3 Healer

Yugala hanya tertawa canggung, menanggapi tanggapan dokter. Dokter itu membahas job healer dengan teliti, dan menerka kalau Yugala mendapatkan skill berguna untuk menyembuhkan dirinya sendiri.

Karena skill itu terkenal tidak berguna, kalau Yugala ingin masuk melakukan pembersihan di menara. Yugala mendengarkan dengan seksama, dan sadar kalau hunter dengan job sepertinya jumlahnya sedikit.

Semakin sedikit lagi yang menggangtungkan hidupnya dengan melakukan pembersihan, tetapi kalau terjadi kebocoran menara.

Mereka harus mengutamakan kepentingan manusia biasa yang ada di sekitar mereka, secara tidak langsung mereka harus mau menjadi sandbag.

Siang harinya, adiknya datang sambil membawa buah. Terkejut melihat kakaknya saat ini sedang melihatnya dengan alat bantu pernapasan yang sudah di lepas.

"Kakak!... lo gak apa-apa? Sudah sehat? Kok…"

"Gue jadi hunter… terus gue pakek… jadi kayak gini…" ujar Yugala sambil memakan apel yang dia ambil dari tangan adiknya.

"Kalo gitu… job lo… yang…"

"Iya"

"Syukur kak… yang penting ada jaminan kakak sehat terus" ujar adiknya sambil memeluk Yugala yang membuat dirinya terharu.

"Gue kira lo… mau ngatain gue… dek"

"Memang itu job gak berguna, tapi gue lebih nyaman kalo lo kerja kayak manusia biasa aja… gak usah ikut masuk ke… menara itu…lo cari kerja yang normal saja"

"Tapi gue.."

"Kalo lo terluka… gue yang nambah lukanya" ujar adek Yugala sambil memukul badan kakaknya.

"Aduh… duh.. iya… iya" rintih Yugala kesakitan.

Setelah 2 minggu Yugala pindah ke kamar yang lebih sederhana, tiba-tiba datang sosok bocah laki-laki yang langsung memeluk Yugala yang sedang duduk di kasurnya sambil makan apel.

"Kakak!!!" teriak bocah laki-laki itu sambil berlari dari pintu.

"Ha… adek… siapa? Orang tua mu dimana?" tanya Yugala yang bingung, tapi badannya reflek bergerak membalas pelukan dari bocah laki-laki itu.

Dari pintu masuk adeknya bersama dengan sosok wanita yang tidak di kenalnya masuk ke dalam ruangannya. Lalu menyodorkan tangannya, mengajak Yugala untuk berjabat tangan.

Yugala hanya menyambut tangan itu, tapi masih tetap merasa kebingungan.

"Terima kasih… Yugala.. "

"Oh.. iya.. iya.. apa?"

"Maaf kak… kakak saya ini [Plaak] kayaknya masih belum sadar sepenuhnya" sahut adiknya Yugala sambil memukul punggung kakaknya.

"Aduh sakit… sa… iya.. saya lupa anda siapa ya? Kita pernah bertemu dimana?" tanya Yugala.

"Kita belum bertemu pernah bertemu sama sekali, tapi apa kamu sudah lupa sama adik saya?" tanya wanita itu sambil membelai bocah yang memeluk Yugala.

Yugala menatap wajah bocah itu sambil mengingat dimana dia bertemu, dan apa yang dia lakukan. Bocah yang sekarang memeluknya, menatap Yugala dengan penuh harapan Yugala bisa mengingat dirinya.

"Ah… adek ini… yang salah selamatkan terakhir kali di mobil?"

"Iya!!..." ujar bocah laki-laki itu sambil tersenyum dengan senang.

Kakak bocah itu mulai memperkenalkan diri, namanya Rosa. Dia mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Yugala, karena sudah mengorbankan dirinya demi menyelamatkan adiknya yang bahkan tidak Yugala kenal sebelumnya. Rosa juga bertanggung jawab dengan biaya pengobatan rumah sakit dan ingin memberikan sejumlah uang juga.

Tapi adik Yugala menolak menerimanya dengan alasan yang menerima seharusnya kakaknya yang sudah mengorbankan diri.

"Jadi… apa kamu mau menerima rasa terima kasih ku ini?" tanya Rosa kepada Yugala sambil memberikan amplop tebal.

"Duh… gak usah terima kasihnya sudah ucapan sama biaya rumah sakit… sebentar lagi saya juga keluar dari rumah sakit… jadi tidak usah sampai begini…"

"Tapi anda pasti butuh uang ini… bisa anda gunakan semestara waktu sebelum mendapatkan pekerjaan"

"Ah… hahahah… saya kebetulan menjadi hunter… jadi uang yang nanti saya dapatkan cukup buat usaha lain… hahahaha"

"Selamat!!... job apa yang anda pilih?"

"Kebetulan saya dapat job Cuma satu… itu job saya Healer"

"Selamat… kalau begitu setelah mendaftarkan diri anda menjadi hunter… bagaimana kalau masuk ke dalam Guild saya?"

"Tidak perlu… anda juga pasti tahu kalau job saya termasuk job yang… justru nanti saya memberikan beban kepada anda… tidak usah"

"Bagaimana kalau saya membantu anda untuk mendaftarkan diri anda menjadi hunter" ujar Rosa lagi yang masih ingin membalas kebaikan Yugala meski hanya sedikit.

"Baiklah kalau begitu… saya serahkan kepada anda… tapi jangan bantu saya untuk tes jobnya… saya bisa datang sendiri kesana"

"Oke… terima kasih sudah mau menerima bantuan saya" ujar Rosa dengan nada senang.

"Saya yang seharusnya berterima kasih kepada anda" balas Yugala yang merasa tidak enak.

"Sebenarnya… adik saya ini sulit untuk bisa berbicara dengan orang lain selain saya, karena saya yang semakin sibuk jadi… adik saya mungkin merasa kesepian… saya jadi jarang melihat adik saya tersenyum. Tapi setelah anda menyelamatkannya, dia selalu berbicara tentang keberanian anda… akhir-akhirnya ini saya merasa lebih dekat dengan adik saya… itu semua karena anda" jelas Rosa sambil tersenyum.

"Kalau boleh tahu… apa pekerjaan anda"

"Kak!... kak Rosa ini hunter acher peringkat 13 dunia lho…" sahut Anisa.

"Ah… benarkah? Hebat sekali anda… saya tidak mengira peringkat anda 13"

"Hahahha… kebetulan saya beruntung… tapi keberuntungan saya… sayangnya tidak bisa menyelamatkan adik saya sendiri…"

"Jangan begitu… pada saat itu kebetulan saya datang menyelamatkan… kalau bukan saya pasti ada orang lain yang menyelamatkan adik anda" balas Yugala.

Sejak itu Alex, nama bocah laki-laki itu sering mengunjunginya bersama dengan pengawal. Mengajaknya bermain game, atau sekedar menemaninya sambil Alex membaca buku pelajaran. Yugala tidak masalah dengan kehadiran Alex, begitu juga dengan Anisa.

Nama dari adik Yugala, mereka berdua menjadi semakin dekat dengan Alex. Mulai menganggap Alex sebagai adik mereka, bahkan lebih sering mereka berdua yang menghabiskan waktu bersama Alex dari pada Rosa.

Yugala datang ke Asosiasi Hunter, sendirian. Setelah menunjukkan ktp, petugas langsung mengajaknya ke ruangan tes. Di dalam ruangan tes sudah ramai dengan hunter yang mengikuti tes job masing-masing.

Ada sekitar 8 orang dengan dirinya, tes di salah satu sudut ruangan disana. 7 orang di depannya memilih menunjukkan skill mereka dengan menyembuhkan orang lain.

Yugala dengan percaya diri maju ke depan, meskipun hunter lain memang memandang hunter job healer dengan sebelah mata. Yugala sangat merasakan pandangan hunter lain, sejak berjalan masuk.

"Jadi… apa yang akan anda tunjukkan… apa saya perlu cari hunter lain yang terluka?" tanya penguji dengan profesional.

"Tidak perlu… bisa saya pinjam salah satu pulpen anda?"

"Ini… silahkan" balas penguji sambil kebingungan.

Yugala lalu menggenggam kuat pulpen itu, tiba-tiba menusukkan ke tangannya. Darah mengucur dari telapak tangankiri Yugala, siapapun yang melihat disana pasti terkejut kaget termasuk penguji.

Mereka semua tidak pernah memiliki pengalaman sadis seperti itu, Apalagi para hunter baru yang memiliki pikiran yang masih lurus dan tidak memiliki pengalaman seperti itu. Kecuali Yugala yang sudah pernah mengorbankan dirinya.

Yugala menarik kembali pulpen, lalu mengaktifkan skill heal miliknya. Perlahan luka tusukan mulai sembuh, dalam waktu kurang dari 1 menit luka Yugala sembuh tanpa bekas luka.

Membuat penguji terkesiap, lalu bertanya dengan perasaan penuh pensaran ke Yugala.

"Skill anda hebat sekali… 5 kali lebih cepat dari pada healer yang sudah pernah saya uji. Apa level skill anda?"

"level C"

"C? level skill ini sama dengan Petra… healer yang saat ini berada di peringkat 10 di Indonesia… apa skill anda ini bisa di pakai ke orang lain? Kalau bisa saya akan memberikan ijin level C juga"

Yugala berpikir kalau dia jujur sekarang, pasti akan banyak orang yang mengganggu hidupnya.

"Tidak… hanya untuk ku sendiri…"

"Ah… sayang sekali… kalau begitu saya berikan sama dengan yang lainnya… anda dapat ijin level E"

"Apa bedanya dengan C?"

Penguji menjelaskan dengan profesional pembagian ijin dari lantai menara yang berhasil ditaklukan sampai sekarang yaitu lantai 30. Ijin level E bisa masuk sampai ke lantai 5, Ijin level D sampai ke lantai 10, ijin level C sampai ke lantai 15, sedangkan untuk B dan A sampai ke lantai 30.

"Apa di setiap lantai ada penjaga? Sampai saya harus menaati peraturan itu" tanya Yugala penasaran sambil menerima kartu ijinnya.

"Tidak ada… itu untuk keamanaan anda, sebenarnya tidakada masalah selama anda mendapatkan ijin dari menara untuk naik ke lantai selanjutnya… "

"Baik… terima kasih" ujar Yugala sambil tersenyum tipis.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter