1 Kesaksian Palsu

Didalam sebuah kerajaan yang terlihat tenang dihalaman depan. Terdapat sebuah keributan di aula selir kerajaan.

Dengan tersedu-sedu selir Maya berada dipelukan sang suami, Pangeran Angkasa. Selir Maya yang basah kuyub berkata

"Yang mulia raja, hamba benar-benar sedih dengan perlakuan permaisuri Ayunda selama ini. Hamba tidak menyangka jika permaisuri masih belum puas menyiksa hamba"

"Ampuni hamba Ayahanda, hamba lalai mendidik permaisuri dengan baik. Maka, hamba rela jika permaisuri dihukum atas apa yang telah ia perbuat" Pangeran Angkasa memohon didepan ayahnya.

"Apa yang ingin kamu sampaikan permaisuri?"

"Hamba difitnah yang mulia. Selir Maya lah yang berusaha menenggelamkan hamba di sungai. Tapi selir Maya terpeleset dan jatuh kedalam sungai sendiri. Hamba berusaha menolongnya, tapi selir Maya menahan tangan hamba seolah olah hamba ingin menenggelamkannya.

Ketika itu pangeran Angkasa lewat dan menyaksikan keadaan yang salah." jelas permaisuri.

Aula kediaman selir hening seketika, hanya suara selir Maya yang menangis masih terdengar.

tak tak tak

"Prajurit ini hadir untuk memberi hormat kepada yang mulia raja"

"Ada apa?"

"Hamba adalah saksi kejadian yang sebenarnya yang mulia"

Selir Maya yang terkejut, seketika menghentikan tangisan yang dibuat-buat.

"Jelaskan!" perintah Raja.

"Baik yang mulia"

Prajurit menghampiri permaisuri dengan langkah pelan.

"Maafkan hamba permaisuri, hamba mohon ijin memengang tangan anda"

Karena tak mengerti, permaisuri Ayunda mengulurkan tangannya dan membiarkan prajurit menyentuhnya.

"Ini adalah bukti jika permaisuri lah yang dianiaya. Hamba menyaksikan sendiri ketika selir Maya menyeret permaisuri lalu mendorongnya untuk masuk ke sungai. Hamba ingin menolongnya, namun selir Maya terpeleset dan masuk ke sungai.

Kesaksian permaisuri memang benar yang mulia. Jika anda dan pangeran tidak percaya, cobalah anda cari dibagian mana selir Maya mendapat luka"

"Tidak yang mulia. Prajurit ini berbohong. Saya... Saya memang tidak mendapat luka apapun. Tapi saya memang dianiaya oleh permaisuri. Dia ingin membunuh hamba yang mulia" selir Maya berkata dengan nada tinggi.

Pangeran Angkasa berbisik dengan sedikit keras "Tenanglah selirku, aku akan tetap percaya padamu"

"Yang mulia..."

Sang raja mengangkat tangannya ke udara sebelum pangeran Angkasa berbicara terlalu banyak.

"Cukup pangeran! Jangan kau terlalu memanjakan selirmu. Jangan sampai kamu menyesal telah mempercayai istri seperti dia. Masalah ini sudah selesai. Anggap saja apa yang terjadi pada selir Maya memang kecelakaan. Semuanya kembali ke halaman masing-masing!''

**********************

"Dayang!!" Suara yang cukup keras terdengar di halaman selir Maya.

"Ya, putri. Ada yang bisa hamba lakukan?"

Selir Maya berdiri dari duduknya. berjalan mengitari ruangan yang sepi.

"Ya. Aku punya tugas untukmu" dengan senyum jahat yang membuat dayangnya merinding.

"Apa itu putri?"

Selir Maya mengambil sesuatu dari gaunnya.

"Berikan itu pada makanan permaisuri malam ini. Setelah itu, kamu harus bunuh diri. Kalau tidak, keluargamu yang akan aku bunuh!"

Dayang terkejut mendengar perintah dan ancaman selir Maya. Dengan terpaksa ia menerima botol berisi cairan yang ia yakini adalah racun.

''Ba.. baik putri"

Selir Maya mengibaskan tangannya, mengisyaratkan dayang untuk segera pergi.

Dayang berlari kearah dapur dengan air mata yang terus menerus mengalir dari matanya. Setelah dekat dengan tembok dapur, dayang utusan selir Maya mengendap endap masuk. Melihat kondisi dapur. Ia menemukan pelayan yang ditugaskan ke halaman permaisuri.

Mendekati pelayan dan mengalihkan perhatian sang pelayan. Dengan tangan gemetar ia menuangkan semua racun yang ia bawa dalam mangkuk makanan permaisuri.

Keluar dari dapur, dayang itu berjongkok disudut tembok. Tangannya telah menggenggam pisau dari dapur.

"Maafkan hamba permaisuri Ayunda. Hamba terpaksa melakukan ini. Hamba harap, hamba bisa menebus semua kesalahan hamba kelak di kelahiran hamba berikutnya"

Darah telah memenuhi lantai sudut dapur.

avataravatar