1 1. Kritis

Aku melawan arah, ya aku sedang dalam perjalanan. Rasanya aku ingin memutar sang waktu agar aku bisa tetap tersenyum. Namun sayang, ragaku terpenjara dalam dunia yang berbeda alam.

November 2011,

Namaku Dhifa. Aku sekarang Kelas 3 SMA, saat pulang sekolah aku mengalami kecelakaan yang cukup parah hingga aku koma tak sadarkan diri. Jiwaku terpisah pada raga dalam dunia yang sama namun berbeda alam.

Kalo kata sebagai orang, kondisi saat seseorang koma itu adalah mati suri. Atau lebih diartikan roh seseorang tidak bisa masuk ke dalam tubuhnya.

Genap 1 bulan sudah, pasien dengan nama lengkap Dhifa Mikeyla Ariesta Putri. Anak bungsu dari dua bersaudara. Putri dari bapak Setya, dan Ibu Dewi. Terbaring diranjang rumah sakit.

Detak jantungnya masih stabil. Namun, sudah beberapa kali sempat kritis. Kekhawatiran sang ibu menjadi-jadi. Tangis bahkan tak lekang dari pelupuk matanya.

Ibu mana yang tak sedih melihat anak gadisnya tak pernah ceria lagi. Senyumnya bahkan tak pernah ia tampakkan lagi.

"Ayah, Dhifa disini disamping ayah. "

Kalimat itu seakan menghantui pikiran Setya, sebab putri kecilnya itu sangat manja dengan dirinya. Putrinya itu kerap ditinggal sendiri dirumah. Pasangan suami istri itu sering sibuk mengurus putra sulung mereka, Dhirga.

"Yah, Dhi pasti bakalan sembuh. Jika Allah berkehendak, maka Dhi akan kembali tersenyum, yah. Percayalah. " ucap Dhirga yang baru saja sampai di depan kamar rawat inap adiknya. Sembari menatap ke arah roh yang tak lain adalah adiknya. Dhirga memeluk erat sang ayah.

Dhirga tau, adiknya itu sering kali melanggar perintah. Jarang sholat. Malas mengaji. Bahkan adiknya yang merupakan lulusan sekolah menengah pertama berbasis Islam pun, menjadi anak yang tak jauh dari club saat menduduki bangku sekolah menengah atas.

Mungkin ini teguran dari Allah.

Bayangan roh Dhifa perlahan mulai meninggalkan koridor kamarnya.

Kakak ku bernama Dhirga, ia sekarang memasuki bangku kuliah semester terakhir dan sedang menyelesaikan skripsinya.

Malam itu aku berjalan menuju rumah, entah sudah berapa lama tidak kembali kerumah. Tidak makan bahkan tidak mandi. Saat disepertiga malam, aku mendengar sebuah lantunan syahdu senandung lantunan ayat suci Al-Quran.

Pemuda itu seakan hendak menoleh. Ia merasakan ada seseorang yang berjalan ke arahnya.

"Ucapkan Assalamualaikum?"

katanya sembari menutup Al-Qur'an yang sudah selesai ia baca.

Aku tersentak, mana mungkin dia bisa melihatku karena aku adalah roh. Tubuhku saja sedang terbaring dirumah sakit.

Aku semakin mendekatinya melewati shaf-shaf yang kosong. Dan lagi lagi dia berkata,

"Maaf, bukan mukhrim. Mohon jaga jarak, dan apa nggak bisa ya, anak perempuan nggak keluyuran malem malem? Kalo mau tadarus kan bisa dirumah. Karena sebaik-sebaiknya perempuan, ialah perempuan yang betah dirumah. Lain kali, kalo ke masjid jangan lupa nutup aurat. Dan, nggak di jam segini juga, permisi saya duluan. Assalamualaikum. " ucap pemuda itu sembari berjalan meninggalkan masjid.

Hal-hal aneh terjadi, sempat tak percaya. Sempat menyangka bahwa aku sudah tiada.

Di bulan Desember dihari ke-19, aku genap berusia 17 tahun dan diminggu ke-3 bulan Desember itulah kakak wisuda, tapi apakah aku bisa memutar sang waktu agar aku bisa kembali, disaat aku berjalan sebelum kecelakaan tiba. Itu Mustahil.

Aku harap Allah mengabulkan doa ku.

Aku mau memperbaiki diriku ya Rabb. Maaf sudah sering kali berjalan dijalan yang salah.

Perlahan, semua tampak jelas. Ibu yang awalnya sempat pasrah, kini lebih tak ingin jika aku pergi. Semua bergantian, membacakan ayat suci Al-Quran. Mengirimkan doa agar aku cepat pulih. Teman-temanku pun datang bergantian. Melihat seorang gadis terbaring dengan alat medis disisi kanan dan kiri.

"Kelas sepi, Dhi. Nggak ada yang ngomel. Nggak ada yang teriak-teriak. "

"Bangun dong, Dhi. Katanya mau ke club bareng sama gue. " bisik Rebecca sahabatnya.

"Kata dokter gimana kondisinya, tante?" Tanya gadis yang masih mengenakan seragam putih abu-abu, dengan rambut yang di ikat satu dan kacamata hitam oval.

Dewi menjelaskan, tentang kondisi sang putri. Dokter bilang, sejauh ini memang belum ada perkembangan. Namun selagi jantungnya masih berdetak. Kita tidak ada yang tau rencana sang kuasa.

avataravatar
Next chapter