2 Pria Itu?

Apa kalian pernah mendengar jika mood di pagi hari menentukan segala aktivitas yang akan kita lakukan selama seharian penuh? Iya, tepat sekali. Dan Rachel menyetujui hal itu. Mood di pagi hari sangat berpengaruh terhadap segala kegiatannya. Jika mood nya tidak beres seperti saat pertama Rachel masuk kerja, sudah dipastikan akan ada hal-hal yang tidak di inginkan yang datang seharian penuh.

Yang biasa dilakukan pemilik mata hazel itu di pagi hari untuk membangun moodnya adalah meminum segelas cokelat panas karena ia tidak suka kopi, menebarkan senyuman, dan datang lebih pagi untuk menghindari orang-orang toxic yang bisa merubah moodnya dalam sekejap. Ketiga hal itu selalu ia lakukan semenjak OJT sampai hari ini, karena menurutnya hal itu penting untuk meringankan sedikit beban kerjanya nanti.

Kalau aku tidak salah ingat, hari ini genap enam bulan kau bekerja di perusahaan ini kan, Rachel?

"Good morning my baby Rachel." Tidak perlu menoleh untuk tahu siapa pemilik suara ceria itu. Ah, ternyata bukan kau saja yang ingin membangkitkan mood di pagi hari.

"Morning, Cass." Rachel memeriksa jam tangannya, "Tumben jam segini kamu udah datang?"

Rachel tahu Cassie selalu datang beberapa menit menjelang jam masuk kerja. Tetapi hari ini tumben sekali dia datang sepagi ini.

Cassie yang tidak langsung menjawab pertanyaan Rachel membuat gadis berambut pendek sebahu itu penasaran dan menoleh ke arah teman satu divisinya itu.

"Cass?" Masih tidak ada jawaban.

Rachel melambaikan tangan di depan wajah Cassie dan langsung ditepis dan memberikan death glare untuk Rachel. Cassie kemabali memalingkan wajahnya dan kembali tersenyum. Perhatian gadis itu terfokus pada satu titik. Rachel yang tidak mengerti apa yang terjadi pada Cassie langsung mengikuti arah pandang gadis disebelahnya dan berhenti pada sebuah pilar di ujung lobby.

"Astaga dia ganteng banget kan, Chel?" Rachel menoleh ke arah Cassie yang masih tersenyum manja.

"Dia siapa?" Alis Rachel saling bertautan.

"Itu, si Arka." Cassie menunjuk seseorang dengan dagunya, "Arah jam satu."

Rachel kembali mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk Cassie. Arah jam satu? Berarti dekat pilar itu kan?

Yang ia lihat disana hanya sekumpulan pegawai wanita yang sepertinya sedang bergosip, seorang office boy yang sedang membersihkan lantai, dan juga beberapa orang pria paruh baya yang sepertinya memegang jabatan tinggi di kantor ini. Rachel mengerutkan dahinya ketika ia tidak menemukan seseorang yang masuk dalam kriteria 'ganteng' dalam versinya.

"Yang mana sih? Dia?" Rachel menunjuk asal pria tambun yang berada di 'arah jam satu' sesuai petunjuk yang diberikan Cassie.

Dan tanpa diduga Cassie mengangguk dengan semangat, "Ganteng kan? Aset berharga perusahaan tuh." Gadis itu tersenyum genit.

Kerutan di dahi Rachel semakin dalam. Ia tidak salah dengar kan tadi Cassie menyebut pria berbadan besar yang memakai kacamata itu tampan?

Bukan, bukan maksudnya untuk menghina fisik seseorang, ia tidak bermaksud kesitu. Hanya saja untuk seorang Cassie si selebgram terkenal paling up to date dan fashionable memiliki tipe pria yang seperti-- Ah! Astaga! Sekali lagi, ia tidak bermaksud menghina fisik seseorang. Ia hanya terkejut.

"Kayaknya kamu harus periksa mata, Cass." Ujar Rachel sambil berjalan meninggalkan Cassie yang masih setia mengamati pria di ujung sana.

Sepertinya kau yang harus periksa mata, Rachel. Bukan pria itu yang Cassie maksud, tetapi yang-- ah sudahlah. Nanti juga kau tahu sendiri.

.

.

Rambut acak-acakan menjadi penampilan utama Rachel di jam istirahat kali ini. Hari ini benar-benar luar biasa. Dimulai dari pagi nya yang tidak bisa setenang biasanya karena Cassie dan Mario datang lebih awal dari biasanya, merecoki Rachel yang sedang berkonsentrasi dengan obrolan mereka berdua yang mengganggu pendengaran. Ditambah lagi deadline pekerjaan closingan yang membuat Rachel benar-benar stres.

"Arka makin hari makin ganteng aja...."

"Iya, dia makin keren..."

Suara bisik-bisik para pegawai yang duduk di belakang Rachel terdengar saling bersahutan. Suasana kantin semi outdoor ini memang selalu ramai saat memasuki jam makan siang. Dan kali ini kehadiran seorang pemuda tampan yang sedang mengantri di etalase makanan menambah ramai suasana kantin.

Rachel yang tidak tahan dengan bisik-bisik dibelakangnya langsung mengalihkan pandangan dari jus jeruk yang ia pegang ke arah antrian di etalase makanan di depan sana. Dan ya, ia kembali melihat pria tambun yang tadi pagi di depan sana.

Ingin rasanya Rachel tertawa sekeras mungkin. Pria itu kan yang sedang mereka bicarakan? Padahal menurut Rachel masih ada yang bisa masuk dalam kriteria 'tampan' di perusahaan ini. Misalnya saja Manager di divisi marketing, atau pimpinan mereka di perusahaan ini. Tetapi kenapa-- Pfft. Rachel benar-benar mempertanyakan selera para pegawai wanita disini.

"Yo, tumben kamu datang pagi-pagi buta." Cassie memulai pembicaraan.

Mario meneguk jus jeruk nya, "Iya, gara-gara si Arka minta pergi bareng."

Rachel yang masih sibuk dengan sup ayamnya masih terdiam memperhatikan, tidak ikut dalam pembicaraan mereka berdua.

"Oh kamu pergi barengan Arka?" Tanya Cassie sambil memakan sandwich yang ia bawa dari rumah.

Mario mengangguk, "Iya. Katanya ada yang harus dia kerjain pagi-pagi. Gila, dia bawa motor aku udah kayak pembalap. Kalian tahu, aku hampir mati jantungan."

Dari pembicaraan ini Rachel menarik satu kesimpulan. Sepertinya Mario berteman baik dengan pria bernama Arka itu.

"Dia yang nyetir?"

Mario mengangguk, "Aku ga ada tenaga buat bawa motor pagi-pagi buta."

"Astaga gak kebayang deh gimana kerennya dia bawa motor kamu." Kata Cassie dengan mata yang berbinar-binar.

Rachel memutar mata malas, "Ya jelas aja gak kebayang. Kalau dia yang duduk di jok belakang motor sport nya Mario, bisa-bisa jumping itu motor."

Kalian tahu kan motor sport yang keren itu? Motor dengan body sedikit besar dan terlihat gagah jika berkeliaran di jalan raya itu. Rachel membayangkan pria tambun di depan sana duduk di atas jok belakang motor Mario yang space nya kecil itu dan Mario yang menyetir motornya. Bukankah dari beratnya saja sudah jelas berbeda? Rachel yakin Mario dan temannya itu tidak akan sampai di kantor jika memang Mario yang menyetir.

Seketika Mario dan Cassie terdiam dan saling pandang tidak mengerti mendengar celetukan Rachel.

"Apa?" Tanya Rachel yang mendapatkan tatapan aneh dari kedua temannya.

Rachel kembali meneguk jus jeruk miliknya dengan wajah datar tanpa memerdulikan kedua temannya yang masih memandangnya heran.

Rachel, aku sarankan kau tanya pada mereka berdua 'Arka' yang sebenarnya sebelum pikiran liar mu itu kembali memikirkan hal-hal yang tidak masuk akal seperti tadi. Kau sudah salah paham, astaga!

.

.

To be continued

avataravatar
Next chapter