1 Prolog

Apa kalian jijik pada seorang pecandu Game? Seorang pecandu Anime? Seorang pengurung diri?.

Tenang saja! Mereka masihlah Manusia, Kok.

Sama  seperti  biasanya,  aku  sedang bermain  game  RPG  yang  membuatku  serasa  ingin  masuk  ke  dalam  suasana  game  itu.  Tapi  aku  sadar,  kalau  hal  semacam  itu  tidaklah  mungkin. Karena  hal-hal  semacam  itu,  hanyalah  fantasi  Manusia  yang  memang  tanpa  batas.

Sama halnya dengan burung phoenix. Hal itu hanyalah sebuah fantasi. Kau  tahu  tentang  burung  phoenix?  Tentu  saja  kalian  tahu,  karena  burung  itu  sudah  sangat  terkenal,  dan  itu  adalah  salah  satu  burung  yang  aku  idolakan.  Aku  harap  burung  phoenix  itu  tidak  marah  di  idolakan  oleh  orang  sepertiku.

Setelah  tiga  hari  dua  malam  bermain  game,  mataku  terasa  sangat  panas  dan  gatal,  tapi  aku  harus  keluar  rumah  hari  ini.  Bukan  untuk  sekolah  atau  apa,  tapi  untuk  membayar  wi-fi  yang  lupa  aku  bayar,  dan  karena  hal  itu  juga  aku  berhenti  bermain  game.

Aku  keluar  dari  kamarku  dan  berjalan  keluar  rumahku.  Kedua  Orang  tuaku  sudah  lama  meninggal. Dan  aku  hanya  hidup  dari  pensiunan  Ayahku.

Setelah  selesai  membayar  di  Alfimart, aku  langsung  berjalan  pulang.  Sungguh!  Itu  adalah  hal  yang  paling  berat  untukku,  maksudku  adalah  saat  aku  berbicara  dengan  penjaga  kasir  dan  tanpa  sengaja  menyentuh  tangannya  saat  aku  mengambil  kembaliannya. Tentu saja si penjaga kasir itu adalah seorang wanita.

Saat  aku  sedang  dalam  perjalanan  pulang,  aku  tidak  tahu  apa  yang  terjadi, tapi kumpulan  awan  hitam  berkumpul  di  atas  kepalaku.

Tunggu  dulu!  Memangnya  kepalaku  itu  sebuah  lapangan  pendaratan  awan  hitam  apa?.

Dan  setelah  aku  sadar  ada  yang  aneh,  ternyata  awan  itu  mengeluarkan  petir  dan  menyambarku.

Aku  tidak  sadar  setelah  hal  itu  terjadi,  dan  satu-satunya  hal  yang  aku  ingat  beberapa  menit  sebelum  itu,  hanyalah  tersambar  petir  itu  terasa  sangat  menyakitkan  dan  mengejutkan.  Kau  tahu,  semacam  shock  theraphy.

***

Aku  membuka  mataku  dan  sadar,  kalau  aku  sedang  duduk  di  sebuah  kursi  yang  terasa  sangat  nyaman,  seperti  aku  ingin  selamanya  duduk  di  kursi  ini.

Aku  melihat  sekitarku,  dan  yang  aku  lihat  hanyalah  ruangan  yang  sangat  gelap.  Atau  bahkan  mungkin,  ini  bukan  di  dalam  ruangan.  Aku  tidak  tahu  di  mana  ini.

Saat  aku  sedang  melihat  sekitar  dan  berpikir  di  mana  aku,  sebuah  suara  serak,  basah,  dan  tegas,  terdengar  di  depanku,  lalu  di  saat  yang  sama,  di  depanku  terlihat  sebuah  kursi  juga,  dan  seseorang  yang  juga  duduk  sambil  menyilangkan  kakinya.

Sekarang hanya ada dua cahaya yang terlihat disini, yaitu tempat dimana aku duduk, dan juga dimana orang itu duduk.

"Kau  tau  kenapa  kau  bisa  ada  di  sini?"  Tanya  orang  itu.  Dia  memakai  sebuah  baju  batik  dan  juga  celana  batik  panjang,  dia  itu  mirip  seperti  orang yang cinta pada budaya Indonesia.  Aku  tidak  bisa  melihat  wajahnya  yang  di  penuhi  kegelapan.

"Yah...  nggak  tau,  lagian...  aku  ini  ada  di  mana  sih?"  Tanyaku  dengan  gugup.

"Kau  tau  alam  baka?  Kau  ada  di  sana."

"Eh...  jadi...  aku  udah  mati?"

"Iya."

"Kenapa  aku  bisa  mati?"  Tanyaku  lagi. 

Sebenarnya  masih  sangat  banyak  pertanyaanku  untuknya,  karena  aku  memang  sedang  sangat  bingung.

"Itu  tidak  penting.  Yang  penting,  apa  kau  ingin  hidup  lagi?"

Apa'an sih si cinta budaya ini? baginya mungkin tidak penting, tapi bagiku ini sangat penting.

"Yah...  mungkin."  Jawabku  ragu.

"Kalau  begitu,  aku  akan  berikan  kau  sebuah  kekuatan,  kau  bisa  memilih  salah  satu  dari  daftar,"  Dia  nengeluarkan  sebuah  buku  dari  balik  bajunya.  "Kekuatan  sihir  yang..."

Aku  memotongnya, "Aku  nggak  akan  mau  baca  sebegitu  banyak."

"Jadi  loe  maunya  apa,  kampret?"

Hah?  Aku  ingin  tahu,  dia  ini  sebenarnya  siapa  sih?.

"Kalo  gitu,  aku  mau  punya  kekuatan  kaya  burung  phoenix."

"Hoo~  Pilihan  yang  bagus,  walau  sebenarnya  itu  tidak  ada  di  buku  ini  sih."

Orang  itu  tiba-tiba berdiri.  Dan  saat  orang  itu  berdiri,  lingkaran  sihir  berwarna  hitam  terbentuk  di  bawahnya  dan  di  bawahku.

Dengan  sendirinya  aku  berdiri,  "Apa  ini?"  Tanyaku  panik.

"Dengan  kekuatan  para  Dewa  dan  atas  permintan  maaf  kami."

Para  Dewa?  Apa  maksudnya?  Apa  dia  itu  Dewa?  Dan  kenapa  dia  meminta  maaf?.

"Aku  bangkitkan  dan  berikan  kau  sebuah  bakat  di  dunia  yang  terbentuk  lima  ratus  tahun  silam."

Dan... segera  setelah  dia  merapal  itu,  cahaya  putih  biru  menghujani  tempat  aku  berdiri.

avataravatar
Next chapter