45 Kekhawatiran Dina dan Sonya

Bulan mengehela nafas panjang, berharap dengannya segala emosi dapat keluar melalui hidung. Lumayan melegakan..sedikit.

" Haaaiiizzhh..laki-laki tidak tau diri ituu..semakin menyebalkan saja." Dina mendesis.

" Kenapa dia memperingatkan mu seperti itu? Jika dia masih peduli dengan mu, artinya masih ada rasa di sana. Tapi bukankah itu terlambat?" Sonya menimbang-nimbang pemikirannya.

" Leo bukan peduli pada Bulan karena masih ada rasa. Dia hanya tidak rela jika Bulan bahagia dengan pria baru yang lebih baik dari nya." Dina berargumen.

" Sejauh apa dia tau tentang pria barunya Bulan? Jika benar itu dikarenakan hubungan baru mu, seharusnya saat Darius mencoba mendekati Bulan maka Leo sudah bertindak." Sonya dengan argumen lainnya.

" Tidak mungkin. Leo sangat angkuh. Dia tidak akan melevelkan dirinya dengan Darius. Walau sebenarnya jika dari hasil kerja dan karya q yakin 100% Darius lebih unggul. Apa kau tidak memperhatikan, saat Leo mulai bekerja..penampilannya sungguh berubah. Lihat pakaian dan kendaran yang langsung berubah saat dia bekerja. Aq yakin pengahasilannya masih belum seberapa. Tapi gayanya sudah seperti eksekutif muda." Dina makin tajam berkomentar tentang Leo.

" Hmm..kalian berdua..biarlah Leo berkembang sesuai keinginannya. Jika dia berlebihan, biarkan saja. Itu hak nya. Hanya saja saat dia mulai berani melangkahkan kakinya untuk memasuki hidup q kembali, maka saat itulah dia melampaui batas. Aq hanya penasaran..kenapa Leo dan Julia masih membahas hidup q. Apa mereka tidak punya pekerjaan lain?" Bulan memicingkan matanya..

Seandainya masih ada sakit hati di sana..seharusnya Bulan lah yang selama ini menanggung..tetapi dari rasa peduli yang diperlihatkan Leo.. sepertinya ia harus lebih berhati-hati.

Dan malam itu Bulan kembali tidur dengan rasa yang gelisah. " Aq harus tau cerita Dhany dan Nadia dari orang lain yang bisa q percaya." Yaa..mau tidak mau..Bulan tidak bisa cuek atas informasi hubungan mereka. Dia masih sangat menjaga hatinya yang masih rentan dan lemah. Terlihat tangguh di lapisan luarnya saja, namun rapuh dibagian inti. Seperti itulah kekuatan cinta. Saat ia menunjukkan kekuatannya dalam merusak, sekuat apapun kau bertahan dan melawan..kau hanya menemukan bahwa kau bertarung melawan waktu. Bertahanlah..tetap berdiri. Jangan biarkan dirimu jatuh, dan suatu saat nanti kau akan terbiasa..menemukan irama baru mu sendiri. Pastikan kau lebih bijak dalam memutuskan di mana kau akan meletakkan hatimu berikutnya. Berjalanlah..sesuai kemampuanmu. Itu saja.

Kali ini..Bulan ingin mencari tau sendiri..tidak ingin merasakan kisah yang sama..maka sedari awal hubungannya dengan Dhany..ia akan lebih berhati-hati lagi. Dan Bulan juga bertekad untuk memperkuat hatinya jika tiba-tiba harus menerima kenyataan bahwa cinta yang ditawarkan Dhany tidak semanis yang ia lukis. Ia harus rela melepas..kapan pun itu.

Di luar kamar, Sonya dan Dina masih belum beranjak dari depan televisi. Mereka penuh dengan pikiran masing-masing yang semuanya bersumber dari adegan tadi. Ya..sebagai teman yang selama ini mendampingi Bulan..walau hanya menjadi teman kost..mereka sangat menyayangi Bulan. Dan tidak akan rela jika ada yang berniat menyakitinya, bahkan untuk kasus Leo adalah menyakiti Bulan berkali-kali.

" Apa kau ingat saat Surat Kabar Kampus memasang foto Bulan? Saat karya Darius dipasang di boutique Mr. Tony? Designer yang lumayan berpengaruh di dunia fashion tahun lalu?" Sonya berusaha mengutarakan apa yang selama ini mengganjal di pikirannya pada Dina.

"Iya..Foto Bulan diperbesar dan dipajang di salah satu ruangan menuju tangga utama yang indah itu. Ada apa dengan itu?" Dina penasaran..

"Saat aq sedang membolak-balik lembaran Surat Kabar di kursi taman menuju gedung utama, ada seorang wanita dengan rambut se bahu juga tengah membaca surat kabar itu. Dia mengamati artikel pembahasan foto Bulan. Dan kemudian dia merobek2 nya." Sonya mengingat-ingat kejadian waktu itu.

" Kemudian wanita itu menelepon seseorang..sepertinya Leo..aq lupa pembicaraannya..tapi dia bicara dengan sewot sekali." Sonya melanjutkan.

"Apa kau yakin dia wanita murahan itu?" Dina mengerutkan dahinya. " Mau apa dia ke kampus kita? Apa kau sering melihatnya atau hanya saat itu saja?" Dina meneruskan.

" Aq melihatnya dua kali. Hari itu dan beberapa hari setelahnya. Menurutmu ada urusan apa dia berkeliaran di kampus?" Sonya menerka-nerka.

" Q pikir dia hanya takut Leo kembali ke pelukan Bulan. Kau tau..Leo masih beberapa kali terlihat di kampus. Entah urusan apa, tapi dia sudah lulus dan sudah bekerja. Sekarang coba kau posisikan dirimu sebagai wanita murahan itu. Mengambil sesuatu dengan cara tidak adil. Berselingkuh. Merebut kekasih orang lain. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, semua itu akan berbalik kepada para pelakunya." Dina berkata dengan sangat yakin sekali.

" Aq ada fikiran..selama ini para penggosip di kampus kita memiliki narasumber dari para pelaku yang memiliki maksud tertentu. Mereka tak akan tau kejadian di rumah Leo itu jika tidak ada yang membocorkannya bukan? Sedangkan Bulan dan Leo sama-sama tidak menyukai bahasan privasi mereka. Selama ini tidak ada gosip miring se akurat itu..tetapi setelah kehadiran wanita murahan itu..semua seperti menjadi konsumsi publik. Semakin banyak yang membahas kejadian itu..pasti semakin dalam luka yang dirasakan oleh Bulan. Dan untuk Leo, dia akan kehilangan muka untuk tampil lagi di kampus. Siapa yang paling diuntungkan?" Sonya seperti makin mengerti alur ceritanya.

"Yaaa..kau benar. Jika Leo menjauh dari Bulan, jengah berada di kampus..maka itu sangat menguntungkan wanita murahan itu! Memang dia ingin menguasai Leo sepenuhnya. Oh..seberapa hebatnya Leo hingga dia melakukan hal keji seperti itu?" Dina berkata geram.

Ada nada cemas saat Sonya mengungkapkan kekhawatirannya.

" Yang menjadi kekhawatiran q saat ini adalah.. Dia tidak terima jika Bulan berada di atas nya. Walau Bulan sama sekali tidak berkeinginan merebut Leo kembali. Tapi sebelum melihat Bulan menderita seperti keinginannya..dia tidak akan melepasnya begitu saja. Aq khawatir ini belum selesai.."

avataravatar
Next chapter