2 Si wanita dahsyat

Nita hanya terdiam seribu bahasa sambil berkeringat dingin ketika mendengar ucapan bu Saraswati barusan, karena dia benar-benar bingung dengan apa yang harus dia katakan sebagai pembelaan.

"Sudah bosan sekolah ya? Kuberi kau waktu 2 menit untuk menjelaskan, dan jika alasannya tidak memuaskan akan aku beri surat rekomendasi ke kepala sekolah untuk mencabut beasiswamu dan mulai membayar semua biaya bersekolah disini atau kau akan dikeluarkan dari sekolah ini, sekarang 3..2..1....MULAI!"

...

...

!!!

"(LUPAKAN SOAL GURU TERLALU TEGAS!!!, GURU YANG SATU INI BENAR-BENAR TANPA BASA-BASI SEKALI OI!!! DA…DARIMANA SEKOLAH INI MENDAPATKAN GURU BK SEPERTI BU SARASWATI INI?!!)" kata Nita yang langsung panik ketika bu Saraswati berkata seperti itu dengan cepatnya tanpa memberikan dirinya kesempatan untuk bicara dulu.

"Ayo jangan diam saja, cepat bicara atau kuledakan mentalmu lebih sakit lagi lho," kata bu Saraswati dengan santainya dan tanpa ampun.

"Bu..bu Saraswati, bu...bukannya mengancam siswa dengan akan dikeluarkan seperti itu bukannya agak keterlaluan?"

"(Oh, masih bisa membela diri walaupun diancam orang yang lebih berkuasa, tidak buruk juga, dia tipe yang langkah di dunia yang sudah rusak ini, tapi tetap saja...) Maaf ya, tapi apa kau tidak membaca bukumu soal peratuan disekolah bab kedisiplinan no 3 pasal 1?"

"E...eh...sa...saya tidak sempat membaca..."

"Disitu tertulis kalau siswa yang melakukan kekerasan "be-ren-ca-na" pada siswa sekolah atau sekolah lain akan mendapatkan poin hukuman sebanyak 20 poin, dan jika sudah sampai 100 poin kau akan dikeluarkan dari sekolah."

?

"(He?)"

"Dan disini masalahnya adalah, kau sudah menghajar 7 anak yang artinya kau sudah dapat 140 point lho, cukup untuk membuatmu keluar dari sekolah ini sekaligus kena skors selama 2 minggu, ah tapi karena kau sudah dikeluarkan jadi yang hukuman skorsnya tidak perlu ya?" kata bu Saraswati berlagak polos.

!!!

"(AKHH!! KENAPA IBU MALAH BUAT AKU MAKIN TERTEKAN BEGINI SIHH??!! Ta..tapi apa memang benar guru BK bisa sampai membuat muridnya dikeluarkan dengan cara seperti ini?)"

"(Semakin cemas seorang saat diintrogasi, maka semakin sulit orang itu berbohong karena terlalu banyak tekanan pikiran yang mebuatnya sulit untuk membuat alasan ini-itu, jadi kemungkinan dia berbohog hanyalah 10%) Wah gawat, sudah 40 detik ibu menjelaskan hal yang tidak perlu, sekarang waktumu Cuma 1 menit 20 detik deh."

?

"(DO AMAT!! POKOKNYA AKU HARUS MENYELAMTKAN DIRIKU DULU!!!) A..ANU....TA..TADI PAGI ITU 7...7...7 ANAK ITU MENGODA SAYA, SU.. SUDAH SAYA PERINGATI 2X TAPI MASIH TETAP SAJA MEREKA MENGGANGU, JA..JADI SAYA TERPAKSA MELAKUKAN ITU AGAR SAYA TIDAK TERLAMBAT SEKOLAH BU!!" kata Nita kemudian berterus terang dengan perasaan panik.

...

"Ha? Kau berantem dengan 7 anak itu karena mereka menggodamu?"

"I..Iya bu."

"Bukan karena kau yang memulai semua itukan?"

"Tidak."

Bu Saraswati hanya memandang tajam si Nita untuk menebak dirinya sedang berbohong atau tidak, dan ketika yakin Nita benar-benar sudah berkata jujur, bu Saraswati pun menanyainya lagi.

"Yakin, bukan kau yang cari gara-gara?" tanya bu Saraswati yang masih belum yakin sepenuhnya dengan ucapan Nita.

"Bu, saya bersumpah demi Tuhan, saya ini tipe anak yang tidak pernah bertengkar sebelum ada yang cari gara-gara bu, dan juga buat apa 1 orang perempuan cari gara-gara dengan 7 orang pria diawal tahun ajaran baru ini bu?" kata Nita membela diri.

"Kau yakin tidak ada motif lain?" kata bu Saraswati yang masih saja curiga.

"(Ihhh, kenapa ibu sulit banget untuk percaya pada sesama wanita sih?) Iya bu, mereka dulu yang ... "

"Baiklah sudah cukup cerita nabi-nabinya, karena ibu sudah tahu yang sebenarnya terjadi, akan ibu selesaikan urusanmu dengan pihak korban-korbanmu mulai dari sini, sekarang kau kembali ke kelas sana," kata bu Saraswati sambil mulai mengambil beberapa dokumen di laci mejanya.

...

...

?

Melihat bahwa introgasi bu Saraswati yang menakutkan itu ternyata selesai lebih cepat dari yang dia kira, Nita pun sempat bertanya.

"Eh, cu....cuma begitu bu?" tanya Nita kemudian.

"Kau ingin disini lebih lama? Kalau begitu kusarankan kau mencoret dinding sekolah dengan kata "I LOVE PKI" sana, kujamin kau akan berada disini saaaang-at lama dengan orang tuamu sekaligus lho," jelas bu Saraswati tanpa menoleh.

"Ah ti...tidak kok, saya tidak mau."

"Ok, kalau begitu coba tulis saja naikkan gaji untuk meningkatkatkan kesejahteraan karyawan sekolah, bagaimana?"

"(Walaupun tujuannya mulia, intinya tetap mencoret-coretkan?)Ti…tidak terimah kasih, saya masih normal dan tetap ingin sekolah."

"(Cih, membosankan) Kalau tidak mau cepat kembali kekelasmu, kau bisa-bisa ketinggalan jam pertamamu."

"(Gusti, apa-apaan orang tua yang satu ini, setelah bersikap angker dan kejam begitu, sekarang dia bersikap cuek-cuek saja, apa itu yang disebut punya kepribadian ganda ya?)"

Dan ketika si Nita yang merasa masalahnya telah selesai tanpa kendala lagi itu bersiap-siap meniggalkan ruangan BK, tiba-tiba aja bu Saraswati mendapatkan panggilan SMS masuk dari HP nya.

"He, siapa yang ngirim SMS ... "

...

...

Setelah membaca pesan masuk dari seorang kenalan di HP nya barusan, entah kenapa bu Saraswati tiba-tiba memasang muka jengkel yang berusaha menahan amarahnya yang meluap-luap.

"(Fuck, sudah kuduga ini pasti ulahnya, karena tidak mungkin kejadian seperti ini terjadi secara sengaja sialan!)"

"Kalau begitu saya pamit dulu, permis..."

"Tunggu cewek tomboy, aku lupa bilang sesuatu padamu."

"(Apa lagi ini?! Bukannya dia bilang sudah bisa urus semuanya sendiri sekarang?!) Eeeeh, bi...bilang soal apa lagi ya?"

"Hukumanmu, kau pikir hanya karena urusanmu aku urus sekarang kau jadi bisa bersantai-santai apa? Jangan pikir dunia orang dewasa yang kejam bisa semudah itu oh wahai anak muda."

...

...

?

"(OMG!!!! A..a....aku lupa soal hu...hukuman itu!!!)" kata Nita yang mulai panik lagi ketika mendengar kata "hukuman" itu.

"Nanti setelah istirahat, datanglah kesini, ibu akan menjelaskan soal hukumanmu."

"Lho, sa...saya tidak dapat hukuman skors atau se...sejenisnya bu?"

"Haa? Hukuman bocah macam apa itu? Gak mainstream, sekarang kita hidup di era pendidikan modern tahu, jadi untuk mengatasi masalah sosial para murid yang mengikuti perkembangan zaman, hukumannya harus lebih modern juga."

!!!

"(Hu...hu....hukuman yang lebih modern?! Hukuman macam apa lagi itu?! A…apa seperti "Hukuman Berstandart Komputer" begitu?)"

"Dan percayalah, kau tidak akan suka dengan hukuman ini," kata bu Saraswati dengan tatapan melotot yang menakutkan.

"(Eh, apa maksudnya itu? Dan kenapa matanya seperti mengatakan "aku akan berurusan dengan hal yang menyebalkan" begitu?) An...anu bu Sara ... "

"No coment, sekarang kembali ke kelasmu sana, nanti temui saya lagi di sini saat istirahat, sampai ketemu jam 9 nanti," kata bu Saraswati memalingkan pandangannya kearah dokumen yang baru dia ambil di laci mejanya sambil melambaikan tangannya kearah Nita.

"Ta…tapi bu…"

"Sayonara."

Mendengar perlakuan yang benar-benar tidak sopan dari orang yang lebih tua darinya seperti itu, Nita yang berusaha memasang senyum sinisnya itu dengan kesabarannya yang masih tersisa, mengucapkan salam pada bu Saraswati untuk berpamitan kembali ke kelasnya.

"Kalau begitu sa...saya pamit dulu (dasar nenek lampir!)" kata Nita sambil pergi keluar ruangan dengan perasaan takut dan kesal.

"Bye-bye."

CKLEK

...

...

Setelah yakin si Nita sudah pergi agak jauh dari ruang BK, segera saja bu Saraswati yang masih sempat kepikiran soal SMS tadi itu pun menelpon orang yang memberikan SMS yang membuatnya kesal itu.

avataravatar
Next chapter