8 Rumor kak Akbar

Di dalam kelas si Nita, Saat guru pelajaran ke 3 belum datang, adat murid seluruh dunia yaitu "berbincang-bincang" pun segera di mulai serentak, bahkan murid kampungan seperti Nita pun tidak luput untuk bercurhat pada teman bangkunya, apalagi mengenai masalah yang baru dia alami hari ini.

"Ha? Maaf, sepertinya tadi aku salah dengar atau kupingku kemasukan sesuatu, kau disuruh ikut club apa Nita?" tanya teman bangku si Nita yang sudah amat dekat dengannya karena sudah berkenalan sejak hari pertama sekolah.

"Club neraka Lisa, N-E-R-A-K-A," kata Nita mengulangi penjelasannya pada temannya yang dipanggil Lisa itu dengan perasan lemas karena terlalu kepikiran soal kelakuan Akbar.

"Maksudmu clubing atau sejenisnya itu?" tebak si Lisa yang tidak tahu apa maksud dari "Club Neraka" itu.

"Mana mungkin ada club seperti itu di sekolah Lis, pasti akan dibubarkan saat hari pertamanya dibuka tahu, dan juga tidak mungkin anak miskin sepertiku bisa ikut yang begituan kan?".

"(Ya, anak kampung yang mempunyai HP Smartphone)" kata Lisa yang hanya tersenyum dengan kesenjangan sosial yang sudah biasa itu.

"Benar-benar menyebalkan deh, kenapa aku harus dipaksa mengikuti hal yang tidak aku sukai begini sih? Hancur sudah deh harapanku untuk menaikkan tingkat pencak silatku lagi dan dapat pengalaman romantis di SMA yang aku idam-idamkan dulu," kata Nita yang putus asa berat itu.

"Ya, walau aku agak kesal dengan ucapan terakhirmu barusan, tapi aku juga turut berduka mendengarnya, karena pasti berat banget saat impian kita hancur hanya karena dipaksa untuk memenuhi ekspetasi seseorang seperti itu, i very know that felling," kata Lisa yang mengerti perasan temannya yang galau berat itu.

"Apalagi anggota club itu cuma 1 orang cowok yang omongannya kasar!! Bisa gila aku kalau terus-terusan meladeni ejekan anak Dajjal itu!" kata Nita sambil memukul meja keras-keras ketika mengingat semua ucapan si Akbar.

"Hei, jangan rusak propeti sekolah karena masalah priba...."

...

...

?!

"Eh, tunggu dulu, APAAA?! CLUBNYA ANGGOTA CUMA 1 ORANG COWOK DAN KAU SAJA?!" tanya Lisa yang sempat kaget dengan ucapan Nita barusan.

"Ya, gilakan? Aku tidak tahu apa sebabnya bu Helda menyuruhku untuk ikut bergabung dengan club yang isinya cuma orang itu, memang apa faedahnya coba menjadi anggota club yang anggotanya cuma ada 1 orang saja?" kata Nita yang langsung kepikiran soal hukuman sakti mandraguna dari bu Helda itu.

"Me..memangnya apa yang sudah kau lakukan sampai kau bisa disuruh ikut club itu ha?, kau jual "Dokumen negara sangat rahasia" yang jadi tempat alas gorengan yang dijual di kantin ya?" tanya Lisa yang penasaran dengan sebab Nita bisa masuk ke Helper club itu.

"Bu..bukan seperti itu, ta…tapi masalahnya itu..bi...bisa dikatakan a...aku telah melakukan kesalahan yang besar deh, ahahahaha," kata Nita dengan gugup karena tidak ingin temannya tahu kalau ternyata dirinya adalah cewek sadis.

"(Memangnya sebesar apa sampai hukumannya separah itu ha?) Terus, kira-kira cowok yang ada di club itu siapa dan seperti apa orangnya?" tanya Lisa kemudian yang penasaran dengan cowok yang dimaksud Nita tadi.

Mendengar pertanyaan si Lisa barusan, degan tegas si Nita pun langsung menjelaskan seperti apa sosok si Akbar Abadeir yang telah dia temui tadi itu dengan sedetail-detailnya.

"Anak Dajjal itu namanya Akbar Abadeir, dia anak kelas 11, tampangnya papasan dan rata seperti batu bata, mulutnya penuh dengan dosa seperti ceramah CALGUB yang suka memberi PHP, dan sikapnya menyebalkan seperti penganguran yang malas cari kerja tapi ingin gaji selangit."

"Nita, minta maaflah pada orang-orang yang singgung sebagai perumpamaa ..."

?

"Tunggu, Akbar? Maksudmu Akbar dari Helper Club di gedung kecil belakang sekolah?" tanya Lisa yang merasa tidak asing dengan Akbar itu.

"Ya, kau pikir siapa lagi yang punya nama sesat seperti itu disekolah in...."

?

"Eh, rasanya aku belum beritahu nama Clubku deh, jadi kamu kenal dengan kak Akbar dan clubnya itu Lis?"

"Tidak, tapi kakakku sempat bercerita soal dia saat kutanyai soal esktrakulikuler apa saja yang ada disekolah ini dulu saat pertama kali kita masuk ke kelas ini, karena aku ingin coba masuk ke beberapa club disini."

"Ah dari kak Mona rupanya, benar juga sih, diakan kelas 11, jadi dia pasti tahu soal Helper Club itu."

"Yap, kurang lebih begitu sih."

"Lalu, apa yang dia katakan?"

"Saat itu, katanya di sekolah ini ada ekstrakulikuler yang tujuannya membantu orang menyelesaikan masalahnya yang hanya ada 1 orang saja didalam club itu, dan kalau tidak salah ingat nama anaknya itu mirip seperti yang aku bilang tadi, Akbar Abadeir atau apalah itu kalau aku tidak salah ingat, dan kebetulan dia itu teman sekelasnya lho."

"Hooo, jadi-jadi, apa dari cerita kakakmu itu kau tahu si kak Akbar ini anaknya seperti apa?"

"Hmmm, kakakku mengatakan kalau si Akbar ini anak yang gak jelas Nita, jarang bicara, suka menyendiri, dan katanya lebih suka pergi ke ruang clubnya itu, bahkan kakakku bilang dia bahkan sering lupa nama-nama teman sekelasnya lho, jadi bisa kusimpulkan bisa dikatakan tipe anti sosial begitu."

...

...

Setelah mendengarkan ucapan Lisa barusan, si Nita sempat merenung sebentar, karena dia merasa ucapan Lisa itu malah kebalikan dari perkiraannya saat dia pertama kali melihat penampilan si Akbar dan tujuan dari Clubnya itu.

"Eh, massa sih? Apa kau tidak salah dengar? Dia itu membuat club yang berusaha untuk membantu orang-orang menyelesaikan masalahnnya, tapi kalau sifatnya seperti itu, ya mana mungkin ada orang yang mau minta bantuannya kan?" kata Nita yang merasa aneh karena apa yang diucapkan oleh Lisa barusan terasa berkebalikan dengan apa yang telah dia lihat sendiri.

"Mana aku tahu, aku cuma mengatakan apa yang dikatakan oleh kakakku saja Nit, lagipula aku sendiri juga belum bertemu dengannyakan? Jadi tidak mungkin aku mengiyakan saja ucapan kakakku itu."

"Memang benar sih kita tidak boleh menuduh tanpa bukti, tapi aku yakin deh kalau kakakmu pasti punya suatu masalah atau paling tidak sedang mabuk Pertamina sampai salah bicara begitu, ahahaha, karena tidak mungkinkan orang yang bersifat begitu malah ingin membantu orang-orang lain tahu," kata Nita sambil tertawa kecil.

---

Beberapa jam kemudian, setelah jam pelajaran ke 4 usai, atau lebih tepatnya saat istirahat ke 2 didalam ruangan Helper Club yang dimana Nita baru saja tiba setelah datang ke kantin untuk makan sebentar.

"(Awalnya aku tidak percaya dengan ucapan si Lisa, tapi kalau begini, rasanya aku ingin kembali kemassa lalu dan menampar diriku sendiri deh)"

Itulah yang dikatakan Nita dalam hatinya ketika dirinya yang baru saja membeli makanan dikantin dan baru membuka pintu ruangan Helper Club itu melihat si Akbar hanya tiduran dikasurnya dengan posisi membelakanginya, sikap Akbar itu secara tidak langsung mengingatkannya kepada penganguran yang massa bodoh dengan kehidupan.

"Siapa?" kata Akbar tanpa menoleh.

"Pemburu Anak Dajjal."

"Hei Imam Mahdi, mana salamnya?"

"Mati saja kau kak."

"Selamat datang di Alfamart, selamat berbelanja," jawab Akbar jutes.

Nita makin geram ketika melihat sikap si Akbar barusan yang terlihat cuek seperti itu, tentu saja hal itu membuatnya geram karena apa yang dilakukan si Akbar itu sama sekali tidak mencerminkan tujuan dari keberadaan club yang dia huni sekaligus yang dia ketuai itu.

"Hei kak Akbar, sebenarnya kakak niat tidak sih mau menolong orang?" tanya Nita kemudian dengan pandangan sinis.

"Niat," jawab Akbar simple.

"Kalau begitu kenapa kakak bersikap seperti itu ha? Jika kakak seperti itu terus sudah pasti tidak akan ada orang yang menemui kakak untuk meminta bantuan lho! Yang ada malah mereka akan cari masalah karena sikap kakak itu," kata Nita menjelaskan dengan nada tegas.

"Terlepas dari sikapku yang menyebalkan, aku akan bersikap berbeda jika sedang menyelesaikan masalah kok, jadi tenang saja dan jangan dipikirkan soal kelakuanku ini ya," kata Akbar lagi dengan santainya.

"Lalu apa yang harus kita lakukan disini kalau tidak ada orang yang mau minta bantuan ha?"

"Terserah kau mau apa, mau belajar, makan-minum, melihat mp3 atau jav asal tidak yang mengandung suara "ah-ah-ah" nya, main HP asal tidak ada suara "ah-ah-ah" nya, atau tidur asal jangan kebablasan sampai bel masuk saja, dan tentu saja saat tidur tidak berguman "ah-ah …"

PLAAKKK!!

"…..aaaaah!! Dasar perawan! Apa-apaan yang kau lakukan barusan itu ha?" kata Akbar yang sempat kaget ketika Nita buru-buru menghampirinya lalu menampar kepalanya.

"Hooooo, berani sekali ya bicara seperti itu didepan perempuan, kakak gak ada niatan untuk menikah ya?" tanya Nita yang benar-benar kaget sekaligus kesal dengan apa yang diucapkan oleh Akbar tadi, apalagi dengan nada suara yang tepat.

"Hei, aku cuma mengucapkan fakta, memangnya kau bisa tenang kalau kau mendengar suara seperti itu ha? Aku ini melarangmu, bukan menyuruhmu melakukannya oh Roberto!" kata Akbar yang membela dirinya sendiri.

"(Sial, bener banget ucapannya) Aih, terserahlah dengan apa yang kakak katakan, tapi kalau kakak sendiri tidak ada kegiatan seperti ini, apa memang kakak cuma tiduran seperti orang tua yang mau menunggu ajal seperti itu? Tidak ada hal yang lebih berfaedah kah?" tanya Nita kemudian pada Akbar dengan nada emosi.

"Aku lebih suka kata "menghemat energi" atau "menenangkan pikiran", tapi untuk orang awam sepertimu, ya bolehlah kau sebut "tiduran" seperti itu."

Mendengar ucapan si Akbar barusan itu, Nita hanya memegang kepalanya yang mulai pusing memikirkan soal kebebasan club itu yang terlalu "bebas", karena untuk orang yang aktif seperti Nita, hal itu tentu saja terasa tidak biasa untuknya.

"(Ini mah bukan Helper Club lagi namanya, tapi "Santai Club" tahu!) Haaa, percayalah kak, tidak akan ada orang yang mau datang kesini minta bantuan kepada kakak kalau kakak masih bersikap seperti itu lho, seharusnya kakak cari perhatian agar ada orang yang mau datang kesini lho."

"(Sudah kuduga, ternyata dia belum diberitahu oleh bu Helda rupanya soal masalah itu, dia ini benar-benar murni dihukum tanpa ada maksud lain ya) Lalu apa? Kau ingin menyuruhku membuat orang yang hidupnya damai terkena masalah dengan sengaja sehingga mereka meminta tolong kepada kita dan kita punya hal untuk dikerjakan? Begitu? Ahahaha, maaf ya aku tidak sejahat itu."

?

"(AKKHHH NYEBELIN!!! WALAU UCAPANNYA KEREN, TAPI NIH ORANG TIDAK MENGERTI APA MAKSUD UCAPANKU YA?! TERNYATA BENERAN BODOH NIH KAKAK KELAS!!) AH TERSERAH KAKAK DEH! AKU SUDAH TIDAK PEDULI LAGI," kata Nita yang massa bodoh sambil menutup pintu keras-keras.

"Bye-bye, kalau bisa saat keluar jangan banting pintun .... yaaaa, padahal baru aku peringatkan, tapi terserahlah," kata Akbar yang bersikap massa bodoh.

avataravatar
Next chapter