1 Murid Baru

Bell tanda masuk baru saja berbunyi, murid-murid yang masih berada di luar kelas segera masuk ke dalam kelas mereka masing-masing. Sedangkan yang sudah berada di kelas mulai duduk rapi di bangku-bangku yang biasa mereka tempati.

Beberapa murid yang memang tidak bisa diam, tampak berjalan-jalan di dalam kelas. Beberapa murid yang lain juga walupun sudah duduk rapi, sambil menunggu guru masuk memilih untuk mengobrol ringan dengan teman sebangku mereka.

Hal yang sama juga di lakukan dengan gadis berwajah cantik yang duduk di barisan ketiga kalau di hitung dari pintu dan menempati posisi meja kedua dari arah depan. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi tampaknya sedikit mengasyikkan.

"Eh kata mamaku ada murid baru hari ini," ujar gadis yang duduk di sampingnya. Elle namanya, mencoba menarik perhatian lebih dari teman sebangkunya. Sekedar berbagi informasi yang baru saja ia ketahui tadi malam oleh mamanya, yang salah satu guru di sekolah ini.

"Terus?" perempuan pemilik mata jernih itu tampak tak perduli dengan apa yang di katakan oleh teman sebangkunya. Sekarang dia lebih memilih sibuk membaca novel nya.

"Yah masa kamu gak tertarik sih? Kamu orang pertama lo Mil yang aku kasih tau, biasakan kamu selalu antusias kalau ada anak baru." Elle memasang wajah cemberutnya, karena usahanya untuk mengajak ngobrol Emily tidak bertahan lama, karena perempuan itu lebih memilih sibuk dengan aktifitas.

Ini sudah biasa bagi Elle menghadapi Emily yang kadang kumat-kumatan seperti ini. Bicara dengan Emily juga harus berhati-hati sekali, karena mereka sudah lama berteman jadi dia sangat tahu sifat-sifat yang di miliki Emily. Termasuk sikap kasar dan pendendam yang selalu Emily tujukan kepada siapapun yang menggangunya.

"Aku sih gak masalah kalau dia gak ada buat urusan sama aku. Hidupku udah banyak masalah El." Naina menoleh pada Elle. "Kamu tau kan?" Emily tersenyum manis.

Elle ikutan tersenyum melihat bibir Emily yang bergerak melengkung ke atas, membuat bentuk seperti bulan sabit. Mungkin hari ini Emily sedang merasa senang jadinya mengeluarkan senyuman manisnya yang sangat jarang terlihat. Dia biasanya juga sering tersenyum, tapi bukan senyum seperti ini, melainkan senyuman miring yang penuh arti.

"Iya deh," sahut Elle. "Tapi aku bakalan terus dukung kamu. Mau kamu gimanapun juga." Elle bersorak antusias, tidak kuat, hanya mereka berdua saja yang mendengarnya.

"Huh, terserah kamu aja." Emily meletakkan novelnya di dalam laci meja saat ujung matanya menangkap sosok seorang wanita berumuran tiga puluh tahunan masuk ke dalam kelasnya.

Emily dan Elle segera merapikan duduk mereka, hal yang sama juga di lakukan oleh semua murid yang ada di dalam kelas itu.

"Selamat pagi semua!" sapa Bu Mita sambil tersenyum ramah pada seluruh penghuni kelas XI-IPA3 ini.

"Selamat pagi juga Bu," jawab para murid serentak, dengan wajah yang masih cukup cerah. Karena ini juga masih pagi.

"Ok-ok!" Bu Mita menyuruh semua muridnya untuk tenang kembali. Setelah merasa semuanya telah kembali tenang Bu Mita melanjutkan perkataannya.

"Ibu ada kejutan buat kalian." Bu Mita tersenyum sambil memainkan alisnya. Sudah biasa Bu Mita seperti itu, jadi mereka juga sudha tidak asing lagi. Bu Mita salah satu dari sekian banyak guru, yang menganggap murid-muridnya adalah temannya, jadi para murid juga sama halnya dengan Bu Mita. Menganggap Bu Mita juga salah satu teman mereka, tanpa mengurangi rasa hormat atau bersikap sopan sedikitpun.

"Ibu bawain kami makanan gratis lagi ya Bu?" sebuah pertanyaan terlontar jelas dari salah satu penghuni kelas yang duduk paling belakang.

"Kamu ya Arno, kerjaannya makan mulu. Tapi badan tetap kurus aja," cibir Bu Mita seraya menatap malas pada Arno.

"Hahahhahah, itulah bu kekurangan gizi dia. Tiap hari makannya micin terus," sambung Alfa yang duduk tepat di sampingnya Arno.

Krik krik.

Jangkrik numpang lewat.

"Garing ah lo Al," balas Elle dengan sedikit berteriak.

"Apaan sih, heboh banget lo jadi orang, gak ngomong sama situ juga" balas Alfa yang langsung dapat tatapan tajam dari Elle.

"Awas aja tuh orang." Elle kembali menghadap kedepan sambil memoyongkan bibirnya.

"Hahahah makin panjang aja tuh bibir kamu El!" Emily menarik pelan bibir Elle.

"Kamu kalau ketawa terus makin tambah cantik lo Mil," ucap Elle, matanya menatap penuh ke kaguman pada wajah cantik milik Emily, yang di puji hanya tersenyum singkat setelah itu.

Sama halnya dengan Elle yang tidak perduli dengan sifat Emily. Emily juga sama, dia bahkan tidak ambil pusing kalau-kalau temannya ini punya sifat anak-anak yang sama sekali tidak bisa diam.

"Ok anak-anak perhatiannya kedepan!" intruksi Bu Mita saat penghuni kelas mulai ribut, saling bertanya pda teman sebangku mereka. Kira-kira kejutan apa yang akan di berikan oleh Bu Mita kepada mereka.

Seketika semuanya langsung fokus lagi pada Bu Mita yang masih setia berdiri di depan. Setalh merasa semuanya kembali tenang, Bu Mita melanjutkan kata-katanya.

"Ok, hari ini kita kedatangan murid baru," ucap Bu Mita sambil bertepuk tangan.

Semuanya juga ikutan bertepuk tangan. Beberapa dari mereka sudah menduga-duga ini. Karena dari semalam mereka sudah mendengar desas-desus anak baru yang akan pindah dan masuk ke sekolah mereka. Katanya lagi, anak baru itu sangat cantik.

"Itu Bu Mita anggep kita udah kayak anak TK aja ya, pakai tepuk tangan lagi," celutuk Elle sambil setengah berbisik, takut terdengar oleh si pemilik nama.

"Kamu udah sering lo bilang gini ke aku, gak usah di ulang-ulang terus deh." Emily memutar malas matanya.

"Yah kamu sih, gak seru di ajakin ngomong," satu cubitan kecil mendarat di pipi putih milik Emily. Bukannya mendapat respon, Naina hanya diam dan terus memperhatikan gurunya di depan.

"Dasar manusia batu," cibir Elle.

"Udah tau gitu, kenapa masih di ajakin ngomong?" balas Emily tanpa melihat pada lawan bicaranya.

Elle ingin membalas Emily lagi, tapi dia urungkan begitu sosok perempuan seumuran dengannya masuk ke dalam kelas.

Suasana kelas yang tadinya senyap kini kembali riuh karena kedatangan murid baru yang tampak begitu cantik. Benar mengenai gosip-gosip yang mengatakan dia ini cantik seperti malaikat, nyatanya memang begitu lah rupawannya wajah perempuan itu.

"Cantik bet."

"Lebih cantik dari Emily kayaknya."

"Tapi masih tinggian Emily."

"Gue cewek, tapi kenapa ikutan terpana gitu lihat si dia?"

"Bakalan jadi top trending ni di sekolah."

"Gue gaet ah, mana tau jodoh."

"Jodoh gue itu."

Dan banyak lagi bisikan-bisikan heboh dari para murid penghuni kelas ini.

Sedang orang yang jadi bahan pembicaraan, makin melebarkan senyumnya di depan sana.

"Yaudah perkenalan diri kamu!" titah Bu Mita.

Semua fokus orang yang ada di kelas tertuju pada perempuan itu. Sama hal nya dengan Emily, dia tidak perduli kalau dirinya di banding-bandingkan dengan perempuan ini. Tidak ada urusan baginya.

Emily teringat sesuatu hal yang paling penting menurutnya. Dia memundurkan sedikit tubuhnya ke belakang lalu diam-diam mencuri pandang pada cowok yang duduk berkelang satu meja dengannya. Cowok itu sedang sandaran di dinding sambil menatap malas objek yang jadi ke ributan di depan.

Sudut bibir Emily tertarik ke atas, membuat senyuman lebar yang yang manis. Sekarang, secepatnya ia ingin sekali waktu bell istirahat berbunyi. Ingin segera menghampiri cowok yang membuatnya tersenyum lebar itu.

Manik mata Emily terbuka lebar begitu orang yang di lihatnya juga ikutan menoleh dan melihatnya.

"Ck." Emily bisa membaca gerakan mulut yang cowok itu keluarkan, di sertai tatapan tidak suka dari cowok itu.

"Huh." Emily mengalihkan pandangannya dari cowok itu. Dadanya tiba-tiba saja terasa sesak saat cowok itu lagi-lagi menatapnya dengan tatapan yang terkesan jijik begitu.

Tapi, Emily tetap menguatkan hatinya. "Aku pasti bisa," batinnya.

"Kamu lamunin apa sih Mil?" Elle mendorong lengan Emily.

Emily menghela nafas pelan, lalu memasang wajah tersenyum pada Elle. "Gak kok El," jawab Emily singkat.

"Ni anak makin lama makin aneh ya, kamu gak kena serangan sakit jiwa kan Mil?" Elle kembali menghujani Emily dengan pertanyaan tidak masuk akalnya.

"Apaan sih El, iya kali aku gila. Kamu kali tuh."

Mereka asyik ngomong berdua sampai tidak lagi memperhatikan murid baru yang ada di depan.

"Ok Arin, kamu duduk di belakang Elsa ya, Elsa angkat tangan kamu!"

Elsa yang duduk di belakang Elle langsung angkat tangan.

"Oh anak baru itu namanya Arin," ucap Elle saat Arin melewati meja mereka.

Emily hanya mengangguk singkat membalas perkataan Elle.

"Kamu mau coba temenan sama dia ga Mil? Kayaknya menarik juga." Elle memberikan usul.

"Gak tertarik," jawab Mil acuh.

***

Bu Mita keluar dari kelas, menandakan kalau jam pelajaran yang ibu itu ajarkan sudah habis. Tidak lama setelah itu bell jam istirahat berbunyi.

Kini kelas kembali riuh, beberapa orang yang sudah lapar langsung cus pergi meninggalkan kelas. Tujuan mereka sekarang adalah kantin, tempat di mana mereka bisa mengisi perut mereka yang sedang meraung-raung minta di isi.

Sedangkan setengahnya lagi memilih sibuk mengerubungi si anak baru.

"Kantin yuk Mil kalau kamu gak mau, ikutan nimbrung deket anak baru itu," ajak Elle yang sudah bersiap-siap akan bangkit dari bangkunya.

"Males," jawab Emily ketus. Lalu beranjak dari bangkunya.

"Ah pasti lagi-lagi kamu mau itu kan?" uajr Elle sambil memasang wajah cemberutnya.

Tapi Emily tidak perduli dengan keluhan Elle. Dia langsung saja berlalu dari mejanya dan pergi ke meja cowok yang sedari tadi sudah di pantaunya.

Sedangkan Elle hanya mengikuti Emily dengan penglihatan matanya saja, tidak berniat ikut-ikutan lebih jauh ke sana. Bukan takut pada cowok yang bermuka jutek itu, tapi takut pada Emily. Emily memang sangat tidak suka saat-saat bersamanya di ganggu oleh siapapun.

"Raga, mau kantin bareng gak?" sapa Emily semanis mungkin, kemudian Emily duduk langsung duduk di bangku kosong di depan cowok bernama Raga itu.

avataravatar