31 Love is ruwet (4)

"Wow, beruntung kursi itu tahan banting Nis, kalau kursi itu rusak, kau harus ganti rugi lho," kata Akbar sambil membersihkan bajunya yang agak lusuh saat menghindar tadi.

"HALOOO?! APA INI SAAT YANG TEPAT UNTUK BAHAS MASALAH KURSI?! NYAWAMU SEDANG TERANCAM DISINI DASAR SENIOR IDIOT!" kata Nita yang kesal dengan ucapan Akbar barusan.

"LEPASKAN AKU KALIAN BERDUA!! ORANG GILA ITU HARUS DIBUNUH SEKARANG JUGAA DEMI KABAIKAN MANUSIA!!" kata Mona dengan emosi yang meluap-luap.

"SABAR KAK! A..AKU TAHU KALAU DIA GILA, TA..TAPI PALING TIDAK KITA HARUS DENGARKAN DULU RENCANANYA KAK! KA..KARENA PASTI ADA ALASAN DI BALIK SEMUA UCAPANNYA ITU!" kata Lisa sambil menahan tangan kakaknya yang ingin meraih leher si Akbar.

"Kau benar Lis, aku punya alasan yang cukup bagus mengenai rencanaku itu, masalahnya adalah apa kau mau mendengarkannya, Mona?"

"COBA SAJA BERITAHU!! APAPUN ITU AKU AKAN TETAP…"

Mendengar Mona sudah kehilangan akal sehat karena sudah terlalu emosi berat dan juga karena tidak ingin pelanggannya itu menjadi lebih kesal dengan layanannya, dengan tegas namun elegan, Akbar pun memotong ucapan si Mona dan mulai menjelaskan alasan dari rencananya

"Menurut pendapatku pribadi, kau adalah tipikal perempuan dengan emosi yang sangat besar, jadi jika kau tidak suka dengar hal tersebut, pasti secara terang-terangan+ngotot kau tidak akan mau melakukan hal itu. Selain itu kau juga tipikal orang yang malu-malu kucing untuk urusan hal yang berhubungan dengan masalah perasaan seperti ini, kita bisa mengetahui kalau hal itu benar saat dia tiba-tiba jadi "feminim" saat membicarakan si Juprikan?" kata Akbar menjelaskan.

"Benar sekali," jawab Lisa dan Nita bersamaan sambil menatap sinis kearah Mona.

??!!

"HAAAA! Me..memangnya kenapa?!! Siapa juga yang tidak akan panik ketika membicarakan orang yang kita sukai secara tiba-tiba seperti itu ha?!" tanya Mona yang murahnya merah pekat karena marah dan malu sekaligus.

"Itu dia masalahnya, kau itu malu-malu untuk hal yang berhubungan dengan masalah cinta seperti ini sekaligus tidak suka melakukan hal yang kau tidak suka, jadi sudah pasti 90% cinta yang impikan tidak akan terwujud tahu, karena faktanya kau adalah tipikal cewek yang ingin "ditembak" duluan agar kau tidak perlu melakukan hal yang memalukan sepertinya menyatakan cintakan? Karena jika bukan karena ini, kau pasti sudah menyatakan cintamu dari dulu kepada si Jupri agar ke gensianmu terhadap teman-temanmu tidak berlama-lamakan?"

!!!

"(HAAAAA?! DA…DARIMANA DIA BISA MENEBAK ITU SEMUA?!)" kata Mona yang kaget bukan main mendengar Akbar yang bisa tahu jalan pikiran dan sikapnya itu.

"Dan di sinilah masalah terbesarnya, kau ingin orang yang bahkan "mungkin" tidak sadar kalau kau "ada" itu ingin jatuh cinta padamu? Helooo, itu bahkan sudah melewati batas kesombongan woi, menginginkan sesuatu tanpa usaha yang diperlukan sama sekali dengan harapan keajaiban akan muncul dengan sendirinya, kau pikir dunia itu sebaik yang kau pikirkan apa?! HIDUP INI KEJAM PERAWAN! KALAU KAU TIDAK MAU YANG KEJAM YA JANGAN HIDUP!" kata Akbar dengan tatapannya yang menakutkan lagi.

Setelah mendengar ucapan Akbar barusan, Mona yang sama sekali tidak bisa membantah ucapannya yang benar sekali itu, akhirnya berhenti menggila, dan malahan dirinya langsung saja tersungkur ke tanah juga karena syok mengetahui Akbar bisa mengetahui sifatnya yang tidak diketahui oleh banyak orang.

"A..aku minta maaf, a..aku mohon, ja..jangan beritahu anak-anak yang lain kalau aku culun soal masalah percintaan," kata Mona yang mulai bersujud memohon ampun.

"Astaga, aku sudah tidak tahu lagi apa yang sebenarnya terjadi disini. Apa hal gila seperti ini sering terjadi disini Nit?" tanya Lisa yang mulai strees dengan banyaknya kejadian tidak terduga yang muncul berkali-kali di ruangan itu.

"Ah, kau akan terbiasa kalau kau disini selama 1 bulan," jawab Nita enteng.

"Jangan main sujud begitu sialan, bangun! Kau pikir aku tipikal orang yang suka disembah apa? Ini bukan zaman Ibrahim dan Firaun woi."

"Waah kak Akbar jadi berlebihan deh, paling tidak kak Mona kan ... "

"Dan buat kalian berdua, sekarang tolong kalian silahkan kembali ke ke kelas kalian, karena ada hal pribadi yang harus aku lakukan dengan si Mona sekarang," kata Akbar kemudian kepada 2 adik kelasnya itu.

...

...

"Ha? Hal pribadi? Apa maksudnya itu?" tanya Lisa.

"Bukan hal pribadi lagi kalau aku mengatakannya, nah sekarang cepat kalian keluar," kata Akbar sambil menunjuk-nunjuk kearah pintu keluar.

"Tunggu Akbar, bu..bukannya aku tidak mau atau bagaimana, ta..tapi setelah inikan istirahat aka selesai, jadi …"

"Tenang Nis, aku tahu setelah ini pelajaran tambahan kita akan diajari oleh pak Harudin, dia selalu saja telat 10 menit karena dia setelah ngopi dulu diwarung sebelah sekolah, dia harus mendinginkan dirinya dulu didepan kipas angin sambil bermain "Class Royal" 2x, jadi kita tidak akan telat walaupun bel akan berbunyi dalam 4,3,2…."

TEEET-TEEET-TEEET

Semua orang mulai memasang wajah tercengah ketika hitung mundur yang dikatakan Akbar benar-benar tepat waktu, kecuali si Nita yang sudah terbiasa dengan kelakuan Akbar karena sudah 1 bulan bersamanya.

"Wow, aku memang tercengah, tapi entah kenapa aku tidak merasa kaget lagi dengan kemampuanmu itu kak Akbar," kata Lisa yang hanya bisa merasa kagum namun tidak bisa mengekspresikan rasa kagum dengan wajahnya itu.

"Hahaha, sudah aku bilang, kau akan terbiasakan?" kata Nita.

"Jadi, silahkan keluar ya, hati-hati dijalan," kata Akbar sambil melambaikan tangan kepada para juniornya itu.

Lalu, sebelum pergi, Lisa yang agak khawatir meninggalkan kakaknya sendiri itu pun sempat bertanya padanya.

"Kak, apa kakak yakin ingin bicara sendirian dengan makhluk ini? Kakak sudah melihat apa yang telah terjadi pada diri kakak saat bicara dengannyakan? Apa kakak tidak ingin aku temani?" tanya Lisa kemudian kepada kakaknya.

"(Hei, apa maksudmu dengan "makhluk ini" ha? Dasar junior yang tidak sopan)" kata Akbar yang merasa dihina.

"Haaaaa, karena kita sudah terjebak dengan alur permainan si aneh ini..uhuk-uhuk…aku akan menuruti kata-katanya sebelum semua urusan ini menjadi lebih rumit dari sebelumnya, tapi itu hanya saat kata-katanya masuk akal, jadi aku akan menghajarmu kalau ucapanmu itu benar-benar tidak masuk akal, kau dengar ucapanku itu Akbar?!" kata Mona yang melototi Akbar.

"Ya yang mulia ratu," jawab Akbar simple.

"Nah baiklah, karena semuanya terlihat sudah terkendali, aku dan Lisa pamit keluar ya kak Akbar, selamat bersenang-senang dan jangan mati ya," kata Nita yang akhirnya pergi keluar ruangan sambil menarik Lisa.

"A..aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, ta..tapi jangan sampai emosi duluan ya kak, se..semoga sukses," kata Lisa memperingati kakaknya itu.

"(Sepertinya dia harus mengaca di cermin dulu deh)" kata Akbar yang sempat teringat dengan sikap Lisa yang berlawanan dengan apa yang barusan dia katakan itu.

BLAAM

Akhirnya, setelah para junior mereka meninggalkan ruangan tersebut, Akbar dan Mona pun mulai menatap satu sama lain, dan karena ini adalah pertama kalinya dia sendirian dengan orang yang bisa membuatnya kalah omong, Mona yang tidak ingin lebih stress sekaligus membuat suasananya menjadi lebih canggung itu segera membahas topic permasalahan.

"Uhuk-uhuk, baiklah Akbar, karena mereka berdua sudah keluar, bisa jelaskan padamu apa yang ingin kau katakana? Aku ingin segera mengakhiri percakapan ini karena aku sudah benar-benar tidak nyaman lagi membahasa masalah si Jupri ini tahu," kata Mona.

"Baiklah, aku akan terus terang saja mengenai hal ini, tapi sebelum itu."

Akbar yang daritadi rebahan di kasurnya itu segera bangkit dan berjalan menuju dispenser air dipojok ruangan, dan setelah mengisi sebuah gelas dengan air hangat, diapun berjalan menuju kearah Mona dan memberikan gelas itu kepadanya.

"Minum air ini dulu, karena air hangat lumayan bisa meringankan batuk," kata Akbar.

???

"(Ha? Apa-apaan dia ini? Kenapa dia jadi sopan mendadak begitu? A..apa dia sedang melakukan rencana gila lagi atau sejenisnya? Kalau iya apakah ada sesuatu di air it…)"

"Tidak ada racunnya kok," kata Akbar sambil tersenyum.

...

...

!!!

Mona shock ketika melihat si Akbar tersenyum manis seperti itu kepada dirinya, bahkan saking shocknya dia malah merasa kalau orang yang sedang ada dihadapannya sekarang bukanlah orang yang sama beberapa detik yang lalu.

"(Sumpah! Dari auranya saja di..dia benar-benar jadi orang yang berbeda lho! Bagaimana dari orang yang liar bisa jadi sesopan ini dalam waktu yang singkat?! A…apa dia ini punya kepribadian ganda, bipolar, autis, atau sejenisnya?) Te..terima kasih," kata Mona yang akhirnya menerima air hangat pemberian Akbar dengan tangan gemetaran karena melihat sikap Akbar yang terlihat sangat berbeda dari beberapa detik yang lalu itu.

Setelah itu, si Mona segera saja meminum air hangat pemberian Akbar barusan, dan setelah meminunya, Mona merasa sangat lega karena tengorokannya tidak terasa perih lagi seperti sebelumnya. Namun kedamaiannya itu berakhir dengan cepat, karena lagi-lagi Akbar melakukan hal yang gila.

"(Aaaaah, memang benar air panas itu obat segala penyakit ya, dan pasti akan lebih enak lagi kalau ini adalah teh)" kata Mona yang merasa baikan itu.

"Tolong diam sebentar, biar aku cek dulu."

"Ha? Apa yang kau…"

Langsung saja Mona yang membatu itu menjatuhkan gelas yang dia pegang, karena dia sangat kaget melihat Akbar yang tiba-tiba mendekati wajahnya sambil menempelkan tangan di jidatnya, sangaaaat dekat sampai-sampai nafas Akbar terasa di bibir Nita.

"Astaga, kamu panas banget lho, sepertinya batukmu itu bukan cuma batuk biasa karena makan makanan berminyak, aku menebak kau ini sedang terkena demam deh," kata Akbar yang tangannya terasa hangat ketika menyentuh jidat Mona.

"A…A…..APA-APAAAN KAAUUU??!!" kata Mona dengan suara lantang.

Langsung saja tanpa banyak bicara Mona segera mendorong jauh si Akbar, tentu saja Akbar yang terlalu polos hingga membuat kita para pecinta cerita romantic merasa muak itu merasa heran karena dia merasa tidak melakukan hal yang salah.

"Hei, kenapa kau main dorong begitu? Aku cuma mau melihat kondisimu saja tahu!" kata Akbar yang tidak paham kenapa Mona marah itu.

"Bo…bodoh banget kamu! Kamu pikir itu pantas apa kalau memegang tubuh wanita tanpa izinya terlebih dahulu?!"

"Kan tadi aku sudah bilang kalau aku mau cek …"

"MAKSUDKU SEBELUM ITU DASAR TOLOOOL!! KENAPA KAU BERSIKAP MENYEBALKAN BEGITU SIHH?! BERHENTILAH BERCANDA SEPERTI ITU!! CANDAANMU YANG SEPERTI ITU MALAH MEMBUATKU JADI MERINDIRNG TAHU!" kata Mona sambil menendang-nendang si Akbar.

"Aku tidak bercanda Mon, daritadi sejak di kelas aku sudah melihat mukamu itu pucat dan merah, dan sekarang mukamu bahkan lebih merah lho, kau yakin tidak mau ke UKS?"

"(MUKAKU MERAH KARENA ALASAN LAIN SIALAN! SU..SUDAH CUKUP! A..AKU HARUS SEGERA CEPAT PERGI DARI SINI SEBELUM KEWARASAN JADI HILANGG!) Ok Akbar, cu..cukup, kita into the point saja, karena aku benar-benar tidak punya kekuatan lagi untuk meladeni hal yang tidak penting seperti itu..uhuk-uhuk."

"(Bisa-bisanya dia menganggap kesehatannya bukan hal penting, tapi memang benar sih kalau kita tidak ada waktu lagi) Baiklah kalau itu maumu, aku akan mulai serius sekarang, apa kau sudah siap?"

"(Haaaaaa, akhirnya yang aku tunggu-tunggu datang juga, terima kasih ya Tuhan, setelah ini akan aku jawab dengan jawaban singkat dan percakapan bodoh ini akan berakhir cepat) Ya aku siap, jadi apa yang ingin kau katakan ha?"

"Mona."

"Ya?"

"Aku ingin kau jadi pacarku."

avataravatar
Next chapter