33 Ratu sekolah (2)

"Ahahaha, jangan bicara begitu dong Rafaela, bukannya kau juga sering mendapatkan surat cinta dan sejenisnya dari pengemar-pengemarmu yang sangat memujamu itu? Bahkan sampai ribuan lho, seharusnya aku yang iri dengan hal itu? Aku benarkan Windya?"

"Berisik, gara-gara keramaian yang kalian buat di kantin tadi aku jadi tidak bisa makan dan belajar dengan tenang, waktu 10 menitku jadi terbuang sia-sia tahu."

"Ya mau bagaimana lagi mata 4, kita sudah janjian untuk makan bersama si Mona di sanakan? Memangnya memangnya pantas apa kalau kita langsung pergi dan tidak menepati janji yang kita buat, ha?"

"Ahahaha, tapi sayangnya si Mona tidak datang-datang juga, padahal dia bukan tipikal perempuan yang akan lupa dengan janji yang dia buat, kira-kira dia ada diman…."

Dan ketika perempuan yang dari tadi tertawa tidak jelas itu menoleh kearah seberang, dia sempat melihat Lisa dan Nita sedang jalan bersamaan ke arah mereka, dan karena kebetulan si perempuan ini ada urusan dengan Lisa, diapun segera menghampirinya.

"Ahahahaha, orangnya dibicaraain, tapi malah si adiknya yang muncul, HEI LISAA!! TUNGGU!!" kata perempuan itu sambil berlari kearahnya.

"Ka..kampret, me..mereka yang dibicarakan malah muncul beneran lho," kata Lisa yang tiba-tiba menjadi grogi melihat kedatangan perempuan itu.

"Mereka? Ha?! Maksudmu si para ra…."

!!!

"AAAHHHH!!!"

Langsung saja Nita dan Lisa berteriak bersama-sama ketika wanita yang berlari kearah mereka itu langsung meloncat dan memeluk erat mereka berdua sampai jatuh kelantai, dan yang membuat Nita menjadi shock bukan karena wanita itu yang mengelus-elus pipinya, tapi karena saat dirinya menunjuk kearah Bela sambil melirik tajam kearah temannya, si Lisa yang tahu maksud tindakan Nita barusan itu hanya menganggukkan kepala kepadanya.

"(KA…KAK… KAK BELA ITU RATUNYA PARA RATU??!!!)" kata Nita yang terkejut sampai membatu.

"AWWW, pipi kalian masih saja lembut seperti perawan, kalian pakai pemutih apa biar bisa selembut ini?" kata Bela yang keasyikan mengelus pipinya ke pipi 2 anak itu.

"Hahaaa, seperti biasa kakak masih saja suka bersikap aneh ya," kata Lisa yang entah kenapa setelah berurusan dengan Akbar, dia jadi tidak terlalu terpengaruh dengan ulah Bela barusan

"Astaga Bel, bisa tidak kau bersikap normal untuk 5 menit saja? Sikap hyperaktif dan extrovetmu itu membuatku takut tahu," kata wanita berwajah cantik berambut pirang panjang yang tadi dipanggil Bela dengan nama "Rafaela."

"Penasaran, kenapa dengan sikap barbarmu itu kau jadi dicintai banyak laki-laki ya? Apa ini mungkin pertanda bahwa laki-laki saat ini memang sudah kehilangan akal sehat mereka ya?" kata gadis berkacamata berambut hitam pendek yang entah kenapa terasa aura dingin dari tatapannya.

"Ahahahaha, kamu saja yang terlalu kaku saat bicara dengan orang lain Windya, coba kamu kamu latihan tersenyum sedikit, pasti para cowok akan jadi terangsang deh," kata Bela sambil tersenyum lebar.

"Kesal, jangan mengatakan hal-hal vulgar seakan itu hal yang bisa dikatakan sehari-hari Bel," kata perempuan berkacamata bernama "Windya" yang menatap sinis Bela karena merasa terendahkan.

"Anu kak Bela, bisa kakak berhenti mengelus-ngelusku, hanya karena aku bukan cowok, bukan berarti kakak bisa melakukan hal ini tahu, lihat, temanku sampai membatu karena tidak nyaman dengan sikap kakak lho," kata Lisa yang tidak nyaman dengan kelakukan Bela yang tidak tahu malu itu.

"(Sialan, setelah mendengar cerita si Lisa tadi, aku langsung bisa merasakan aura-aura ratu dari masing-masing penampilan mereka lho, apalagi kak Windya yang cara ngomongnya sesuatu begitu. Ap...a..apa aku harus bicara formal atau tidak ke 3 orang ini ya?)" kata Bela yang hanya membatu bukan karena tidak tahu harus berbuat apa, tapi karena dia terlalu tegang menghadapi orang-orang penting yang tiba-tiba muncul mendadak itu.

"Ahahaha, maaf ya, sudah kebiasaanku kalau ketemu anak-anak yang manis. Oh ya, omong-omong di mana kakakmu Lis? Tadi saat kami menunggunya di kantin karena dia bilang ada hal yang ingin dibicarakan dengan kami, dia malah tidak muncul-muncul lho," kata Bela kemudian sambil melepaskan pelukannya.

"Apakah dia ada kegiatan ekstranya atau keasyikan main dengan teman-teman cowoknya lagi?" tanya Rafaela menebak.

"Hmmmm, bagaimana menjelaskannya ya, dia memang bertemu dengan seorang cowok sih, tapi dia bukan temannya."

!

"Kaget, ada cowok yang bukan teman dengan si tomboi itu? Sepertinya cowok itu tidak pernah bertemu si Lisa ya?" tanya Windya yang menebak apa yang sedang terjadi.

"Ya, ahahaha begitulah, karena cowok yang satu ini benar-benar unik, benarkan Nita?"

"(Eh, ke..kenapa tiba-tiba kau membahas soal kak Akbar dengan mereka sih? Ta..tapi demi kebaikan mereka sendiri dan reputasi club, lebih baik sekarang aku tidak perlu membicarakan kak Akbar deh, karena entah kenapa saat aku mengingat kelakukan kak Akbar dan kak Mona tadi, aku malah jadi punya firasat hal buruk akan terjadi jika mereka semua bertemu satu sama lain) Ahahaha, be..benar kak, dan karena cowok ini juga berbahaya dan sulit di atasi dengan akal sehat, saya sarankan agar kakak-kakak sekalian tidak mendekatinya ya, ini demi kebaikan mental dan iman kalian semua," kata Nita sambil tersenyum manis dan sekaligus memberikan peringatan agar mereka tidak mendekati cowok itu.

"Heran, kalau kau bilang cowok ini berbahaya, kenapa juga si Lisa bertemu dengannya?" tanya Windya yang heran itu.

"Ya, lagipula siapa sih cowok yang kita bicarakan ini?" tanya Rafaela yang malah penasaran dengan cowok misterius itu.

!!!

"(DUUUH!! MEREKA MALAH JADI MAKIN KEPO DONG!! BODOHNYA AKU!! A..AKU HARUS PERGI DARI SINI!) Ah maaf kakak-kakak sekalian, karena pelajaran kami akan segera dimulai, kami pamit du…"

"Cowok itu namanya kak Akbar, dia teman sekelasnya kakakku," jawab Lisa.

3 perempuan itu hanya terdiam saja ketika mendengar nama dari cowok yang sedang mereka bicarakan itu, 2 diantara mereka terdiam saja karena mereka sama sekali tidak mengenal dengan anak itu sebelumnya, sedangkan yang satunya lagi yang sudah bisa kita tebak siapa dia itu langsung merubah raut wajahnya menjadi serius.

"Penasaran, Akbar? Apa kamu kenal dengan dia Rafaela? Karena aku tidak pernah mendengar namanya sebelumnya dan juga tidak peduli," tanya Windya.

"Hmmm, rasanya aku pernah dengar nama ini dari rumor-rumor sekolah deh, tapi sayang banget aku lupa soal apa rumornya itu," jawab Rafaela.

"(Bodooooh! Kenapa juga sih kamu memberitahu namanya?! Padahal kita hampir bisa meninggalkan mereka tahu!)" kata Nita yang tidak sanggup mengucapkan kata-katanya itu sambil menggoyang-goyangkan tubuh si Lisa dengan muka cemburut.

"Eh Ni…Nita, ka..kamu ngapain?" tanya Lisa yang tidak paham dengan perbuatan Nita barusan.

"Bagaimana dengamu Bel, apa kamu mengenalnya?" tanya Rafaela kemudian kepada Bela yang sempat membisu itu.

"(Kak Akbar, kenapa tiba-tiba Mona yang membuat janjian dengan kita itu malah bertemu dengan kakakku? Apa ini rencana lain dari si kamus gila bernyawa itu?)" Bela yang berpikir keras mengenai apa yang sedang terjadi.

"Hoiii, Bela, kenapa kau jadi diam begitu? Apa kamu kenal dengan si Akbar ini?"

"Eh, ahahahaha, ma..maaf aku sempat melamun sebentar karena kepikiran sesuatu, dan ya, aku kenal dengan cowok ini kok, karena dia itu kakakku" jawab Bela yang mengakhiri lamunannya sambil tersenyum.

"Oh kakakmu ya, aku kira siap...….."

?!

"HAAAAAAAAAAAA!! KAMU PUNYA KAKAK??!!" tanya Windya dan Rafaela bersama-sama dengan raut wajah yang kaget.

"Lho, kenapa kalian jadi kaget begitu, memangnya kalian belum tahu ya soal kakakku itu?" tanya Bela kemudian.

"Menjawab, bagaimana kami bisa tahu kamu punya kakak atau tidak kalau kau tidak pernah membicarakannya dengan kita Bel?" kata Windya.

"Ah begitu ya? Ahahahaha, ma..maaf ya aku belum pernah cerita tentang dia pada kalian, mu..mungkin karena aku kebanyakan pikiran sampai aku lupa dengannya ya? A..ahahaha."

"(Curiga, kenapa aku merasa dia berusaha menyembunyikan kakaknya dari kita ya?)" kata Windya yang merasa heran dengan sikap Bela yang tiba-tiba terlihat panik itu.

"Wow, adiknya saja sudah hebat seperti ini sampai disebut ratu para ratu, apa kira-kira kakakmu itu seperti rajanya para raja? Kalau memang begitu tolong perkenalkan aku dengannya ya," kata Rafaela yang menggoda si Bela sambil menyiku-nyiku dirinya.

"Soal itu, se..sebenarnya kami memiliki sikap yang berbeda sama sekali, bahkan bisa dikatakan kakakku itu terlalu normal, ahahaha, ja..jadi tidak ada yang special dari….."

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH!!!!"

?

"Eh? Suara teriakan siapa it….lho Mona?! Kenapa kamu….."

BRAAK!

Langsung saja Mona yang lari terbirit-birit seperti orang kerasukan yang tidak melihat kondisi sekitarnya itu melabrak teman-temannya dengan keras, dan bukannya berhenti atau bicara terlebih dahulu dengan orang yang dia tabrak, si Mona yang segera bangkit dari jatuhnya itu malah langsung melanjutkan kegiatan larinya tanpa mendengarkan panggilan teman-temannya.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH!!"

"WOI, MONA?! APA-APAAN SIH KAMU?! SUDAH JADI GILA YA?! KENAPA KAU BERLARI SAMBIL BERTERI….WOI! KAU DENGAR AKU TIDAK?! MONAA!" kata Rafaela yang berusaha memanggil Mona yang jadi gila itu.

"Aduh, ka..kamu tidak apa-apa Nit?" tanya Lisa kepada Nita.

"Serius girl? Haruskah aku berkomentar tentang pertanyaanmu itu?" kata Nita yang kepalanya masuk kedalam tong sampah dengan posisi sempurna.

"Penasaran, ini pertama kalinya aku melihat Mona seperti itu lho, sekarang aku jadi ragu dengan kakakmu yang "Normal" itu Bela," kata Windya sambil mengambil kacamatanya yang terjatuh ke lantai itu.

"(Ka..kak Akbar, a..apa yang baru saja kau lakukan?)" kata Bela yang mulai cemas dengan kakaknya.

avataravatar
Next chapter