketika aku langsung paham sesuatu keras yang barusan mencolek tubuhku. Kepalaku terasa berdengung, kemudian daddy dengan ceria mengatakan,

"Kita ke toilet dulu ya, Luca"

***

"Mnh.. d-da-ddyhh... slow... s-low...ahh..."

"How am I supposed to slow?hm? Luca sengaja pakai baju ini untuk menggoda daddy kan?! I know that. Jadi, sekarang jangan salahkan daddy"

"M-mobil.. kita ke mobil aja.."

"Parkir mobil terlalu jauh, baby. Apa kau tidak merasakan kalau daddy sudah sangat tegang?"

"Y-Ywess.. but.. my.. ahh.. ahh.."

"As always you smells so good, boy. Apa kau mengikuti perintah daddy?"

"Yes, daddy"

"Good boy, let me see it"

Kamar mandi ini terlalu sempit untuk ku dan daddy. Daddy memposisikan dirinya dibelakangku dan perlahan menurunkan celanaku. Seperti perintah daddy, aku sudah melakukan streching dengan memasukkan dildo ke dalam hole ku. Karena itulah pen*s ku sudah tegang dari tadi, precum sudah menetes membasahi underwear ku.

"What a sight, you looks so sexy, baby boy"

"Mnh.."

"Do you like this dildo?"

"Nah.. I don't like it. I want yours"

"Smart, boy!"

Daddy menarik dildo itu kemudian langsung memasukkan pen*s nya yang kemerahan karena sudah menahan terlalu lama. Aku mengerang pelan, menggigit bibir dan lidahku agar suaraku tidak keluar telalu keras. Kalau sampai ada orang yang dengar bisa jadi bencana!

"Ah it's so good. Your inside feels so good, boy"

"Mnhh..."

Daddy mulai bergerak keluar masuk hole ku dengan kecepatan yang semakin gila!

"Da-ddyyhh s-sh-slo-whh..."

"Hm? I can't.. it's been a long time since we're connected this way. I will go crazy.."

"Ngh..."

"Shh... I'm sorry baby, mungkin sedikit sakit dan posisi kita tidak nyaman, tapi.. I'll make you good"

Otakku terasa berputar. Seperti yang dikatakan daddy, rasanya memang agak sakit, padahal aku sudah melakukan streching dengan benar tapi hole ku masih terlalu sempit.

"Baby boy, what happened? let your voice out, No need to worry"

"No... ahh... please.. s-slow..daddyhh"

Daddy mendekatkan dirinya sampai dada nya yang bidang menyentuh punggung ku. Suara daddy yang berat tepat di telingaku. Erangan kenikmatan daddy yang dalam dan ditahan memenuhi pendengaranku. Daddy menaikkan salah satu kaki ku dan memeganginya agar kakiku tidak jatuh dan menghalanginya bergerak.

"Nanti gimana kalo orang bisa denger kita?"

"Biarkan saja"

"No way!"

Setelah mendengar jawabanku entah kenapa daddy jadi semakin gila menerjang hole ku dengan miliknya yang besar dan keras itu.

"Ahhh... ah ah ah da-daddy-hh ahh..."

"That's my boy!"

Menyadari apa yang direncanakan daddy, aku segera membungkan mulutku dengan salah satu tanganku. Sialan, daddy sengaja ingin aku mengeluarkan suara mengerikan agar orang bisa mendengar kita!.

"Erangan mu membuat daddy semakin bersemangat, baby. Let it out!"

"N-no.."

Daddy mengeluarkan pen*s nya, mengganti posisi kami, daddy duduk di closet dengan aku yang duduk dipangkuannya.

"It's so much better, I can see your beautiful face"

"Ugh.. daddy!"

Daddy tertawa kecil mendengarku yang sedikit merajuk. Kemudian daddy menarik ku dan membawa kami ke dalam ciuman yang panas dan dalam. Suara bibir bertemu bibir menggema di dalam toilet kecil ini. Aku berdo'a di dalam hati semoga tidak ada orang yang berada di sini selain kami.

Daddy mengangkat tubuhku dan memasukkan pen*snya kedalam holeku lagi. Suara desahan menyatu di udara.

"Let's move faster, boy!"

"Ywes.. daddy ahh.."

Seperti yang dikatakan, daddy menaik turunkan tubuhku dengan kecepatan yang luar biasa. Pen*snya yang besar terasa menghujani hole ku yang masih terasa sempit belum cukup menyesuaikan dengan ukurannya, lagi.

"Ah ah ah ywess.. good... daddyhh... ahh"

"I like it daddy.. ywess.. faster... ahh.. ahh~"

Kecepatan daddy sama sekali tidak menurun, justru semakin gila. Rasa sakit tadi bercampur dengan kenikmatan yang diberikan pen*s daddy. Lengan daddy yang kuat membawa tubuhku naik dan turun semakin cepat, setelah beberapa gerakan gila pen*s ku menyemburkan cairan putih ke kemeja indigo daddy. Suara desahan kenikmatan yang ku keluarkan sepertinya memicu daddy untuk mengeluarkan miliknya juga, dengan beberapa hentakan kasar dan keras akhirnya daddy menyemburkan miliknya ke dalam hole ku. Bagian dalam hole ku sekarang penuh dengan cairan daddy. Nafas kami yang memburu dan aroma sex memenuhi toilet ini. Setelah beberapa saat, aku masih lemas dan tidak bisa bergerak. Daddy sungguh gila! Aku merasa tubuhku kehilangan tulang nya.

Daddy mulai bergerak, dia mengeluarkan pen*s nya, cairan putih kental keluar menetes ke beberapa bagian tubuh kami. Daddy mengambil tissue basah dari tas nya dan membersihkan kami berdua. Aku mengangkat kepalaku yang tadi tergeletak di pundak daddy. Mataku masih berkunang-kunang.

"I'm sorry baby, daddy terlalu kasar padamu tadi"

Daddy mencium keningku, kelopak mataku, hidungku dan bibirku kemudian daddy memelukku.

Entah bagaimana setelah aku membuka mata aku sudah berbaring di ranjang.

avataravatar
Next chapter