webnovel

1.

Rania Larasati sebenarnya adalah anak yang biasa biasa saja.

Dia hanya lah anak kedua dari keluarga mampu dengan keadaan ekonomi menengah ke atas. Akan tetapi, wajahnya yang memang cantik dan manis dengan fisiknya yang semampai ditambah dengan fair skinnya yang terawat baik dan pakaian yang selalu licin membuat semua orang mengira kalau ia berada dari kalangan atas. Tata kramanya yang juga sangat sopan plus kepintarannya yang diatas rata rata semakin menambah stigma tersebut. Semua orang ingin berteman dengannya.

Rania hanyalah anak yang biasa biasa saja. Dia anak remaja yang normal seperti kebanyakan remaja pada umumnya, ia merasa besar kepala karena sudah terlalu banyak orang yang memujinya meski dengan sekuat mungkin ia tetap rendah hati dan menolak semua pujian tersebut.

Di saat awal semester kelas 1 SMP, ia mulai mengenal Azka Ramadhan.

Azka Ramadhan, si tampan yang merupakan kapten tim basket sekolah yang telah memenangkan banyak lomba basket. Si kapten tim basket sekolah yang memiliki ekspresi tenang dan hanya tersenyum seperlunya saja. Si anak baru yang langsung tersohor.

Azka Ramadhan, yang berpapasan dengannya saat di pembukaan MOPDB, ternyata adalah orang yang cukup baik. Mereka sama sama menyukai pelajaran seni dan obrolan mereka terasa mengalir begitu saja. Tidak butuh waktu yang lama bagi Rania untuk masuk ke lingkaran pertemanan Azka. Mereka adalah kumpulan anak anak yang baik dan ramah.

Di lihat dari penampilannya aja orang bisa tau kalau azka itu bukanlah anak yang biasa biasa saja. Dia tahu berapa harga tas warna hitam yang dipakai Azka. Dia tahu bahwa sepatu sekolah yang Azka pakai itu limited edition yang hanya bisa ditemukan di Amerika saja.

Azka Ramadhan, sempurna dan sangat luar biasa.

Tapi tidak masalah. Azka kelihatannya juga tidak mempermasalahkan hal tersebut. Mereka berteman layaknya anak SMP pada umumnya, saling menyalin tugas, membicarakan guru, pergi ke cafe, dan hal hal lainnya.

Sampai di suatu hari, Rania mulai menyadari kalau dirinya mulai menyukai sahabatnya itu

***

"Ini."

Azka menyodorkan sebuah kotak persegi panjang di balut dengan kertas kado yang terlihat sangat cantik.

"Ini apa Ka?" tanya rania bingung. Dia sedang berusaha menyalin PR Matematika untuk jam berikutnya ketika azka dengan tiba-tiba saja muncul di depan mejanya.

"Jangan dibuka sekarang ya bukanya nanti aja kalau kamu udah ada di rumah," jawab AZKA sambil tersenyum tipis. "Sekarang kamu kerjain aja dulu PR kamu sebelum nanti gurunya datang." Kemudian laki-laki dengan kulit tan itu mengelus lembut rambut Rania.

Azka mempunyai kebiasaan aneh setelah tiga bulan berteman dengan Rania. Laki-laki itu suka sekali mengelus elus rambut Rania dan ketika di tanya apa alasannya, dia akan menjawab "tidak tahu. Suka suka aja".

Menyebalkan ya? Sangat. Akan tetapi, Rania bisa apa? Azka adalah teman terdekatnya dari mulai masuk SMP sampai mereka sudah kelas XI SMA seperti saat ini.

"Kamu mau ke mana Ka?!"

"Aku mau latihan," Ucap Azka lalu melambaikan tangannya pada rania. "Jangan lupa dibuka hadiahnya ya Ran!."

Azka lalu meninggalkan Rania sendirian di dalam kelasnya selagi Rania menatap kepergiannya dengan penasaran dan mengalihkan pandangannya ke arah kotak diatas mejanya.

Saat ia sudah sampai di rumah Rania langsung membuka kotak persegi panjang yang Azka kasih tadi.

"Selamat ulang tahun, Rania Larasati. Ini adalah hadiah dari aku untuk kamu. Semoga kamu suka ya."

P. S : kamu gak harus pakai ini, kok Ran! Tapi aku berharap banget kamu mau pakai ini

- Azka Ramadhan

Di dalam kotak persegi panjang misterius dari Azka Ramadhan, terdapat hoodie berwarna khaki, skirt berwarna putih dan ada satu kotak lagi didalamnya.

Rania membuka kotak itu dan alangkah terkejutnya ia saat melihat apa isi kotak itu

Rania hampir saja menjerit didalam kamar nya.

Didalam kotak itu ada kotak musik berbentuk Carousel yang sangat ia inginkan dari dulu.

Rania sangat senang sekali

Tapi kemudian Rania berpikir, Azka tahu tari mana kalau dia ingin kotak musik carousel ini? Mungkin itu cuma kebetulan saja.

***

Keesokan harinya waktu bel istirahat sudah berbunyi Rania segera pergi ke kelas IPS 2 untuk menemui Azka dan mengucapkan terima kasih kepadanya.

Rania bertanya pada teman teman Azka yang ada didepan pintu

"Azkanya ada didalam gak? Tolong panggil dia dong."

"Ada, bentar ya."

"Azka dicariin Rania nih."

"Apaan sih teriak teriak." ucap Azka

"Ada apa tumben nyamperin kesini." tanya Azka pada Rania

"Ikut aku bentar ya." ucap Rania sambil menarik tangan Azka menuju taman belakang sekolah

"Azka. Terima kasih ya buat hadiah kemarin. Aku seneng banget."

"Iya sama sama."

"Eh ngomong ngomong kok kamu tau kalo aku pingin kotak musik carousel itu."

"Apasih yang aku gak tau tentang kamu."

Rania kemudian mengangguk

"Gemes banget sih." ucap Azka sambil mengacak acak rambut Rania.

"Azka ih..."

"Udah ayok ke kantin kamu pasti belum sempat sarapan kan tadi pagi."

Mereka berdua pun pergi bersama ke kantin. Waktu sampai di kantin teman teman yang lain memanggil mereka untuk bergabung bersama.

"Kalian dari mana aja sih, kok lama ke kantinnya." tanya Vira dengan rasa penasarannya.

"Tadi kita ada urusan sebentar." ucap Azka kemudian ia meminum es jeruk punya Dina

"Ih Azka es jeruk ku kok kamu minum sih."

"Aku haus."

"Kalau kamu haus ya pesen minum sana jangan mimum punya aku."

"Iya iya pelit banget sih, orang aku cuma minum dikit kok."

" Dikit apanya udah mau habis ini."

Azka tidak memperdulikan Dina yang masih kesal

"Kamu mau pesen apa Ran biar aku pesenin sekalian."

"Samain aja deh sama kamu."

"Oke tunggu bentar ya."

Azka kemudian berjalan menuju stan makanan dan memesan di sana.

"Kamu tadi ada urusan apa Ran sama Azka." tanya Vira yang masih penasaran

"Gak penting kok." Jawab Rania seadanya

"Jangan kepo deh jadi orang." ucap Dina

"Siapa yang kepo sih aku kan cuma tanya."

"Ya sama aja."

"Kamu ngeselin banget sih Din." ucap Vira dengan kesal

"Biarin wlee..."

"Udah udah ngapain sih ribut ribut." ucap Azka sambil membawa nampan berisi 2 bakso dan 2 es jeruk

"Tau tuh." ucap Dava yang dari tadi cuma menyimak.

Mereka pun makan bersama sesekali di selingi dengan candaan dari Dava.

"Kamu kalau makan tuh gimana sih sampai kotor gini." ucap Azka sambil mengusap ujung bibir Vira yang ada saosnya kemudian ia mengusak usak rambut Vira seperti yang biasa ia lakukan pada Rania.

"Ya maaf." ucap Vira

"Ekhemm..... Ekhemm..... dunia seakan milik berdua yang lain cuma ngontrak."

"Dava apaan sih." ucap Vira sambil tersenyum

"Apa? Kamu iri karna kamu gak bisa kayak gini?." Ucap Azka meledek Dava.

"Siapa juga yang iri kan aku udah ada Dina. Ya gak Din?."

"Gak aku gak mau sama kamu amit amit."

"Kamu kok gitu sih Din. Sakit nih hati aku."

Semua tertawa mendengar ucapan Dava tapi lain halnya dengan Rania. Rania hanya terdiam sambil memikirkan Azka dan Vira tadi. Jujur hatinya agak sakit saat ia melihat Azka mengusap ujung bibir Vira yang terkena saos dengan sangat perhatian. Dan dengan fakta bahwa ia tahu kalau Vira itu pacar Azka orang yang ia sukai.

***

Jujur saja, Rania tidak fokus pada pelajaran hari ini ia terus saja memikikan kejadian saat di kantin tadi.

Rania terpaksa izin undur diri dari kelas untuk menenangkan pikirannya, membiarkan Vira yang menatapnya dengan bingung.

"Aku kenapa sih, astaga!" Ucap Rania sambil berdecak keras. "Harusnya aku gak boleh kayak gini mereka itu sahabatku. Aku gak boleh ngerusak hubungan mereka dan kejadian di kantin tadi, kan itu hal yang wajar dilakukan oleh sepasang kekasih."

Sekarang, dirinya berada ditaman yang ada dibelakang sekolahnya. Itu adalah tempat yang paling jarang dilewati siswa siswi karena memang posisinya yang agak jauh dari kantin. Lagipula, siapa juga yang mau menghabiskan waktu senggang mereka dengan melihat deretan tanaman milik sekolah? Rasanya bermain game dikelas atau ngobrol becanda bareng teman jauh lebih menyenangkan dari pada menghabiskan waktu disini.

Rania duduk disalah satu bangku pendek yang ada didepan pohon mangga. Dia mengabaikan fakta bahwa tindakannya itu mungkin saja akan mengotori rok abu abunya. Persetan dengan rok, dia sedang butuh posisi terbaik untuk menenangkan pikirannya.

Rasanya Rania ingin sekali membanting ponselnya ke tanah sebelum ia mengingat mungkin saja harga ponselnya ini jauh lebih tinggi dari pada harga dirinya saat ini.

Itu membuat Rania tersenyum miris.

"Azka perhatian banget sama Vira. Waktu Azka membersihkan bibir Vira tadi mereka terlihat sangat cocok sekali. Vira kan cantik dan manis, tinggi, kulitnya putih mulus, pintar, dia jugaa friendly pokoknya sempurna lah kalau disandingkan dengan Azka Ramadhan. Tapi sikap Azka selama ini juga perhatian banget sama aku."

Rania menepuk pela pipinya

"Aku harus bisa ngelupain Azka, ya itu harus. Aku gak boleh terus terusan suka sama Azka. Aku gak mau kalau sampai yang lainnya tau kalo aku suka sama Azka. Aku gak mau persahabatan kita jadi hancur gara gara aku. Aku gak mau hal itu terjadi akhhh....."

"Kamu tau, dari tadi aku berusaha keras buat diam aja. Tapi nyatanya, kamu ngomel terus terusan tanpa henti dan jujur itu ganggu banget tau gak."

Rania mengejang.

"Lagian, emang salah ya kalau suka sama sahabat sendiri lagi pula mereka kan cuma pacaran belum nikah. Lagian gak usah kegeeran jadi orang, Azka kan emang gitu orangnya walaupun dia keliatannya emang kayak Pangeran es tapi dia juga perhatian sama temannya."

Mengetahui bahwa hidupnya sebentar lagi akan sangat menyedihkan karena orang yang dia sukai tenyata pacaran sama sahabatnya sendiri sekarang di tambah lagi ada orang lain yang mengetahui kalau dia serrbenarnya suka sama Azka?! Sial.

"Itu siapa?!"

Terdengar suara langkah dari belakang pohon mangga. Begitu Rania menoleh, ia menemukan seorang laki-laki tinggi tengah mengacak acak rambutnya yang sedikit berantakan dan menatapnya dengan wajah mengantuk.

Oh. Rania tahu dia siapa.

Gilang. Gilang Mahendra XI IPS 2 teman sekelas Azka. Rania tidak tahu nama apa yang dia gunakan dalam daftar absen anak itu karena mereka beda kelas. Selain berbeda kelas, mereka juga berbeda jurusan. Gilang ada di jurusan IPS sama seperti Azka sedangkan ia ada di jurusan IPA.

Gilang ini... mengatakannya tidak terkenal adalah suatu kesalahan. Gilang ini terkenal. Sangat terkenal malahan. Terkenal sebagai anak yang hobi terlambat, ya. Terkenal sebagai anak OSIS seksi bidang Olahraga, juga ya. Terkenal sebagai anak biang keributan (dalam artian yang jenaka) di sekolah, benar sekali.

"Gilang." Laki-laki itu menjawab lalu menguap lebar dan Itu membuat Rania berjengit kecil. "Aku sedang tidur enak sekali dibawah pohon mangga dan kamu ganggu aku dengan semua keributan yang kamu buat itu."

Rania ingin sekali bertanya kenapa bisa bisanya ada orang yang tidur dibawah pohon mangga, akan tetapi rasanya itu bukan urusan yang penting untuk di pertanyakan.

"Aku gak ribut kok." bela Rania. Gilang kemudian berdecak.

"Aku gak bego ya. Kamu ribut banget dari tadi." balas Gilang, matanya memicing. "Saking ributnya, aku sampai tau kalau kamu suka sama sahabatmu sendiri dan ternyata sahabatmu yang lain pacaran sama dia."

"Aku cuma lagi latihan drama aja tadi." Bagus Rania Larasati, kamu pembohong yang payah

"Kamu tahu tidak?"

"Tahu apa?" Rania bertanya.

"Kamu jelek kalau lagi bohong." Gilang berjalan mendekat ke arah Rania dan itu berhasil membuat Rania beringsut sedikit dari tempat duduknya. "Muka mu jadi seperti sedang mengedan dan itu terlihat jelek sekali."

Sialan, Gilang Mahendra.

Rania kemudian menatap galak Gilang. "Aku gak bohong dan aku gak jelek!"

".... Terserah kamu, deh." Gilang berdiri dihadapan Rania lalu memasukan salah satu tangannya disaku celana. "Tapi aku rasa kamu harusnya gak bohong ya. Aku tahu kamu lagi ada masalah."

Rania mendengus. "Peduli apa kamu soal masalahku?" tanyanya pelan.

Alis Gilang terangkat. "Sebenarnya aku tidak peduli sih," jawab Gilang. "Cuma, wow aku jadi lebih tau. Rania Larasati ternyata menyimpan perasaan pada sahabatnya sendiri dan sahabatnya yang lain juga pacaran dengan orang yang sama."

"Ish! Aku tidak suka Azka kok!"

Gilang melempar seringai menyebalkan. "Emang aku tadi bilang kalau orang itu Azka?" laki-laki itu kembali bertanya. Pertanyaan sangat retorik. "Aku tahu, sih, Azka emang ganteng banyak cewek yang suka sama dia dan banyak juga yang terangterangan mengungkapkan perasaannya pada Azka tapi aku tidak menyangka kalau ternyata sahabatnya juga menyukainya."

Rania tau ke mana arah pembicaraan ini.

"Kamu bisa diam tidak sih?! Kamu berisik tahu!"

Rania yang selama ini dikenal baik hati, lembut, dan ceria itu akhirnya membentak seseorang juga disepanjang sejarah persekolahannya.

***

Rania menusukan sedotannya ke susu kotaknya sebelum ia menolehkan kepalanya ke arah dina. "Iya?"

"Dalam dua minggu lagi, Azka dan tim basketnya akan mengikuti perlombaan tingkat Asia," jelas Dina. Remaja itu saat ini sedang membuka plastik rotinya.

"Tesnya akan dilakukan pada akhir pekan jadi itu tidak akan mengganggu waktu sekolah. Vira mengajak kita untuk menonton Azka dan tim basketnya. Bagaimana, kau mau ikut tidak Ran?"

Rania lalu memasukan sedotan ke dalam mulutnya dan mulai menyesap susu kotaknya perlahan.

"Apakah ada tiket masuknya?" tanya Rania.

Dina terlihat sedang berpikir. "Ku pikir ada? Karena area ini lomba se asia kan dan gak sembarang orang bisa masuk ke sana." Dina menjawab beberapa detik kemudian. "Jika kau mau ikut, aku akan bawa mobil ku dan jemput kamu di rumah."

Ranialah yang sekarang tengah berpikir. Dia memainkan sedotannya dengan lidah sembari menimbang nimbang apa dia akan ikut melihat pertandingan basket itu.

"Aku lihat nanti dulu aja, deh Dina," jawab rania. "Di akhir pekan, mama aku suka minta ditemani belanja bulanan dan segala macam lainnya. Kalo aku sempet nyusul, aku akan susul kalian kok. Bagaimana?"

Dina lalu mendengus kecil. "Kamu anak yang berbakti banget, sih Ran" katanya tanpa nada mencemooh. "Kamu gak bisa minta izin dulu sebentar Ran?"

"Akan ku usahakan soal itu."

Dina akhirnya memasang senyum cerah. "Tapi aku gak maksa kamu untuk berangkat bareng juga, sih Ran. Aku takut malah kegiatan kita ini bikin mama kamu marah sama kamu" ucap Dina

***

Next chapter