1 Hidden girlfriend : page 1

Di pagi yang pilu, kini kebahagiaan itu hilang .

Seorang wanita berdiam diri setelah semua pelayat satu persatu pergi sesekali mencoba sedikit menghilangkan rasa duka cita padanya. Wanita berbalut pakaian serba hitam sebagai tanda bahwa ia sedang berduka cita sekarang menjadi yatim piatu.

"Kami turut berduka cita"

"Semoga kamu bisa ikhlas ya, nak"

"Semoga tuhan menempatkan pak Haris ke tempat terbaik".

Setelah kejadian sial sering menimpa Hana, kini ia makin terpuruk kala orang satu-satunya dalam kehidupannya meninggalkannya untuk selamanya.

Dibalik tanah kuburan, batu nisan serta bunga-bunga memperindah tanah pemakaman di depan matanya saat ini, Hana terus mengenengadahkan kepalanya menahan tangis karena tepat hari ini juga ia mendapat kabar bahwa ia di PHK dari pekerjaannya akibat gulung tikar.

Hidupnya di kota Jambi sudah tidak ada harapan lagi baginya.

Air matanya terasa kering dan sembab sampai terbesit dalam benaknya ia merogoh saku menelpon seseorang dari Jakarta. Kontak dengan nama Hans Dikra tertulis berdering yg berarti masih ada sebuah harapan jika sepupunya akan berbaik hati padanya .

"Hans, ini gue Hana.. Boleh gak gue tinggal di tempat lo"

"Gue tau lo sedang berduka cita, tapi apa itu jadi keputusan tepat pindah ke sini" jawaban suara Hans di seberang sana menaruh bingung oleh ucapan Hana dengan keputusan mendadaknya.

"Hans, Lo kan sepupu gue. kenapa lo biarin gue sendirian jadi gelandangan disini tanpa orang tua dan tempat tinggal" desak Hana meyakinkan Hans.

"Tenang. Gue gak bakalan ngerepotin lo kok" lanjutnya.

"Ta-tapi.... Han..Hana"

Panggilan Hans sengaja Hana putus. Hana sedikit mengulum senyum tangannya memegang ponsel menatap batu nisan ayahnya.

"Tenanglah ayah, susul ibu dan doakan anakmu ini bahagia".

Pintah Hana sudah yakin akan keputusannya pindah ke kota metropolitan bersama sepupunya Hans.

Hana bersumpah tidak akan merepotkan Hans sama sekali.

Di sana, Hana akan mengumpulkan pundi-pundi uang untuk membeli tempat tinggal baru dan membayar semua tagihan numpang hidup di kota besar itu nantinya.

Setelah panggilan itu sudah terputus dari seberang sana, dahinya berkerut. Lalu suara lirih memanggil Hans sembari menggoyangkan tangannya.

"Hans, kamu gak apa-apa kan?"

Hans langsung terbuyar oleh suara Gina yang memanggilnya.

Hans mendesis " eitss. tenanglah, aku baik-baik saja".

"tadi siapa yg telpon kamu?" tanya Gina.

"sepupu aku"

"sepupu yg mana?" tanyanya kembali seperti mengintrogasi Hans.

"Dia Hana, sepupuku dari Jambi. dia baru saja berduka cita karena ayahnya meninggal dunia, dan dia bakal ke Jakarta" jelas Hans.

Gina melihat raut wajah kekasihnya tampak lesu dan kebingungan karena sepupunya yg dari Jambi akan ke Jakarta.

"aku turut berdukacita. kapan dia akan ke Jakarta?"

"katanya secepatnya" nafasnya berhembus pelan lalu melanjutkan kata-katanya " karena dia ini anak tunggal dan gak ada saudara di sana pasti dia kesepian.makanya dia ingin pindah kesini".

Gina hanya diam sambil terus mendengarkan curhatan Hans. Gina sangat percaya jika Hans orang yg jujur dan mengungkapkan semuanya keluh kesahnya padanya.

"Dia udah aku anggap seperti adikku sendiri".

"jadi kesimpulannya?" Tukas Gina.

"aku cukup takut jika dia akan tinggal bersama kita, nanti takut terjadi apa-apa jika tidak ada aku di sampingnya". Lanjutnya kesal menutup wajahnya dengan kedua tangannya putus asa.

"aku paham posisimu saat ini, kamu takut jika sepupumu tinggal bersama kesepuluh pria dalam satu atap dan saat kamu tidak bersamanya teman-temanmu bakal melakukan sesuatu ke Hana"

Gina mencoba menemukan solusi bak mengerjakan soal matematika, dia juga ikut berfikir seperti Hans. "coba kamu diskusi dulu sama teman-temanmu besok? gimana?"

"apa itu bisa?" Hans membuka kedua tangannya saat itu juga ia berfikir sama seperti apa yg di katakan Gina.

"belum apa-apa sudah negatif thinking" Celetuk Gina sambil mendesah lirih.

"gak gitu, sayang. cuma apa mereka mau terima Hana di tinggal mereka"

"jangan nyerah gitu aja, coba dulu" jawabnya sambil tersenyum.

"baiklah".

Mungkin saran Gina bisa berguna untuk bahan diskusi Hans besok memutuskan apakah mereka mau menerima Hana tinggal bersamanya dan Hans sangat berterimakasih pada Gina karena dia memberikan kepercayaan lebih padanya tanpa memikirkan ego.

"nanti kalo dia sudah sampai ke Jakarta, aku bakal kenalin dia ke kamu".

Gina mengangguk mengiyakan.

"tapi kamu jangan cemburu ya kalo Hana dekat sama aku" Hans terkekeh geli melihat pipi Gina memerah.

"nggak lah. tenang aja aku percaya kamu kok"

---

Hujan deras menemani kesedihan kini menghantui hati Arjun kala ia mengetahui jika cintanya hanyalah bertepuk sebelah tangan. pria itu hanya menunduk dalam-dalam menahan bulir air matanya yg siap menetes bercampur air hujan.

"maaf Jun, aku gak bisa jatuh cinta sama kamu". lirih seorang wanita saat dia mulai melepaskan tangannya.

"kenapa?" sahut Arjun masih tertunduk.

"a aku tidak bisa. aku mencintai orang lain dan pria itu akan menjadi suamiku"

"Rina, apa maksudmu?"

"iya Jun, aku akan menikah dengannya. tolong. jangan jatuh cinta padaku". pintahnya seraya mengambil cincin dari jari manisnya. kemudian dia meraih telapak tangan Arjun menyerahkan kembali cincin yg pernah Arjun belikan untuknya.

tolong, jangan jatuh cinta padaku.

sebuah kalimat perintah agar Arjun tak menaruh perasaan lebih pada Rina.

Dengan cepat-cepat Rina akhirnya menghilang menyisahkan Arjun termenung sendiri sembari menggenggam tangannya. Cincin yg harusnya lebih bernilai untuk sang pujaan hati justru kembali padanya.

Kini langkah kakinya semakin berat. harusnya ia sudah sampai justru kakinya kaku untuk sekedar berjalan.

"Arjun, Lo kenapa" panggil Rayhan.

Dilihatnya Arjun sangat basah kuyup dan keadaannya sangat menyedihkan.

"Jun"

"Arjun"

Rayhan terus memanggilnya namun Arjun mengacuhkan Rayhan begitu saat melangkah menuju kamarnya.

Rayhan berdecak kesal " yah..nih anak kenapa dah?

"kenapa Ray" seru Dino menepuk pundak Rayhan.

"tuh si Arjun. gue tanyain dia abis dari mana malah diam aja" ketus Rayhan.

"terus?"

" gue di kacangin lah" jawab Rayhan masih dalam keadaan kesal.

"mungkin dia emang lagi gak mood aja. sabar Ray" jawab Dino sembari menepuk-nepuk pundaknya pelan memendam kekesalan temannya.

Tiba-tiba Joshua yg sedari tadi di ambang pintu melihat punggung teman-temannya membelakanginya berdehem.

"Ehemm"

Dino dan Rayhan langsung kaget melihat Joshua di belakang mereka pulang tanpa sambutan.

" sorry kak" Rayhan menggaruk tengkuknya.

"tadi ada apa?" tanya Joshua.

"tadi Rayhan di cuekin Arjun" seru Dino.

"baru beberapa menit datang niatnya pingin menyambut tapi malah pergi gitu aja". sahut Rayhan "Arjun kacau banget keadaannya, udah kehujanan di tambah lagi kayak abis nangis" lanjutnya menjelaskan.

"apa dia lagi ada masalah?" tanya Joshua.

"gak tau juga sih" jawab Dino mengendikkan bahu.

avataravatar
Next chapter