30 Love is ruwet (3)

Akhirnya, setelah beberapa menit penuh dengan kekerasan yang tidak berperi kesenioran, Lisa yang sudah kelelahan menendang Akbar itu pun berhenti menyiksanya, sedangkan si Akbar sendiri masih tergeletak dilantai karena masih merasa kesakitan dengan tendangan beruntun dari Lisa barusan.

"Hei senior bangsat, aku sudah berhenti menendangmu, jadi cepat bicara mengenai rencana konyolmu itu," kata Lisa dengan tatapan mafia.

"(Di..dia memang tidak pernah ikut bela diri, ta..tapi kenapa dia bisa sangat brutal seperti itu ya? Apa itu gara-gara dia kebanyakan lihat film kekerasan, dan kira-kira apa si Akbar baik-baik saja?)" kata Mona sambil melihat kearah Akbar yang tergeletak di lantai.

"Kak Akbar, oi kak Akbar, apa kakak masih bernafas?" tanya Nita sambil menusuk-nusuk tubuh Akbar menggunakan kain pel untuk memastikan dia sudah mati atau tidak.

"Bukannya ditaruh di kasur dan dibuatkan teh panas seperti tradisi orang Indonesia, kalian malah bengong seperti orang bodoh dan bahkan main-main dengan tubuh korban kekerasan, apa kalian masih pantas disebut manusia ha?" kata Akbar yang jengkel dengan perilaku 3 kaum hawa itu.

"Oh masih hidup rupanya, sayang sekali," kata Nita dengan muka cemburut.

"Woi perawan, apa maksud ucapanmu barusan ha?!"

"Berhenti basa-basi, sebentar lagi bel masuk akan berbunyi, cepat beritahu saja rencanamu itu dengan singkat, padat, dan jelas dasar sialan," kata Lisa yang masih saja menatap rendah si Akbar.

"(Kau yang mengajarinyakan? Kakak adik memang gak beda jauh rupanya)" kata Akbar yang memberikan telepati kepada Mona.

"(Hei, asal kau tahu saja, aku tidak pernah mengajarinya seperti itu lho)" kata Mona yang memberikan aba-aba "tidak tahu apa-apa," ketika Akbar memandangnya dengan sinis.

"Haaa, karena aku tidak mau dapat siksaan lagi, akan kujelaskan rencanaku itu seperti yang kau inginkan, jadi pasang baik-baik telinga kalian," kata Akbar yang kemudian bangkit dari lantai dan segera duduk di kasurnya.

Kemudian, setelah membersihkan bagian bajunya yang sedikit kotor karena terjatuh dilantai tadi, Akbar yang masih saja menyimpan rasa kesal itu segera menghirup udara panjang, dan setelah tenang kembali, dia pun mulai menjelaskan rencananya.

"Lisa, kau ingin kakakmu bahagiakan? Karena itulah kau melarang dia berpacaran dengan Juprikan?"

"Ya," jawab Lisa simpel.

"Lalu kau Mona, kau ingin bahagia dengan mengakhiri statusmu sebagai jomblo agar kau bisa dianggap gaul oleh teman-teman perempuanmu atau untuk apalah itu, iyakan?"

"Hei, me..memang benar kalau aku ingin dianggap feminim oleh teman-temanku dengan memiliki pacar, karena hampir semua teman-teman di sekitarku menganggapmu terlalu jantan, tapi bukannya ucapanmu itu terlalu kasar walau hanya untuk sebuah pertanyaan?" kata Mona yang jengkel dengan kalimat yang dibuat Akbar tadi.

"Fakta tetaplah fakta, dan kembali ke masalah, jadi intinya, kalian berdua ingin keinginan kalian sama-sama terkabulkan kan?"

"YA," jawab 2 bersaudara itu bersamaan.

"Nah, karena itulah aku menyuruhmu menyatakan cinta pada si Jupri hari ini Lisa, karena dengan begitu keinginan kalian berdua bisa terpenuhi seiring berjalannya waktu."

?

Mendengar ucapan Akbar barusan, 3 anak perempuan yang masih perawan dan masih pemula dalam masalah percintaan itu hanya saling menatap satu sama lain yang menandakan mereka sama-sama tidak mengerti jalan pikir si Akbar, dan karena sudah paham kalau bahasa Akbar akan terasa berat dan sulit diterima oleh orang normal seperti mereka itu, maka Nita yang sudah terbiasa dengan gaya bicara makhluk aneh itupun menanyainya.

"Kak Akbar, aku tahu kakak sengaja membuat kita bingung dengan konsipirasi-konspirasi Illuminati yang kakak katakan, dan karena kami sudah menyerah, bisa jelaskan rencanamu itu dengan singkat, padat, dan jelas," kata Nita yang sudah terbiasa dibuat bingung dengan ucapan dan ide-ide si Akbar.

"Baiklah, aku akan menjelaskan apa maksud dari ucapanku barusan, jadi pasang telinga kalian baik-baik karena aku memasang patokan 1000 rupiah untuk 1 kali pengulangan," kata Akbar memberikan peringatan.

"Berhentilah basa-basi dasar sialan, cepat katakan sebelum aku menghajarmu lebih parah lagi," kata Lisa yang mulai geram sambil menggenggam tangannya.

Dan akhirnya, setelah menghembus nafas panjang, segera saja Akbar menjelaskan mengenai apa maksud dari ucapannya barusan.

"Kalian tahu, dengan menyatakan cinta kepada si Jupri ini, kau Mona, akan memiliki 2 hal yang akan terjadi selanjutnya."

"Oh ya, dan apa itu?" tanya Mona kemudian.

"Kemungkinan 1, kau diterima dan akhirnya kau bahagia karena permintaanmu terpenuhi yang di mana hal itu akan membuat si Lisa gagal, dan kemungkinan ke 2, kau ditolak dan akhirnya kau tidak bahagia karena permintaanmu tidak terpenuhi yang di mana hal itu akan membuat si Lisa berhasil."

"Ya, terus?"

"Jika kemungkinan 1 terjadi, maka langkah selanjutnya yang harus kita lakukan adalah memastikan kalau ternyata si Jupri ini adalah orang yang baik untuk menghancurkan argument milikmu, Lisa, mengenai si Jupri yang jahat itu, sehingga dengan begitu kalian berdua sama-sama untung."

?

"Eh, sama-sama untung? Apa maksudnya itu?" tanya Mona yang kurang paham.

"Helooo, masih tak sadar juga? Jika ternyata si Jupri jahat seperti dugaanmu Lisa, maka si Mona bisa berhenti mencintai orang jahat ini dan kau Lisa, bisa bahagia karena ucapannya terbukti benar. Dan jika ternyata si Jupri baik seperti dugaanmu Mona, maka kau bisa bahagia karena dugaanmu benar dan Lisa juga bisa bahagia karena pacar kakaknya ternyata orang baik, kalian sudah paham? Kalau tidak, siapkan uang kalian! Aku siap untung mengulang kapan saja."

Setelah mendengar penjelasan Akbar yang masuk akal barusan, 2 kakak beradik itu hanya shock saja dibuatnya, karena mereka benar-benar tidak memikirkan hal yang barusan Akbar barusan karena ke egoisan masing-masing.

"Ah…anu..aku sudah paham, ta..tapi..."

"Hei, siapa tadi yang bilang kalau ingin kakaknya bahagia tadi ha? Kalau kau memang ingin kakakmu bahagia, kau pasti sadar kalau rencanaku ini benarkan?" kata Akbar yang memojokkan si Lisa untuk melanjutkan ucapannya.

"Maaf menganggu kesenangan kakak yang suka memojokkan orang seperti itu, tapi apa aku boleh bertanya mengenai apa yang akan terjadi jika kemungkinan ke 2 terjadi?" tanya Nita yang kepikiran dengan hal lain.

"Ya simpel saja, jika kau ditolak, silahkan mencari target lain yang ingin kau jadikan pacar Mona, sehingga dengan begitu kalian berdua akan sama-sama diuntungkan, dan kali ini pastikan kau benar-benar tahu soal cowokmu itu dan pastikan agar ADIKMU-TIDAK TAHU-APA-APA-SOAL-target barumu itu, ok?" kata Akbar yang sempat mempertegas suatu hal.

Suasana ruangan itu sempat terdiam sejenak, karena 2 kakak beradik itu masih saja kepikiran mengenai rencana Akbar yang tidak sepenuhnya salah namun terasa aneh jika mereka menerimanya begitu saja. Dan karena akhirnya tidak tahu harus membalas ucapan Akbar dengan balasan yang bagus, 2 anak itu pun mulai bicara dengan nada galau.

"Pertama kalinya dalam hidupku aku mendengar hal yang gak masuk akal tapi benar seperti ini, aku harus gimana coba menjawabnya?" kata Lisa sambil menutup wajahnya karena terlalu malu mengakui kalau ucapan Akbar benar.

"Se..sebenarnya rencanamu itu tidak salah sih, tapi…serius kita akan melakukan hal itu?" kata Mona kemudian yang mulai agak panik dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Tuh lihat Lis, kakakmu saja kelihatan senang banget dengan rencanaku yang biasa ini, massa kau tidak suka? Apa karena sebenarnya kau punya motif lain?"

"A..apa? Te…tentu saja tidak, hanya saja rencana ini terlalu …"

"Karena tidak ada yang keberatan, jadi tidak masalahkan? DASAR ADIK KAKAK SIALAAN!!"

!!!

Semua orang langsung saja merasa merinding ketika tiba-tiba Akbar menatap mereka dengan tatapan tajam yang menakutkan, berbeda sekali dengan dirinya beberapa menit yang lalu yang terlihat seperti orang bodoh yang ingin sekali dihajar.

"(Wow, i..ini pertama kalinya aku melihat kak Akbar menjadi semenakutkan itu, a..aku tidak mengira kalau dia bisa merasa jengkel dan sekesal itu lho, bahkan tatapannya saja bisa sampai membuatku merinding begini)" kata Nita yang merinding ketika melihat ekspresi Akbar yang terlihat sangat serius itu.

"Ti…tidak, a..aku tidak keberatan kok, a..aku setuju dengan rencana ini (me..menakutkan banget, se..sebaiknya aku berhenti untuk berbuat kasar padanya atau aku akan celaka deh)" kata Lisa yang ketakutan dengan perilaku Akbar yang tiba-tiba berubah drastis itu.

"Tapi tetap saja Akbar, wal..walaupun aku dan adikku setuju dengan…uhuk….rencanamu ini, bu..bukan berarti aku harus menyatakan cintaku hari inikan? Karena kita perlu persiapan dulu untuk…."

"Tidak, kau harus menyatakan cintamu hari ini, kalau tidak, kau tidak akan dapat kesempatan untuk mendekati si Jupri," kata Akbar sambil mulai tiduran di kasurnya lagi.

...

...

?

"(Eh, a..apa dia sudah tenang? A..apa dia tidak marah lagi? Haaaa, syukurlah kalau begitu)" kata Lisa dan Nita sambil menghela nafas panjang karena tekanan rasa takut mereka telah hilang.

"Ha? Sebentar, kenapa bisa begitu?"

"Karena saat istirahat tadi aku sempat membuat dan mengirimkan surat cinta dengan namamu kepada si Jupri," kata Akbar dengan santainya.

?

"Ha?! Kau ba…barusan bilang apa?"

"Itu termasuk 1000 ya, karena saat istirahat tadi aku sempat membuat…"

BRAAAKK!!

!!!

Langsung saja Akbar meloncat dari kasurnya ketika dirinya melihat si Mona tiba-tiba mengangkat dan melemparkan kursi kearah dirinya. Dan melihat si Akbar berhasil menghindari lemparan kursinya, langsung saja Mona berlari kearah si Akbar dengan raut wajah yang amat menakutkan, tentu saja secara reflek Nita dan Lisa yang tahu kalau Akbar akan tamat jika berhasil disentuh oleh Mona itu langsung menahan wanita yang sedang menggila itu.

avataravatar
Next chapter