webnovel

Hujan Hari Ini

••• Gerimis yang jatuh menyapa bumi, membasahi dedaunan, kota dan jalan dan juga membasahi pipi mu di gerimis hari itulah ruang pertemuan kita •••

Seseorang mulai bergerak lambat dibawah langit yang suram dan menangis dengan gerimis tipis, dia membenarkan jas hujannya selepas keluar dari mobil, dia merasa sangat sebal karena pagi sekali dia sudah ribut dengan ibunya sebab Hondie menolak untuk diantar ke sekolah bagaimana pun Hondie sudah dewasa jadi mungkin dia merasa gengsi untuk diantar ke sekolah.

Gerimis tipis membuat Hondie bosan dengan suasana sekolah yang sedikit pun tidak ada pembelajaran mungkin karena gerimis dibungkus rasa dingin membuat murid atau guru menjadi merasa malas, dia sendiri juga merasa menyesal karena sudah mau berangkat ke sekolah karena biasanya Hondie lebih memilih tiduran diatas kasur empuknya dengan selimut tebal tapi untuk hari ini dia dipaksa orangtuanya untuk pergi sekolah padahal dalam hati Hondie dia merasa ini paksaan tapi hal sebenarnya ya memang iya.

Hondie mengambil handphone nya sekedar melihat info di group kelas dan setelah itu kembali menyimpan handphone nya dan duduk malas di dalam kelas berbeda dengan gadis kecil berusia dua belas tahun yang sibuk bernyanyi dibawah lampu merah padahal Gerimis tipis masih belum teduh tapi demi makan hari

ini. Dia harus rela menantang gerimis dan bernyanyi dengan senyuman yang dipaksakan kalau bisa ditebak penghasilan hari ini juga sangat berbeda dari hari-hari biasanya, mungkin karena cuaca yang kurang mendukung membuatnya sangat sulit untuk mendapatkan sepesir uang karena gerimis seperti ini orang-orang lebih nyaman di tempat tidur atau sekedar duduk di sofa menonton tv sambil minum secangkir teh hangat.

Gadis itu duduk dengan pakaian yang basah duduk berteduh didepan gerbang sekolah SMA 1 Binuang, dia terlihat sangat redup karena hasil mengamennya sangat sedikit. Dia harus mengumpulkan lebih banyak lagi selain untuk makan siang dia harus membeli obat untuk ibunya yang sakit dari dia berumur sepuluh tahun, dan di mana ayahnya? Dia kehilangan ayahnya saat masih berumur delapan tahun, ayahnya meninggal karena kanker prostat tapi dia sendiri berusaha menguatkan hatinya dan bertahan hidup dengan mengamen. Hidup menjadi ibu untuk ibunya.

🎐🎐🎐

Gerimis tipis tergantikan dengan panasnya matahari yang berkisar diantara pukul dua siang, Gadis berusia dua belas tahun itu kembali berdiri di jalanan memukul botol kaca sambil bernyanyi dengan suaranya yang parau, dia sesekali menarik kedua sudut bibirnya saat ada orang yang berlalu lalang memberikan lembaran dan recehan, panas matahari yang berada di atas langit memang sangat garang semula pakaian gadis itu basah dan sekarang menjadi kering.

Dia melepaskan topi yang melingkar di kepalanya mengibaskan topi itu menghilangkan gerah dan keringat yang membasahi dahinya. Sekarang sudah waktunya pulang karena sedari tadi dia belum membeli nasi dan obat untuk ibunya, dia kembali memasang topi itu dan membawa uang hasil mengamennya di dalam plastik bekas taro lalu melangkah pelan-pelan menuju warung yang tidak jauh dari tempatnya itu.

sementara di sekolah Hondie membuang minuman yang baru saja dibelinya, karena juz apel itu terasa hambar lalu dengan sangat kasar membuka pintu mobil lalu masuk dan tancap gas keluar dari parkiran, teruntuk hari ini terasa sangat sial bagi Hondie sebab saat di dalam kelas tadi dia diceramahi guru bahasa Inggris dan saat pagi tadi dia bertengkar dengan ibunya dan saat membeli minuman tadi juga sangat menyebalkan terutama untuk Bibi kantin yang salah membuatkannya minum, padahal sudah sangat jelas kalau Hondie memesan juz mangga bukan juz apel tapi entah suara Hondie yang kurang nyaring atau mungkin Bibi kantin yang tidak jelas mendengar karena keributan anak-anak lain, oke Hondie menganggap itu masalah kecil dan tidak ada yang perlu disalahkan.

Hondie sendiri tidak suka berurursan apalagi hanya karena masalah sepele, Hondie menambah laju mobilnya berniat setelah pulang sekolah ini dia ingin memakan salat buahnya yang dibelinya tadi malam di pasar malam, Hondie memelankan mobil saat memasuki perbelokan setelah itu Hondie kembali menambah kecepatan mobilnya jalan tol benar-benar sepi jadi membuat siapa pun melaju dengan bebas termasuk Hondie yang ingin cepat-cepat memakan saladnya Hondie memutar lagu dengan volume yang sedang karena keasikan dengan alunan lagunya yang santai membuatnya sesekali memejamkan mata Hondie benar-benar keasikan sehingga melupakan jalan yang terbentang didepan matanya terabaikan.

Hondie masih memejamkan matanya menikmati lagu sedangkan mobil masih melaju dengan bebas, ketika lagu itu sudah hampir habis barulah Hondie membuka matanya dan saat itu Hondie berusaha menginjak pedal rem dengan kuat karena ada seseorang yang menyeberang Hondie sangat kesusahan saat itu tapi karena kelihaiannya dalam mengendarai mobilnya membuat nyawa seseorang terselamatkan.

Hondie keluar mobil dengan perasaan panik dan takut padahal Hondie sudah berusaha menginjak rem dan pada akhirnya dia tetap tidak bisa menghindari musibah Hondie mendekati seseorang yang meringis kesakitan Hondie sebenarnya panik karena melihat yang di tabraknya adalah anak kecil yang masih berusia antara dua belas tahunan ya kalau dikaitkan dengan sekolah sepertinya anak itu sudah kelas satu SMP.

"kamu tidak apa-apa? ada yang sakit?" tanya Hondie sambil mendekati anak itu.

"Kaki ku luka ka, perih!" ucap anak itu sambil meniup kaki sebelah kirinya yang sudah ditutupi cairan merah.

Tanpa banyak bicara Hondie mengangkat anak itu dan memasukkannya kedalam mobil sementara nasi putih yang terhambur di aspal hanya mampu di pandangi Hondie, Hondie dengan gesit putar balik menuju klinik terdekat dan setahunya ada klinik yang tidak jauh dari jalan tol ini ya kalau dikira-kira masih ada waktu jarak tempuh tujuh menit, Hondie sesekali melihat kebelakang karena takut darah yang keluar semakin banyak apalagi gadis kecil yang ditabraknya sangat terlihat kesakitan, tidak begitu lama Hondie sudah berada di parkiran dengan cepat Hondie mengendong gadis itu kedalam dengan cepat pula petugas kesehatan menanganinya Hondie benar-benar khawatir takut anak itu tiba-tiba kakinya harus diamputasi ah tidak Hondie menjauhkan pikirannya yang tidak-tidak.

🎐🎐🎐

Hondie merapatkan jaketnya, gerimis tipis kembali membungkus kota sedangkan AC yang berada di belakangnya membuatnya semakin merasa dingin. sejak tadi Hondie menunggu gadis kecil itu bangun dia berharap anak itu tidak pingsan lama-lama karena Hondie juga ingin pulang, dia baru teringat tentang nasi putih yang terhambur di jalanan tadi, Hondie berdiri dengan cepat dan pergi ke kantin membeli beberapa bungkus roti dan membeli dua botol air mineral, dan sedari tadi handphone Hondie juga terus berdering dan sedari tadi pula dia tidak mengangkatnya karena itu telfon dari ibunya dan Hondie sangat tahu pasti ibunya akan menanyakan kalau dia ada dimana? Sedang apa atau kenapa tidak pulang? Dan Hondie menganggap perhatian seperti itu terlalu berlebihan.

🎐🎐🎐

Next chapter