24 Sikap lama, Masalah baru

Waktu pun cepat berlalu, dan tidak terasa kalau Nita yang sudah terbiasa dengan sikap Akbar yang tidak biasa itu sudah hampir 1 bulan menemani maklukh aneh itu diruangan Helper Club kesukaannya tiap jam istirahat itu.

Memang Nita tidak merasa bosan karena tiap hari selalu saja dia berdebat dengan Akbar yang beda filosofi mengenai hal kecil apapun itu, seperti apa Bumi itu datar atau kotak? Apa Monas itu bukti Free Mason sudah menguasai Jakarta? Dan konspirasi-konspirasti tidak penting dan aneh lainnya, tapi yang membuat Nita agak jenuh baru-baru ini adalah masalah permintaan kliennya.

"Hei kakak kelas yang menyedihkan," kata Nita dengan nada lemas.

"Ya adik kelasku yang masih perawan?" kata Akbar yang masih saja tiduran dikasurnya.

"Aku cuma mau tanya, kapan kita akan mendapatkan pekerjaan yang berkualitas ya?" tanya Nita yang sedang tiduran dimeja ruangan.

"Apa maksud pertanyaanmu itu?"

"Kita ini memang Helper Club sih, tapi kenapa 1 bulan ini kita cuma dapat pekerjaan membersihkan ruangan sekolah saat pulang? ya walau pun cuma 2x dalam seminggu sih, TAPI TETAP SAJA MENYEBALKAN TAHUU!! MEMANGNYA KITA INI TUKANG BERSIH-BERSIH SEKOLAHAN APA?! KALAU MEMANG IYA KITA SEHARUSNYA DAPAT BAYARAN DONG! DAPAT MAKAN SIANG KEK! DAPAT POTONGAN BEASISWA TAMBAHAN KEK!" kata Nita yang langsung saja membara.

Tentu saja hal itu membuat Nita kesal, karena beberapa bulan yang lalu dia mendapatkan perintah dari bu Helda melalui bu Saraswati untuk bekerja sama dengan Akbar membantu pak Ramdan, si tukang bersih-bersih, yang sudah tua itu untuk membersihkan sekolah setalah pulang 2x se Minggu, yaitu pada hari Senin dan Rabu, bahkan faktanya Nita juga kaget kalau sebenarnya Akbar sudah membantu pak Ramdan membersihkan sekolah itu sejak 1 tahun yang lalu.

"LIHAT BUKU INI! SELAIN KASUS SI RIAN! ISINYA CUMA NAMA PAK RAMDAN SAJA SEJAK SETAHUN YANG LALU LHO LHO!! KENAPA KITA ENGGAK KASIH NAMA SAMPUL BUKU INI "CATATAN SEORANG ISTRI PAK RAMDAN" SEKALIAN SAJA HA?!" kata Nita yang merasa muak dengan isi buku itu yang rata-rata bertulisan "membantu pak Ramdan bersih-bersih".

"(Wanita itu bilang aku akan dapat 1 poin tiap bantu pak Ramdan 1 kali, itu artinya dalam 1 bulan ada 4 minggu yang berarti aku mendaptkan 8 poin tiap 1 bulan, karena aku sudah membantunya selama 13 bulan, berarti aku sudah dapat 104 poin, jika aku teruskan sampai 11 bulan lagi maka aku akan dapat 88 poin, 104+88= 192 )"

"(Lalu ditambah kasus Rian yang termasuk "masalah siswa" yang bernilai 5 poin, jadi total poinku sekarang adalah 197. Sialan, itu masih jauh banget dari target perjanjiannya, andai saja aku dibolehkan melakukan kegiatan promosi atau berteman, mungkin aku bisa menyelesaikan ini beberapa bulan yang lalu)" kata Akbar yang kepikiran soal masalah taruhannya dengan bu Helda.

"Hei kakak Anti Sosial yang sok pintar, apa kau dengar ucapanku tadi?" tanya Nita yang tidak mendengar respon dari Akbar mengenai keluhannya.

"(Ihhh, banyak ngomel nih Lesbi Sapien) Nit, kita Helper Club, bukan Konsul Club, jadi sudah sewajarnya kalau kita menolong orang yang terkena masalah saat tahu dia pantas ditolong oi, dan memangnya apa kau tidak kasihan dengan pak Ramdan yang sudah tua itu membersihkan tiap kelas disekolah ini karena budaya sesat "BIARAIN KOTOR AJA, KAN NANTI DIBERSIHKAN SAMA PAK RAMDAN SI TUKANG BERSIH-BERSIH" murid-murid zaman now itu ha?" kata Akbar yang mulai kumat berkhotbah.

"(I…iya sih aku kasihan juga dengan fakta pak Ramdan satu-satunya pembantu di sekolah ini, padahal sudah tua begitu, kenapa tidak buka lowongan pembantu baru saja sih?)" tanya Nita yang heran dengan sekolahnya itu.

"Lagian lucu juga ya kau Nit, kau kesal dengan pekerjaan ini, tapi kenapa kau tetap membantu membersihkan ruangan kelas tiap mau pulang sekolah?"

"Woi, memangnya apa yang akan dilakukan bu Helda kalau melihat aku bermalas-malasan dan ketua clubku kerja lembur bagai kuda sendirian kak? Petunjuknya adalah sesuatu hukuman yang mungkin akan membuatku berteriak….."AHHHH! AHHH... AAAAAA AAAHHHHH!! JA….JANGAN DISITUU…..AAHHHHHHH!!", begitu kak" kata Nita yang mengatakan kata-kata "sakti" dengan santainya.

"(Aku minta maaf karena kau jadi terlibat dengan konspirasi Iluminati ini, semoga kau masih bisa saja bertahan dengan….eh tunggu, rasanya ucapanmu itu tadi kok Ambigu ya?)"

"Kaaaaaak, apa kakak tidak ada permintaan dari murid-murid lainnya seperti kasus si Rian lagi? Karena aku mulai terlalu jenuh mengobrol dengan sapu dan meja, iyakan Setiawan-Sutrejo?" kata Nita kepada sapu dan mejanya yang dia beri nama Setiawan dan Sutrejo.

"(Wah, dia mulai halu) Hei, memangnya siapa yang menyuruhmu untuk tetap disini selama waktu istirahat ha? Aku dan bu Helda tidak melarangmu untuk lain dengan teman-temanmu tahu, kalau kau mau main keluar ya keluar saja sana, nanti akan kupanggil kau kalau ada orang yang meminta bantuan selain pak Ramdan."

"Tapi kalau mendadak ada kasus muncul gimana? Aku kan nanti tidak bisa melihat prosesnya dari awal! Tidak seru melakukan sesuatu jika tidak tahu asal-usulnya, lagian kakak juga tipikal orang yang malas memberitahu kalau tidak dihajar dulukan?"

"(Woi, sadar tidak kalau yang ngerepotin dirimu itu dirimu sendiri tahu) Kalau begitu kenapa kau tidak mengirim pesan atau tidak main sesuatu di HP saja ha?"

"Tidak semua pesan bisa dijawab dengan cepat seperti seorang bucin kak, dan aku sudah menamatkan semua gameku, jadi sekarang tidak ada yang bisa aku lakukan dengan HP ku".

"(Heloo, kalau begitu kenapa tidak coba download game lagi atau paling tidak belaj ...)"

"AH TUHANKU!! AKU MOHON DATANGKANLAH MASALAH KEPADA BEBERAPA MURID DISEKOLAH INI AGAR AKU TIDAK BOSAN!! TEMAN, KENALAN, ATAU KAK AKBAR SENDIRI TIDAK APA-APA KOK, AKU RIDHO HAL BURUK MENIMPA MEREKA!" kata Nita sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"(Bha-jhing-an, bisa-bisanya dia mengaharapkan hal buruk pada orang lain, dan orang lainnya itu ada di depannya pula) Jangan bawa-bawa namaku kampret, dan lagian memangnya apa yang kau harapkan dari orang yang jarang ngobrol dikelas sepertiku ha? Jangan berekspetasi terlalu tinggi dasar perawan."

"KALAU BEGITU MULAILAH BELAJAR UNTUK MENGOBROL DENGAN TEMAN SEKELAS ATAU LAKUIN SEJENIS PROMOSI SANA DASAR KETUA GOBLOK!! KARENA NASIB CLUB INI DIPERTARUHKAN DENGAN KEMAMPUAN BERSOSIALMU ITU TAHU!!" kata Nita yang langsung nge gas karena kesal dengan respons Akbar tadi.

"Ah berisik! Yang butuh penyelesaian masalah mereka adalah mereka, jadi mereka yang seharusnya belajar mendekatiku tahu.'

"(Waaaah dahsyat dah, tidak kuat lagi aku dengan makhluk satu ini, kenapa dia tidak punah sekalian dengan pemuja T*k-toktisme sih? Kita Salib dan Ruqya berjamaah yuk)" kata Nita sambil melirik tajam kearah Akbar yang masih saja tiduran dikasurnya itu dengan tatapan murkanya.

"Lagian memangnya kenapa tiba-tiba kau ingin ada masalah muncul sih? Bukannya kau dulu ngambek saat kau mulai bantu-bantu membersihkan kelas untuk pertama kalinya?" kata Akbar yang teringat dengan reaksi Nita pertama kalinya saat tahu mereka harus membantu pak Ramdan membersihkan sekolah tiap pulang 2 kali dalam seminggu.

Mendengar ucapan Akbar barusan, Nita yang agak kesal karena seniornya salah sangka mengenai sesuatu itu pun mulai berkomentar.

"Hei, aku bukannya tidak suka kalau tidak ada pekerjaan, saat itu aku cuma tidak menduga kalau ada permintaan bu Helda yang menyuruh kita bersih-bersih sampai sekarang tanpa dibayar tahu! Memang sih pekerjaan, tapi yang aku inginkan adalah pekerjaan yang berbeda-beda atau menantang seperti kasus si Rian saat dulu itu kak! Apalagi di saat seperti ini, aku harap paling tidak ada 1 permintaan yang berhubungan dengan hal-hal romantis akan muncul di Club ini."

"Kenapa dari sekian banyak jenis kasus, kau paling antusias soal masalah roman…..eh sebentar, apa maksudmu tadi di saat seperti ini?"

"Ah, heloo, aku tahu kakak itu pecundang menyedihkkan dan anti sosial yang tidak punya teman ngobrol di kelas sehingga kakak selalu pergi kesini tiap istirahat, tapi apa kakak sebegitu menyedihkannya sampai kakak tidak tahu saat ini waktunya apa?"

"Hmm, entahlah, coba kejutkan aku."

"Ini bulan Febuari kak."

...

Setelah memutar otaknya yang sempat ngangur untuk berpikir sejenak, tahulah Akbar apa yang dimaksud dengan si Nita itu ketika ingat sekarang adalah Minggu ke 2 Febuari, dan karena itulah dia juga merespons dengan jawaban yang overreacting.

"Oh no, no, no, no, no, noooo! Aku tidak sadar kalau saat ini adalah saat dimana banyak para cowok akan mengeluarkan ilmu-ilmu mereka tanpa rasa malu untuk menarik perhatian para cewek, sebaiknya aku harus siap-siap buat jimat penolak bencana dan browsing doa hujan deras dari 7 aliran agama yang berbeda-beda deh," kata Akbar yang merinding mengetahui kalau saat ini adalah saat-saat "Valentine".

"Disaat orang-orang bersiap membuat coklat untuk orang yang disukai, kakak malah membuat jimat, memangnya sebenci apa kakak dengan hari Vale…"

?

"Eh, tun…tunggu dulu , doa hujan deras? HAAAA?!!! KA…KAKAK IRI DENGAN MEREKA YANG SUDAH PACARAN YA??!! OH MAY GOT! TERNYATA KAKAK YANG DINGIN DAN TIDAK PANDAI BERSOSIAL INI MASIH BISA PUNYA PERASAAN SAMA PEREMPUAN YA?!!" kaya Nita yang langsung saja meloncat menjauh dari Akbar untuk menjaga jarak.

"Ahahaha, dasar pemuja kerang ajaib, kenapa ucapanmu itu mengatakan seolah-olah aku ini anak ABK ha? Dan cuma mengingatkan, aku ini sudah punya pa…"

"AAAAAAAHHHHHH!! JANGAN LIHAT AKU!! NANTI AKU BISA HAMIL!!" Kata Nita yang langsung melempar kursi tamu kearah Akbar yang sempat menoleh kearahnya.

!

"WOI!! ITU...ADUH!!....ITU PROPERTI CLUB BANGSAT!.. AH...SAKITT KAMPRET!! MAU MATI YAA??!! OK GUE LADENI LU!!" kata Akbar yang kesakitan karena terkena serangan si Nita yang langsung saja mengambil sepatunya dan bersiap-siap untuk melemparkannya kearah Nita.

"Permisi Nit, apa kau bisa memban…"

WUUUUSHHHH!!!l

"Fiuh, itu baru yang namanya 5 Cm."

Dan Akbar hanya bersiul seperti barusan itu ketika sepatunya yang dia lempar kearah Nita itu malah mengarah kewajah seorang siswa yang muncul dari pintu karena Nita menghindar, dan hebatnya lagi si Nita malah berhasil menangkap sepatu itu dengan posisi ujung sepatu Akbar hampir mengenai hidung siswa tersebut.

"(Se…sepertinya aku datang di saat yang salah deh)" kata siswa itu yang tidak tahu situasi yang sedang terjadi.

"Hei kau, maaf soal sepatu itu, apa kau baik-baik saj…"

"JANGAN LIHAT DASAR MENYEDIHKAN!!, NANTI DIA BISA HAMIL!!" Kata Nita yang langsung melempar kembali sepatu itu kearah Akbar dengan kecepatan Neptunes.

?

"Ha? Aku bisa apa?"

"LISA!! JANGAN LIHAT MAKHLUK BERBAHAYA ITU! MASSA DEPANMU MASIH CERAH TAHU!!" kata Nita sambil menutup ke 2 mata teman sekelasnya.

"UDAH CUKUP BERCANDA NGAWURNYA PERAWAN IDIOT!! KAU BUAT ANAK ITU JADI GAGAL PAHAM WOII!!" kata Akbar yang kesal dengan sikap Nita barusan.

avataravatar
Next chapter